Perihal Hamil

3.4K 80 0
                                    

...

Mengikuti kemauan Mas Bojo, aku makan dengan perasaan campur aduk. Senang, gak nyangka, sedih, dan sedikit was-was takut salah langkah karena masih di negara orang.

"Kamu diem aja, biar Mas yang cuci piring," ujar Mas Bojo saat aku beranjak hendak menyimpan piring ke sink.

"Gak apa-apa."

"Udah diem aja. Duduk aja di balkon. Semuanya biar Papa yang kerjain," Mas Bojo tersenyum setelah menyebut dirinya Papa. Mungkin dia juga ngerasa geli.

Menaruh kembali piring di meja, aku mendekati Mas Bojo yang masih duduk di kursi makan. Ku lingkarkan tanganku di bahunya kemudian mengecup pipi Mas Bojo. "Makasih Papa," bisikku di telinganya.

Mas Bojo menatapku dari samping sampai tiba-tiba kami tertawa. "Hih, masih aneh ah, Mas!" ujarku seraya menjauh.

Baru satu langkah, Mas Bojo menarik tanganku. "Harus di biasain dong, Ma." Mas Bojo melingkarkan tangannya di pinggangku. "Iya gak, sayang? Mama masa gak mau di panggil Mama?" adunya pada perutku.

"Mas curang! Anaknya belum berwujud aja, renyah banget manggil sayang. Sama istri sendiri boro-boro manggil begitu!" protesku.

"Kan setiap saat Mas panggil Yang terus."

"Mas kan panggil namaku!"

Mas Bojo tersenyum, "tuh kan, belum apa-apa, Mamamu udah iri aja karena gak di panggil sayang." Mas Bojo kembali mendekatkan wajahnya dengan perutku.

"Habis Papa kamu gitu banget sama Mama. Mama gak pernah tuh di sayang-sayang begitu," ujarku tanpa sadar seolah-olah ada anak kami.

"Iya-iya. Nanti Papa sayang-sayang Mama."

Aw... Cuma dihibur gitu aja, jantungku langsung kebat-kebit.

Ku belai lembut kepala Mas Bojo yang masih menempel di perutku. "Aku jadi penasaran Mas, dia jadinya yang mana ya? Yang di kasur, di sofa, atau di kamar mandi?" cengirku membuat Mas Bojo menepuk pantatku pelan.

Yuuuukkk... Baca selengkapnya di channel yutubku : cerita ambu
Gakkk bosen deh minta tolong subscribe buat yg belum subscribe.
Terima kasih....

Kalau Sudah Jodoh, Mau Bagaimana Lagi? Où les histoires vivent. Découvrez maintenant