Perihal Solusi

5.3K 488 16
                                    

"Terus yang ke dua apa masalahnya?" tanya si Babas seraya melajukan mobilnya kembali.

Perkara baru kenal tadi, dia anggap selesai. Dia lho yang anggap selesai begitu aja. Alasannya, seiring berjalannya waktu, kita bakal saling mengenal asalkan komunikasi terus.

Memang betul sih, tak kenal maka tak sayang. Tapi baru kenal udah ngajak ke pelaminan? Bikin gila juga.

Dan perlu aku akui, dia itu pintar. Cara berpikirnya selalu logis bikin aku selalu tergiring atas argumennya. Sampai tak sadar, aku mengangguk setuju untuk komunikasi terus sama dia.

"Yang..."

"Hmm... "

"Yang ke dua apa masalahnya?" ulangnya.

"Mmm ... masalahnya, kita nikah atas dasar apa? Cinta? Sayang? Kan gak ada itu semua, Mas," jawabku sambil melipat kedua tangan.

"Yang, kamu pernah jatuh cinta sebelumnya?"

"Ya iyalah!" Potongku ketus.

"Menurut saya ya, Yang. Dasar dari jatuh cinta itu kan tertarik dulu. Kamu pernah dengar, dari mana datang cinta? Dari mata turun ke hati. Ya itu. Itu dasarnya Yang. Begitu lihat kamu, feel di hati saya aja udah beda."

"Sama seperti magnet lah. Kamu itu kutub utara, dan saya kutub selatan. Dari jauh aja, daya tarik kamu itu udah kuat banget buat saya," tuturnya santai.

"Ya itu kan, Mas Tian. Saya kan gak gitu," gerutuku.

Pakai kutub-kutuban segala. Ya tetep aja  kalau getaran itu gak muncul kan sama aja bohong. Lagipula, pertama kali ketemu dia, boro-boro ada getaran, emosi jiwa yang ada.

"Oke, oke. Kasih saya kesempatan buat bikin kamu nyaman sama saya. Coba ubah cara pandang kamu dan buka hati kamu buat saya. Barangkali, sebenarnya memang nama saya sudah terselip di sana. Tapi gak kamu sadari," ujarnya dengan percaya diri.

"Mas, mau nyelip gimana? Mas aja nyebelin!"

Bicara sama dia, mulutku kayaknya gak bisa di filter sampai aku gak mikir dia bakal sakit hati atau enggak sama omonganku. Padahal biasanya aku selalu menjunjung etika, dan kelemah lembutan wanita dan sopan santun buah dari didikan Kanjeng Ratu dan Mbak Retno. Tapi kalau sama dia, bawaannya malah pengen ngegas terus. Suruh siapa bikin orang jengkel setengah mati? Lagian kalau nanti nikah, bakal ketauan semua sifat baik buruknya. Gak ada yang bisa di sembunyikan kan?

Lho, kok jadi mikir nikah? Aish!

"Saya pikir, semua pandangan negatif kamu itu karena kamu sudah men-judge saya sebagai kaum pelangi sebelumnya, Yang. Ma—"

"Bukan itu aja! Tapi Mas galakin saya. Mas ketusin saya sampai ngancam saya segala. Gimana saya gak kesel sama Mas?" ketusku.

"Mas minta maaf untuk perkara itu. Ya itu yang tadi saya bilang, karena saya gak rela kamu ikut terpesona sama Andi. Si Andi juga yang bikin saya jadi salah paham sama kamu."

"Kok Mas malah nyalahin Mas Andi sih? Mas lah yang salah! Mas Andi salah apa coba? Manggil Yayang, kan emang nama saya."

"Tapi dia salaman sama kamu pakai tempel pipi segala!"

"Ya, emang kenapa?"

"Saya gak suka, Yang."

"Lah? Mas kan bukan siapa-siapa saya!"

"Belum."

"Ha?"

"Segera. Segera jadi siapa-siapa kamu," cengirnya penuh percaya diri.

"Dih! Pede!"

"Harus dong."

Astagaaaa ... Orang ini gak mau kalah banget sih!

Kalau Sudah Jodoh, Mau Bagaimana Lagi? Onde histórias criam vida. Descubra agora