Perihal Pinangan

3.4K 330 31
                                    

Sebelum masuk ke area yang mendebarkan. Alangkah baiknya teman readers membantu saya dengan cara mengfollow dan mensubsribe akun saya.
Youtube : cerita ambu
Igeh : only.ambu
Bantu follow juga disini ya...
Bagi yang sudah bantu, saya ucapkan terima kasih banyak.
Ciee... Formal banget. Hahaha...
Sarangbeooooo...

✨✨


Bak dejavu, mataku berbinar saat melihat dua bidadara duduk bersisian. Awal bertemu dulu, mereka memakai kemeja polos lengan panjang. Tapi kali ini, keduanya memakai batik slim fit membuat otot lengan mereka terlihat menonjol seakan memanggilku untuk menggelayutinya.

Tapi aku gak boleh serakah. Karena yang satu sudah hak paten milik calon adik iparku. Sementara yang satu lagi segera menjadi milikku seutuhnya. Ahiiw...

Pipiku rasanya panas saat bertatapan dengan pria matang yang menyebut dirinya sebagai calon suamiku. Dia... ganteng seperti biasa. Lebih ganteng malah. Apalagi senyum tipisnya membuat hatiku kebat-kebit genit tapi sekuat tenaga aku berusaha jaim seperti biasa.

Mbak Retno bahkan berkali-kali menyenggol lenganku. Tak hentinya dia memuji calon suamiku yang terlihat begitu kharismatik dan lebih muda, dengan tatanan rambut yang sangat rapi juga jambangnya yang dicukur habis.

Pokok'e guanteng puooolll calon bojoku.

"Maaf kalau keluarga Mbak Yayang kaget akan kedatangan kami yang mendadak. Sejujurnya saya malu lho, Bu, Pak. Ini anak sudah berumur, tapi urusan begini saja kayak anak TK yang lagi ngerengek minta mainan. Harus langsung beli gitu lho."

"Begitu cerita ke saya soal wanita yang lagi dia kejar, dia langsung minta saya datang ke rumahnya. Kemarin sampai saya geplak keningnya, tak pikir ini anak halu," ujar Mama Mas Tian membuat seisi ruangan tertawa. Lha, makin medhok wae gaya bicaranya begitu ketemu Mama.

"Dan ternyata, gak halu. Malah orang yang dia suka pernah membantu acara Ellen tunangan kemarin. Kayaknya, diam-diam Tian ngincer Mbak Yayang dari lama," ujar Mamanya lagi membuat si Babas menunduk malu.

Aku pikir hanya Mamaku saja yang suka mempermalukan anaknya. Ternyata, bule kayak Mama Mas Tian juga sama. Padahal awal-awal ketemu Mamanya gak kayak gini. Atau mungkin, memang beliau sudah terkontaminasi makanya jadi begini? Tabiat ibu-ibu pada umumnya.

"Begitu tahu Mbak Yayang yang jadi incerannya. Saya omeli dia habis-habisan. Kenapa kemarin nikahan adiknya, gak ngundang keluarga Mbak Yayang kalau gitu? Bikin malu orang tua," ujar Mama Mas Tian lagi. "Mohon maaf ya, Ibu, Mas, Mbak," ujarnya pada keluargaku.

"Ndak apa, Bu. Dua-duanya memang kayaknya masih malu-malu mau berterus terang. Anak saya juga begitu. Ada laki-laki yang mau serius kok malah dia maju mundur. Bikin saya gemas," timpal Mama gak mau kalah saing untuk menjelekkan anaknya.

"Mbak Yayang ragu ya sama Tian?" tanya Mama si Babas padaku.

Aku yang gak siap mendapat pertanyaan langsung menelan ludah kasar. "Emm..."

"Wajar kalau ragu. Saya sebagai Mamanya juga ragu," tambahnya membuat kami tertawa lagi.

"Takutnya dia mau seriusin anak orang karena tersulut adiknya menikah gitu lho," ujarnya. "Kamu serius kan Mas?" tanyanya melirik anak lelaki kebanggaannya.

"Iya, Ma. Saya gak mungkin main-main," jawab Mas Tian mantap. Tanpa senyum sedikitpun. Kayaknya dia juga kesal sama Mamanya.

"Bagus. Jangan sampe bikin malu Mama. Udah datang jauh-jauh ke sini, tapi kamu gak sepenuh hati," ujarnya memberi wejangan di depan kami semua.

Kalau Sudah Jodoh, Mau Bagaimana Lagi? Where stories live. Discover now