Perihal Pernyataan

5.8K 542 15
                                    

Gila.

Gila.

Gila banget.

Udah kayak di samber petir, saat si Babas tiba-tiba aja ngajak membina rumah tangga. Sumpah, ini orang kenapa? Waras gak sih?

Membina rumah tangga itu artinya menikah. Nikah loh. Nikaaah.... Ibadah seumur hidup.

"Mas, bercandanya gak—"

"Saya serius," potongnya mantap.

"Kenapa saya, Mas? Maksud saya, kita ini baru kenal lho Mas. Seperti yang saya bilang, Mas gak tahu sifat saya dan saya juga gak tahu apa-apa tentang Mas. Tapi kenapa?" tanyaku tak habis pikir.

"Saya sendiri, bingung kenapa saya mantap mau nikah sama kamu. Pokoknya, saya merasa cocok saja sama kamu," ujarnya.

"Kalau Mas sendiri bingung. Gimana saya?" tanyaku yang langsung terpotong oleh kehadiran waiters membawa pesanan kami.

Akhirnya, kami makan terlebih dahulu. Seperti sebelumnya, dia begitu santai menyantap makanannya dalam diam. Sementara aku? Pikiranku tiba-tiba aja kacau.

Benar-benar gak habis pikir. Ada orang yang ngajak nikah, tanpa persiapan kasih cincin, bunga, atau apa kek buat tanda keseriusannya. Malah parahnya lagi, kita gak pacaran atau sekedar PDKT-an. Ibaratnya kita kenal baru kemarin sore.

Memang di luar sana, banyak juga yang menikah dengan proses ta'aruf sih. Tapi itu bukan gayaku. Aku gak bisa lho, tiba-tiba nikah dengan orang asing. Dan mungkin rasanya bakalan aneh.

Jujur aja, aku salut dengan mereka yang bisa hidup langgeng saling menerima satu sama lain oleh proses ta'aruf.

Asli. Aku salut banget.

Bisa menumbuhkan cinta dan saling menitipkan hati masing-masing walau mereka sendiri tak saling kenal. Buatku mereka keren. Berani mengambil resiko dengan ikhlas. Sayangnya, aku gak bisa seperti mereka.

Tahu sendiri kan, aku ini over thinking parah. Gimana kalau setelah dia mendapat mahkota yang selama 25 tahun ini aku jaga, tiba-tiba dia ninggalin aku gitu aja? Gimana kalau ternyata orang itu tempramen dan meledak-ledak saat kami bertengkar? Atau gimana kalau keluarganya juga gak suka sama aku, terus ikut menindasku?

Apalagi tadi dia bilang, dia sendiri bingung kenapa tiba-tiba ngajak aku nikah. Gimana nanti kalau sudah berumah tangga, terus tiba-tiba dia bosan? Mau cerai gitu aja?

Aku paham, orang-orang seusia dia rata-rata sudah berumah tangga dan bahkan memiliki anak lebih dari satu. Atau bahkan anaknya ada yang beranjak SMP, mungkin. Tapi gak mendadak ngajak nikah juga, kali.

Atau jangan-jangan, dia kepanasan gara-gara Mas Andi mau nikah hingga dia bersikap impulsif?

"Habiskan makanannya, Yang," ujar si Babas padaku.

Gimana aku mau fokus makan, kalau pikiranku kemana-mana gini?

"Kenyang Mas," kilahku.

"Kamu memang biasa makan sedikit ya?" tanyanya.

"Enggak juga sih, Mas. Cuma kalau jam malam memang sengaja aku kurangi," jawabku.

"Iya sih. Saya juga biasanya gak terlalu banyak. Tapi ditemani kamu malah semangat banget makannya."

Semangat sampai bikin anak orang jantungan maksudnya?

Bisa-bisanya dia bilang semangat. Sengaja banget biar aku terima lamarannya barusan. Iya kan, yang begitu namanya lamaran? Bukan diskusi pembagian saham Oke.com?

Ya Tuhan, baru kali ini aku dilamar orang, tapi boro-boro bikin aku terkesan. Ini malah bikin aku syok, bingung, aneh juga. Masa dia santai begitu, seolah ucapan yang tadi dia lempar itu, bukan apa-apa baginya. Apa memang dia udah biasa ngajak nikah cewek lain se-random ini?

Kalau Sudah Jodoh, Mau Bagaimana Lagi? Where stories live. Discover now