Perihal Permintaan

3.3K 360 21
                                    

Part ini panjang bestie, sepanjang perjuangan si Babas menaklukan hati Yayang. Btw bestie, bantu doa biar aku sembuh ya... Mamaciw...

✨✨✨

"Gaeess... Gaeess... Gaeesss... Kali ini, aku pakai daster kece abis dari Daster Nyonyah by Gita alias Mbakku sendiri. Bahannya dari katun rayon premium. Asli, adeeeem banget ngalahin kulkas dua pintu. Cocok banget buat nugas di rumah kalau lagi ngijah."

"Ini motifnya banyak yang baru. Jadi bukan cuma buat ngijah aja, tapi ada juga yang buat dinas malam. Nih, yang dinas malam, tanpa motif juga ada, warna lebih menantang. Apalagi modelnya sleeveless dress. Talinya aja tipis begini, cocok 'kan buat merayu manja suami, biar dikasih tambahan uang bulanan. Tapi awas, suami sendiri lho ya yang di rayu... Jangan suami orang."

"Eeiittsss... Yang gadis manis jangan berkecil hati. Nih, yang aku pakai juga oke banget. Modelnya lucu banget kan? Motifnya ceria ulala bikin naikin mood banget. Soal harga, gak usah di tanya... harganya murce manjalita."

"Nganjuk, Dawuan, orang Minang ke Karawang, yuukkk... Buruan di pinang sayang. Jangan lupa mampir ke Limijati. Di pinang sesuai hati." Aku senyum sendiri mendengar pantun asal yang ku buat.

"Yang tertarik, boleh cek instagramnya Daster_Nyonyah. Cuss di kepoin, jangan lupa follow dan jangan sampai kehabisaaaannn..."

"Oke. Break dulu, Yang. Tinggal tiga produk," sela Mbak Retno begitu aku beres mereview daster dengan motif terbaru mahakarya Mbak Gita.

"Thanks Yayangkuuu... Selalu keren kalau nge-review," Mbak Gita memberikan kedua jempolnya sambil nyengir bahagia. Gimana gak bahagia coba? Wong, dia pakai jasaku aja gretongan. Tapi gak apa-apa sih, aku juga senang-senang aja. Apalagi, aku bebas milih daster yang aku suka.

"Santai, Mbak. Kayak sama siapa aja," jawabku sambil meraih botol air mineral yang sedari tadi melambai-lambai minta diteguk. Kalau sudah cuap-cuap begini, bawaannya haus terus. Padahal aku ngoceh sendiri.

"Manfaatin aja, Git. Sebelum nanti pensiun," timpal Mbak Retno.

"Enak aja pensiun! Ngumpulin followers sebanyak ini susahnya setengah mati, tau! Masa mau pensiun gitu aja? Sorry layaw..." ketusku membuat kedua Mbakku nyengir.

"Ya kali, kalau udah nikah sama Obos gak boleh kerja lagi selain di kerjain," Mbak Gita tertawa mendengar ucapan Mbak Retno.

"Apa sih Mbak... Kalau aku pensiun, sampeyan juga rugi. Gak dapat cuan lagi," balasku telak.

"Gak apa-apa, sing penting punya adik jadi sultinah dadakan, bisa dong kedip-kedip," cengir Mbak Retno.

"Kedip-kedip ngapain nih?" tanya Mbak Gita.

"Apalagi dong Git, kalau bukan buat jadi nasabah sultinah," cengir Mbak Retno.

"Dih, aku gak suka di kedipin ya? Lagian kalau aku sultinah, aku ogah kasih pinjem Mbak. Ntar Mbak gak mau bayar," ketusku lagi.

"Gampang. Tinggal ngadu sama sultan Tian. Dia pasti ngasih. Iya gak, Git?" Mbak Retno melemparkan pandangannya pada Mbak Gita meminta dukungan.

"Nyerah. Aku gak ikutan. Nanti Yayang gak mau promo-in dasterku lagi," Mbak Gita angkat tangan sambil cekikikan.

"Tahu nih Mbak No kayaknya ngebet banget sama Mas Tian. Situ naksir kan, Mbak?"

"Siapa yang gak naksir coba? Udah ganteng, perhatian, baik, tajir lagi. Tapi aku tahu diri, mana mungkin dia naksir upik abu sepertiku ini," ujarnya dramatis.

Kalau Sudah Jodoh, Mau Bagaimana Lagi? Where stories live. Discover now