Perihal Ngedate Bareng Mantan

3.3K 317 24
                                    

"Mas, Mama bilang apa sama Mas?" tanyaku begitu Mama masuk ke dalam.

"Mmm... Ngobrol di luar mau gak? Masa kita mau bahas Mama di sini. Gak sopan kayaknya," Si Babas melirik ke dalam rumah.

Aku mengangguk, "aku bilang Mama dulu ya?" pamitku membuat si Babas tersenyum senang.

Jangankan dia, aku juga seneng kok mau jalan sama mantan.

"Mama di kamar, Mbak?" tanyaku pada Mbak Gita yang asyik di depan tv sementara si bocil lagi nyusun mobil-mobilannya di atas sofa.

"Yang..." Mbak Gita melambaikan tangannya agar aku mendekat.

"Bener, Tian mau bawa Mamanya kesini?" tanya Mbak Gita kepo.

"Aku juga gak tahu. Mama sama Tian tadi bahas apa emangnya?" tanyaku.

"Malah tanya Mbak. Mbak juga gak tahu, baru tahu barusan dari Mama. Kan gak mungkin Mbak nemenin Mama ngobrol sama pacarmu? Yang ada nanti dia merasa di sidang," ujar Mbak Gita membuatku tersenyum.

"Kalau beneran gimana ya?" tanyaku.

"Kok gimana?"

"Ya... Aku bingung Mbak," jawabku jujur.

"Ck... gampang. Nanti kita diskusi rame-rame aja kayak biasa. Sana, katanya kamu cari Mama? Kasian Tian nungguin," usirnya membuatku beranjak ke kamar Mama untuk pamit.

Lebih ketat dari kemarin, Mama memberikan wejangan panjang lebar sebelum kami pergi agar gak pulang larut seperti sebelumnya. Si Babas cuma jawab iya-iya doang. Entah karena gak enak atau biar kita cepet pergi. Yang jelas, jangankan anak orang, aku yang anaknya sendiri sampe bosen dengerin Mama ngoceh mulu.

"Mas, kok bisa sih?" tanyaku begitu kami duduk di dalam mobil.

Si Babas cuma senyum santai, "sabar dong. Kita cari tempat yang nyaman dulu buat ngobrol," ujarnya.

"Ih lama," jawabku gak sabar.

Skenario apalagi ini Tuhaan? Mama sama si Babas bahas apa selama aku di kamar tadi? Masa Mama tiba-tiba bilang orangtua si Babas mau datang. Ini siapa yang minta sih? Kok jadi begini?

"Kita mau kemana sore-sore begini Yang?" Si Babas memecah lamunanku tentangnya.

"Hmm... Kemana ya? Taman mau gak?" tawarku.

"Ha?"

Aku tersenyum. Si Babas kayaknya bingung. "Ya... Biar gak sumpek Mas. Biar ada udara segar gitu lho," ajakku.

"Taman mana?" tanyanya.

"Hutan GBK aja. Gimana? Tapi nanti mampir dulu ke minimarket buat beli jajan," ajakku antusias. Udah lama banget aku pengin menikmati sore sambil santai di ruang terbuka.

"Yakin?" si Babas menatapku serius kemudian kembali melihat jalanan.

"Emang kenapa? Mas gak mau ya?" tanyaku.

"Tentu aja dengan senang hati. Tapi... " si Babas melirikku, "bukannya kamu gak suka berada di fasum (fasilitas umum) bareng Mas?" tanyanya hati-hati.

Makjleeebbbb... Aku sampe lupa.

"Hmm... Bukan sama Mas aja. Sama cowok lain juga sama Mas. Biar gak kena lambe-lambean maksudnya. Tadi Mama bilang kan, kalau beberapa kali aku kena gosip yang gak enak? aku pernah down gara-gara hal itu Mas. Itu kenapa, aku menghindari masuk akun gosip. Maaf kalau sebelumnya Mas tersinggung. Tapi jujur aja, bukan sama Mas doang. Aku kalau misal deket dengan cowok lainpun mungkin akan melakukan hal yang sama," terangku panjang lebar. Biar gak ada salah paham lagi. Aku maunya gini, tapi dia menanggapinya lain lagi. Kan jadi gak nyambung.

Kalau Sudah Jodoh, Mau Bagaimana Lagi? Where stories live. Discover now