Extra Part 1

2.7K 100 9
                                    

Tombo kangen gara-gara banyak notif yang masih baca. Hihihi...
Sebenarnya extra part ini di buat udah lama banget. Cuma terlupakan. Wkwk...

Yowis, barangkali yang mau baca... Cuuusss...
Jangan lupa tinggalin komen dan votenya yaaa... Siapa tau aku jadi bawa cerita baru.
Tengkyuu...

💃💃💃



"Mas kok cemberut terus?" tanyaku pada Mas Bojo yang irit bicara.

Tanpa di duga, Mas Bojo yang baru pulang dari Thailand menyusul ku ke studio.

Aku... ya jelas bahagia banget. Tumben kan, lagi kerja di samperin Mas Bojo. Bikin semangat dan rasanya ingin cepat-cepat kelar kerjaanku.

Tapi kok, melihat Mas Bojo saat menungguku pemotretan sampai duduk berdua di mobil kayak gini, kayak ada yang beda. Dia terlihat dingin dan irit bicara seperti orang ngambek. Wajahnya ketara banget kalau Mas Bojo lagi bete. Apa karena kecapean? Atau karena-

"Kalau tahu kamu pemotretan sama dia, gak bakal Mas izinin!" ketusnya tanpa melirikku. Tangannya mencengkram kemudi kuat-kuat.

Pemotretan sama dia?

Oh... Aku paham. Dia lagi menabuh genderang perang ternyata.

"Memang kenapa kalau aku pemotretan sama dia?" Kasih sedikit bensin pada api yang berkobar deh, biar meriah.

"Mas gak suka!"

"Gak suka? Kenapa gak suka?" tanyaku pura-pura bodoh.

"Ternyata kamu se-happy itu kerja bareng dia. Sampe ketawanya lepas banget!" ketusnya tanpa menjawab kenapa dia gak suka.

Ya Tuhan, apa semua laki-laki seusia Mas Bojo lagi lucu-lucunya ya? Pulang dinas bukannya kangen-kangenan sama istri malah cemburu gak jelas.

Duh, kalau sudah begini kudu buru-buru di padamkan sebelum menjalar kemana-kemana.

"Oh, Mas lihat yang ada di story Mbak No tadi?" tanyaku membuat Mas Bojo melirik tak suka. Ku usap lengannya untuk menetralkan rasa cemburu yang bergejolak di hati Mas Bojo. "Pak... tadi kita ngetawain Mas Rio fotografer yang kepleset lho. Bukan ketawa macem-macem. Coba lihat lagi story Mbak Retnonya. Bukan aku sama dia doang yang ketawa, kok."

"Ya tapi kamu di sana kayaknya bahagia banget," dengkusnya kesal.

"Ya bahagia dong. Kan di jemput suami."

"Bukan! Sebelum Mas jemput juga kamu udah bahagia banget. Ketawanya sampe kayak gitu." Nada bicara Mas Bojo masih ketus aja.

"Ya Tuhan... Bahagia banget gimana sih? Ketawaku kan emang gini dari dulu. Salahnya dimana?" Hih... Frustasi rasanya kalau Bapak ini bertingkah. Merajuknya lebih-lebih dari Arjuna.

"Salahnya kamu sama dia ketawa sambil lirik-lirikan."

"Mana ada? Jangan ngarang, Pak!"

"Ck... Ngeles lagi!"

"Ya Allah Gustiiiiiii... Segitunya Mas cemburu! Udah ninggalin seminggu, pulang-pulang bukannya kangen-kangenan malah marah-marah gak jelas!"

"Lagian Mas gak jelas banget pake cemburu sama dia." Tuh kan, aku jadi ikut tersulut.

"Gak jelas?" Mas Bojo menatapku tajam. "Bagian mana yang gak jelas melihat istri sendiri berpose sama mantan kekasihnya?" ketusnya untuk kesekian kali.

Aku menghela nafas panjang. Gatel banget pengen bilang kalau mantanku yang satu itu belok berliku-liku, tapi masih ku tahan biar gak bongkar aib orang.

Kalau Sudah Jodoh, Mau Bagaimana Lagi? Where stories live. Discover now