Perihal Mata-Mata Rahasia

3K 324 21
                                    

Ada yang nungguin Yayang Babas gaaakkk?
Maaf agak lama. Lumayan sok sibuk nih, bolak balik sekolah sama rumah sakit. Doain kami sehat selalu yaa....
Terima kasih...
Biar gak lama, nyoohh... Yayang Babas minta dikunjungi. Jangan lupa mampir ngetik komen. Nyang mau absen di igeh juga bole. Cuuusss....

✨✨

Ternyata meliburkan diri saat patah hati adalah pilihan yang salah. Harusnya, aku tetap menyibukkan diri agar lebih produktif dan pikiranku tetap waras. Tapi karena gak ada kerjaan, otakku malah terus memutar memori tentang si Babas.

Bukan aku menyesal karena putus dengannya, bukan. Tapi karena aku masih gak menyangka kalau aku dicintai seseorang demikian rupa sampai dia nulis di buku segala. Kayak abege jaman dulu yang kalau curhat pake buku diary terus buku diarinya pake gembok gitu lho. Bedanya, dia nulis di buku saku, buat nulis catatan-catatan penting.

Emang sih, cara seseorang untuk mencurahkan isi hatinya itu berbeda-beda. Mungkin, Tian lebih nyaman cerita sendiri pada bukunya daripada harus berbagi pada Mas Andi sahabatnya sendiri.

Tentu saja aku salut dengan caranya. Tak hanya gentar mengejarku, Tian malah bercerita tentangku di buku itu. Lucu banget. Hari gini gitu lho, masih nulis diary. Laki-laki pula yang nulisnya. Kan jarang banget laki-laki seperti dia. Sudah gitu, semesta kayaknya bekerja untuk si Babas karena tiba-tiba aja aku bisa mengetahui isi hatinya melalui buku itu.

Dan bukan itu saja yang bikin pikiranku mumet. Otakku terus menerus bekerja membuat skenario apa yang harus aku lakukan untuk mengembalikan buku catatan si Babas yang masih bolak-balik ku baca.

Pening.

Sampe tiba-tiba dering telepon membuatku tersentak. Moga aja Bab—

"Ya, Mbak?" sapaku pada Mbak Gita. Harapan doang di telepon si Babas.

"Yang, Yayang tahu Tian lagi dimana?" tanya Mbak Gita tanpa basa-basi.

"Ha? Kenapa memangnya, Mbak?" tanyaku heran. Kok, Mbak Gita tiba-tiba aja nanya begitu?

"Enggak. Mbak kan lagi di Kokas, janjian sama temen. Eh, lihat pacar kamu lagi jalan sama Mas Andi Mas Andi itu lho. Mbak panggil-panggil, dia kayaknya gak denger. Ya udah, Mbak berhenti manggil karena malu di liatin orang," Mbak Gita terkikik.

Dih, mentang-mentang udah lihat foto Mas Andi, Mbak Gita jadi sok akrab gitu. Sama orangnya aja belum pernah ketemu sama sekali. Bisa gitu ya? Padahal cuma denger dari cerita doang, tapi seakan udah mengenal orang itu.

Tapi jangankan Mbak Gita, aku pun juga kadang kayak gitu sih. Kalau diceritain tentang orang yang gak aku kenal, pas kebetulan ketemu orang itu, aku malah gak asing lagi.

"Oh, iya kali Mbak. Aku masih ngonten jadi gak buka-buka chat dari tadi," ujarku bohong. Padahal aku sama sekali gak tahu si Tian kemana dan sama siapa. Bukan ranahku lagi untuk tahu itu semua.

Lagipula, waktu pacaran juga aku gak pernah tanya-tanya begitu. Sama sekali gak tertarik. Bodo amat dia mau ngapain juga. Tapi kalau si Babas, selalu tanya-tanya aku dimana, sama siapa, dan sedang berbuat apa, kayak lagu Kangen Band.

Merasa diingatkan oleh Mbak Gita, aku jadi penasaran juga. Ngapain si Babas sama Mas Andi ke sana?

"Oh, sorry kalau Mbak ganggu. Mbak cuma excited aja bilang sama kamu. Habisnya, udah lumayan lama juga gak ketemu dia. Semalam waktu nganterin kamu pulang, Mbak kan gak ketemu," Mbak Gita terkikik. "Kalian masih kan, Yang?" tanya Mbak Gita penasaran.

"Masih, Mbak," jawabku asal. Masih apa dulu? kan gak jelas nanyanya. Masih lajang? Ya, masih. Masih perawan? Ya masih. Masih cantik? Opkrooss (ofcourse) gak perlu diragukan lagi. Selalu cantik paripurna anaknya Mama Lestari walaupun belum mandi.

Kalau Sudah Jodoh, Mau Bagaimana Lagi? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang