Chapter 50: War III: The Answer is Wateria

3.9K 415 11
                                    

Darah menggenang di setiap ruas tanah, keluar dari tubuh yang terluka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Darah menggenang di setiap ruas tanah, keluar dari tubuh yang terluka. Mayat berserakan dimana-mana, dengan tubuh yang kaku dan pucat karena kehilangan banyak darah.

Satu per satu pejuang yang gugur tidak membuat pertempuran berhenti. Malah semakin memanas karena musuh yang sudah mulai banyak yang tumbang.

Nafas Aria naik turun dengan tubuh yang bertumpu pada pedang di tangannya. Mata wanita itu menatap tajam pada seorang pria yang masih berdiri tegak tanpa luka sedikitpun.

Sebagai iblis penjaga mantra sihir kuno, Wishten memiliki kekuatan yang tidak bisa diremehkan. Bukan hanya sekali dua kali dia melakukan perjanjian kontrak dengan bangsa Immortal.

Tidak terhitung korban yang berjatuhan di tangannya. Tidak ada yang gagal karena itu memang sudah tugasnya.

Tapi Wishten tidak tahu jika yang di lawannya kali ini adalah seorang Dewi. Kepercayaan dirinya akan kemenangan masih menjadi tanda tanya. Kemenangan atau malah kekalahan yang kali ini didapatnya.

"Kau tidak terlihat seperti wanita yang bisa berperang. Kau lebih pantas menjadi pelayan pribadiku." ucap Wishten sinis dengan mata yang menatap tubuh Aria dengan tatapan yang paling wanita itu benci. Melecehkan!

"Dalam mimpimu, sialan!"

Wishten menghindari serangan Aria yang terus dilayangkan kepadanya. Tangan pria itu ikut mengeluarkan sebuah pedang yang diliputi aura hitam.

Balas membalik dan menghalau serangan Aria yang semakin kuat di setiap menitnya. Apalagi wanita itu terlindungi oleh air di sekitarnya.

Wishten tidak bisa melukainya sedikit pun meskipun dia terlihat unggul. Tangan pria itu tu melayangkan serangan petir, yang pastinya serangan petir akan sangat mudah merambat jika terkena air.

Ying menghisap serangan itu dan menjadikannya sebuah bola air yang dilemparkan kepada para manusia batu. Terjadi ledakan yang cukup besar karena petir itu merambat pada setiap makhluk yang terkena air.

Wishten berdecak kesal dan melayangkan serangan bertubi-tubi pada Aria. Wanita itu menangkis serangan Wishten dan melayangkan pukulan telak di lehernya.

"Kau terlalu lamban." sinis Wishten membalas balik serangan Aria. Hampir mengenai pipi wanita itu jika seseorang tidak lebih dulu memberikan pukulan pada Wishten.

Bugh

"Tetap di belakangku!" Kenzie memasang badan di depan Aria. Wanita itu lantas berdecak karena suaminya itu mengganggu pertarungannya.

"Aku tidak suka menjadi penonton." ucap Aria datar, Wanita itu melemparkan banyak bola air pada Wishten.

Pria itu menghindar namun tetap saja ada beberapa yang mengenai tubuhnya. "Sial!" desisnya kesal. Dirinya juga sedikit merasa geram karena pasangan dihadapannya ini terlihat meremehkannya.

Kenzie menarik tangan Aria yang hendak kembali melayangkan serangan. Tubuh wanita itu berputar dan menubruk tubuh Kenzie, dengan ukuran tubuh pria itu yang lebih besar dari Aria. Membuatnya dengan mudah melawan musuh dengan menggerakkan pedangnya.

SF 4 : Our Story Where stories live. Discover now