Chapter 5: Bottomless Movement

8.7K 828 10
                                    

Lumire ingin tertawa keras melihat Kenzie yang melemparkan tatapan membunuh kepadanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Lumire ingin tertawa keras melihat Kenzie yang melemparkan tatapan membunuh kepadanya. Pria itu mengawasinya dan Aria dari jarak yang cukup jauh. Tapi tentu saja Lumire bisa melihatnya!

Beberapa kali Lumire memperagakan cara memanah yang baik. Kadang pria itu menyentuh tangan Aria untuk membenarkan letak panah. Mungkin itulah alasan kenapa Kenzie menatapnya dengan kobaran cemburu saat ini!

Apa sulitnya mendekati Aria? Gadis itu ramah dan ceria. Hanya gengsi Kenzie saja masih berada di puncak gunung. Tinggi!

Lumire berdecak puas melihat hasil panahan Aria yang menurutnya cukup bagus hanya dalam beberapa kali percobaan.

"Sepertinya kau memang sudah pernah belajar sebelumnya?"

Aria anggukan kepalanya. "Aku sudah terbiasa berlatih di istana bawah laut. Bisa dikatakan aku sudah menguasai semua senjata. Tetapi entah kenapa aku payah sekali di daratan."

Lumire mengacak rambut Aria gemas, ternyata Gadis itu sedikit cerewet jika kau sudah cukup mengenalnya dekat.

"Berarti setelah ini kau hanya perlu membiasakan diri dengan udara di daratan. Paling dalam waktu satu minggu kau sudah bisa menguasai semuanya tanpa kaku lagi."

"Benarkah?" tanya Aria ragu. meskipun dirinya senang tapi entah kenapa dirinya pesimis.

"Tentu saja!" Karena sebenarnya kau sudah menguasai banyak hal di kehidupanmu yang sebelumnya. Tambah Lumire dalam hati.

"Paman, cuaca mendung tapi entah kenapa punggungku terasa terbakar." bingung Aria meletakkan panah miliknya.

Lumire menahan senyuman yang hampir menyemburkan tawa. Sebenarnya dia tahu alasannya kenapa!

"Mungkin kau harus beristirahat!"

Aria menganggukkan kepalanya patuh. Gadis itu duduk di rumput tanpa memperdulikan pakaiannya yang akan kotor. Sontak perilakunya membuat Lumire kaget!

"Kau bisa duduk di kursi! Kenapa harus di rumput?"

Aria menyengir lebar. "Rumputnya segar! Tidak masalah bukan aku duduk di atas rumput?"

Lumire tersenyum tipis. "Kau unik!"

*******

Sekarang Louis dan Gerry tahu alasan mengapa kenzi terlihat uring-uringan tidak jelas. Mereka cukup kaget melihat gadis yang persis dengan Slavita.

Bukan hanya dari warna rambut, warna matanya pun sama biru cerah. Warna mata milik Slavita yang sebenarnya!

Semuanya benar-benar persis mirip dengan Slavita. Hanya satu hal yang sedikit berbeda, jika Slavita memiliki tubuh tinggi semampai. Berbeda dengan Aria yang memiliki tubuh mungil dan sedikit pendek.

"Apa mungkin dia adalah reinkarnasi?" tanya Louis bingung untuk memecahkan misteri ini.

"Mungkin ya, mungkin tidak. Jikapun dia memang reinkarnasi, ingatannya tetap saja hilang." ucap Gerry mengusap dagunya dan menatap Aria dari kejauhan dengan penuh selidik.

SF 4 : Our Story Where stories live. Discover now