Chapter 63: Deadly Space

3.6K 380 5
                                    

Aria menatap makanan lezat yang berada di hadapannya tidak berselera

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aria menatap makanan lezat yang berada di hadapannya tidak berselera. Yang dilakukan wanita itu hanya menatap dingin tanpa sepatah katapun yang keluar dari bibirnya.

Yang dia inginkan adalah keluar dari tempat asing ini. Tetapi tidak ada seorangpun yang bisa dia minta pertolongan. Bahkan kekuatan teleportasinya sangat tidak berguna.

Kekuatannya juga terbatas membuat wanita itu sedikit mengeluh.

"Nyonya, saya mohon Anda harus makan. Jika tidak King akan marah." ucap seorang maid dengan wajah tanpa ekspresi.

Sungguh tidak sopan pikir Aria sebal. Seharusnya seorang pelayan itu bersikap sedikit lembut dan senyum tipis. Karena seseorang bisa tidak selera makan hanya karena melihat wajahnya yang datar.

"Mana tuanmu, Aku ingin bertemu dengannya." ucap Aria dengan nada ketus. Dia sudah menunggu tuan rumah hampir 1 jam. Tetapi dari tadi hanya ada maid itu yang menemaninya.

Tidak mengajaknya mengobrol. Hanya diam seperti patung dengan mata yang berkedip jarang. Aria jadi ragu apakah maid itu masih hidup atau makhluk mati.

Tetapi aroma wilayah ini sungguh sangat asing. Aria sebelumnya tidak mengenali jenis aroma makhluk seperti apa ini. Agak mirip aroma Caesa pikirnya bingung.

Mungkinkah ini wilayah Lucifer. Batinnya bersuara.

Aria masih bertanya-tanya mengapa dirinya berada di tempat ini. Dia ingin mengetahuinya langsung dari orang yang menculiknya. Tapi bagaimana jika itu malah membuatnya semakin terkurung.

Diam saja tidak ada guna pikirnya.

Aku harus segera keluar dari sini. Setidaknya tidak diam di tempat yang remang cahaya. Anakku butuh udara segar. Batinnya bertekad.

"Tuan sedang mengerjakan sesuatu."

"Apa masih lama?" tanya Aria pura-pura penasaran. Tangan wanita itu merayap dengan pelan mengambil sebuah bantal.

"Saya ti..."

Buk

Aria memukul maid itu menggunakan bantal. Kemudian menotok lehernya sebelum bergerak. Dia hanya akan pingsan sebentar Aku harus cepat pikirnya.

Wanita itu mulai melucuti pakaian maid itu. Kemudian memakaikan pakaian itu ke tubuhnya. Begitu juga sebaliknya. Aria ingin kabur dari kamar luas itu.

Setidaknya aroma tubuh maid ini menempel di pakaiannya. Batin Aria merasa pintar.

Setidaknya itu akan sedikit menyamarkan aroma tubuhnya. Jadi Aria harus bergerak cepat. Dia berharap bisa menemukan seseorang yang bisa membantunya.

Aria berjalan mendekati jendela. Mata wanita itu membulat melihat jarak kamar tersebut ke bawah sana sangat jauh. Mungkin ini kamar yang paling tinggi.

"Aduh, jika begini Aku tidak mungkin lompat." gumamnya pelan. "Di depan pintu juga pasti ada penjaga."

Untuk sesaat wanita itu bergerak mondar-mandir. Sampai akhirnya memilih opsi kedua. Yaitu keluar dari pintu dengan harapan yang sangat sedikit. Karena tempat itu pasti sangat luas. Aria berharap semoga dirinya tidak tersesat.

SF 4 : Our Story Where stories live. Discover now