Perihal Nama

10.8K 739 14
                                    

Jika aku harus bersyukur, maka aku akan bersyukur diberi mata yang jernih dan mampu melihat secara jelas. Apalagi dihadapan ku ini, berdiri dua pria matang kualitas super yang sangat memanjakan mata. Sayangnya, yang satu terlihat santai, yang satunya terlihat... cemburu? Tuh kan, aku jadi suudzon.

Gak mungkin 'kan, dua bidadara di hadapanku ini belok? Eh tapi gak menutup kemungkinan juga sih. Temanku yang ganteng, ada juga yang belok.

Sayang banget cowok ganteng, berkharisma kayak mereka kalau beneran belok. Bikin barisan para gadis banyak yang ngenes patah hati karena saingannya bukan lagi gadis cantik bak putri khayangan, tapi laki-laki ganteng nan macho. Menyedihkan. Udah gak bisa diganggu gugat buat adu kecantikan atau adu gaya kalau gitu. Percuma, gak bakal mempan. Mereka pasti lebih tertarik batangaan.

"Bukan masalah cipika-cipikinya, Ndi. Tapi—"

"Ck... Oke-oke. Maaf ya Yang, dia posesif, aku gak boleh macam-macam," ujar Mas Andi memotong ucapan lelaki ganteng di sebelahnya. Kayaknya Mas Andi takut banget cowok itu marah. Malah sekarang, aku semakin curiga. Cowok itu beneran cemburu sama aku?

"Lo lupa sama janji lo sendiri, Ndi?" ketusnya lagi. Suaranya pelan, tapi masih bisa ku dengar. Wajahnya mengeras pas melirikku. Galak banget. Sumpah, aku jadi merinding. Gimana aku gak suudzon kalau mereka belok, coba? Berantemnya aja khas orang pacaran.

Duh, gimana dong kalau mereka beneran belok? Katanya kalau kaum mereka udah cemburu itu bar-bar banget. Gak mandang siapa yang mereka hadapi. Gak mikir resiko yang akan ditanggungnya buat ngasih pelajaran bagi yang mengusik pasangannya.

Gimana kalau aku dianiaya? atau tiba-tiba cowok itu serang aku karena cemburu. Padahal aku gak merebut Mas Andi, kan? Walaupun sejujurnya aku suka Mas Andi pada pandangan pertama, tapi aku masih bisa jaim kok. Gak menunjukkan kalau aku terpikat sama pesonanya Mas Andi.

"Iya. Iya. Bawel. Cuma cipika-cipiki doang. Udah biasa kan? Lo gak usah lebay gitu." Mas Andi masih membela diri.

Ini kenapa mereka terang-terangan banget depan aku sih?

"Panggilannya juga Ndi!" ketus orang itu seraya melirikku. Lagi-lagi dengan tatapan sinis. Tanpa peduli kalau aku tersinggung. Tiap lihat aku, matanya kayak keluarin laser. Tajam, menghunus, ketus, menyeramkan. Lebih seram dia daripada Kanjeng Ratu kalau lagi ngambek. Yang ini kayak mau telen aku bulat-bulat.

"Ha?" Mas Andi mengerutkan keningnya kemudian tawanya menyembur.

Aku makin gak paham. Kenapa sih sama dua orang ganteng ini? Apa orang-orang yang belok seaneh mereka? Tapi temenku yang juga belok, gak gini lho. Masih terlihat normal dan gak seterang-terangan mereka.

Aku jadi takut kalau kayak gini. Mana Mbak Retno belum balik-balik dari kamar mandi dari tadi. Udah tahu acara penting kayak gini, Mbak No malah sarapan pakai ayam geprek. Dasar, manager gak ada otak.

"Aduh, Yan. Lo kayaknya salah paham. Gue manggil 'Yang' ya karena nama dia Yayang," ujar Mas Andi disela-sela tawanya sambil melirikku geli. "Tenang, gue gak mungkin genit-genit sama cewek lain," tambahnya lagi.

Oalaaaahhh... Seriusan dia cemburu? karena namaku?

Ternyata namaku memakan korban untuk kesekian kalinya. Dikiranya aku ini kesayangan Mas Andi sampai dipanggil 'Yang' kali ya? Padahal memang nama asliku Yayang. Yayang Puji Lestari.

Asli, bukan kali ini aja orang salah paham karena namaku. Dulu aku pernah  sampai menunjukan KTP karena orang itu gak percaya sama nama asliku.

Tapi yang sekarang lebih ngeri. Biasanya yang cemburu padaku, sesama perempuan — mengira pacarnya selingkuh sama aku. Eh, sekarang aku dicemburui oleh mas-mas ganteng. Aneh banget rasanya.

Kalau Sudah Jodoh, Mau Bagaimana Lagi? Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt