Perihal Bertemu Lagi

4.1K 380 45
                                    

Ada gak yang lebih menyebalkan saat lagi lapar-laparnya tapi pas mau makan di ganggu oleh seseorang? Sumpah, rasanya kesal setengah mati sampai ingin telan semua makanan dengan mangkuk-mangkuknya sekalian.

Dan yang lebih menyebalkan lagi, reaksi Kanjeng Ratu yang buru-buru ngajak pulang begitu mendengar orang itu ada di rumah. Siapa lagi kalau bukan makhluk super duper nyebelin bernama Sebastian Budi Oetomo.

Aaarrggghhhh jiaaanccucok rowoooo!

Gila dong, Mama langsung minta di bungkus ramen yang ada di hadapannya begitu mendengar si Babas ke rumah. Padahal tinggal hap doang itu ramen. Sedangkan aku, makan ramen udah kayak di kejar setan. Boro-boro bisa menikmati.

"Di rumah masih ada makanan kesukaanmu, Yang. Jangan marah kayak gitu tho. Gak enak, di tungguin Masmu. Masa kita malah asyik nge-Mall," ujar Mama sambil nyetir.

Saking antusiasnya, Mama rela gantiin aku nyetir dong, karena aku gak mau pulang. Demi si Babas Tumbas lagi.

"Lagian, kamu juga. Udah tahu Masmu mau ke rumah, kamu malah ajak Mama perawatan. Udah bener kan tadi di rumah aja!" omelnya.

"Lha? Kok aku sih yang di salahin? Aku aja gak tahu si Tian mau datang. Terus tadi yang mau perawatan siapa? Yang gak mau tolak rezeki dari anak, siapa?" sindirku.

"Mama kan gak tahu kalau Masmu mau datang. Kalau tahu, Mama juga gak mau lah. Maksudnya, ganti hari lain perawatannya gitu lho," ujarnya gak mau rugi.

"Bukan Masku, Ma. Masku ya Mas Puja. Mama dari tadi Masmu-Masmu terus. Gak jelas!" ketusku.

"Kalau bukan Masmu, ngapain dia ngapel ke rumah?"

"Ya mana ku tahu lah! Siapa tahu, dia sebenarnya emang ngincer Mama," ketusku lagi sambil menatap kaca samping. Kesel banget, sumpah!

"Ngomongnya itu lho! Sembarangan terus! Gak ada sopan santunnya sama orang tua!" gerutu Mama.

Bodo amat. Aku benar-benar marah banget sama Mama. Terutama sama si Babas. Datang semaunya pasti dengan alasan surprise. Boro-boro surprise, yang ada pengin cekik dia kalau ketemu. Lagi pula, surprise itu untuk pasangan yang dimabuk asmara. Sedangkan aku sama dia aja semrawut gak karuan.

Udah gitu, kedatangannya bikin perutku jadi sakit begini. Tahu kan rasanya makan tergesa-gesa kayak gimana? Habis makan, boro-boro santai sejenak sekedar menurunkan ramen ke dalam perut. Lha ini, ramen masih di tenggorokan, udah langsung di tarik pulang sama Mama.

"Eeeh... Mas Tian. Lama nunggu?" tanya Mama basa-basi begitu tiba di rumah.

"Enggak kok, Tante." si Babas yang lagi main bareng Farel, buru-buru menyalami Mama. Syukurlah dia juga di temani Mas Puja. Biar tahu rasa tuh si Babas diinterogasi Masku. Biasanya mantanku dulu, langsung mundur alon-alon setelah ketemu Mas Puja. Moga aja, si Babas juga sama.

"Lumayan lama, Ma. Katanya dari Bogor langsung ke sini. Malah kita dibawakan oleh-oleh juga," timpal Mbak Gita.

"Owalaaahh... Padahal gak usah bawa oleh-oleh segala lho. Kan kita jadi keenakan," ujar Mama sambil tertawa. "Makasih ya Mas Tian," ujar Mama disela tawanya.

"Sama-sama Tante," jawab si Tian sambil mencuri pandang ke arahku.

"Yayang pitsanya (pizza) mana?" tanya Farel sambil mendekatiku.

"Ya ampuuun... Ama sampai lupa pesanan Farel. Tadi Ama buru-buru pulang," jawab Mama.

"Besok aja, ya?" bujukku.

Kan, kedatangan si Tian emang bikin masalah. Bukan cuma aku aja yang kesel. Tapi si bocil juga pasti ngambek kalau udah begini.

"Gak mau! Mau sekarang!" teriak si bocil.

Kalau Sudah Jodoh, Mau Bagaimana Lagi? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang