"Kepalamu masih sakit?"
Aria menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil. "Tidak! Terimakasih sebelumnya. Padahal kau tidak perlu melakukan itu."
Kenzie tidak membalas perkataan Aria. Pria Demon itu malah menekan kepala gadis itu, sontak Aria meringis.
Mata Kenzie berkilat tajam. "Kau berbohong!"
Aria meringis dalam hati. Dia tidak bisa meremehkan kecerdasan pria ini. "Hanya sedikit."
Kenzie meraih tangan Aria. Tetapi gadis itu menahannya ketika Kenzie akan melangkahkan kakinya. Entah kenapa Aria merasa jika pria ini akan membawanya kepada tabib.
"Jangan! Aku baik-baik saja sungguh. Sebentar lagi sakitnya akan hilang." yakin Aria.
"Aku tidak suka pembohong!"
Aria meneguk ludahnya kasar. Err... Kenzie terlihat sedikit menakutkan dengan tatapan tajamnya itu.
"Kalo begitu aku bisa pergi sendiri!" ucap Aria melepaskan cekalan Kenzie dan berjalan mendahului pria Demon itu.
Tetapi tangan gadis itu ditarik cukup kuat sehingga membuat tubuhnya berbalik. Mata Aria membulat, tubuhnya menempel dengan tubuh Kenzie. Di susul sepasang tangan yang melingkari pinggangnya, berhasil membuat jantung Gadis itu berdetak kencang.
"Aku tidak suka dibantah!" Kenzie berucap pelan di depan bibir Aria. Mata pria Demon itu menatap Aria teduh, namun menyiratkan akan ancaman.
Aria memundurkan wajahnya, posisinya seperti ini mengingatkannya pada saat Kenzie menciumnya. Gadis itu tidak mengerti kenapa dirinya bisa mimisan.
Peristiwa yang Aria ingin lupakan seumur hidupnya. Sungguh memalukan!
"Pangeran!" ucap Aria gugup. Tangan gadis itu berada di dada Kenzie, menahan tubuh pria itu agar tidak terlalu dekat. "Jangan seperti ini."
Alis Kenzie terangkat mendengar panggilan Aria untuknya. Dia tidak suka! Terdengar asing!
"Kau panggil apa?"
Aria menggigit bibir bawahnya. "Pangeran." ulangnya pelan.
"Kenzie! Sebut aku dengan panggilan itu atau aku akan menciummu!"
"Tidak bisa! Itu pemaksaan namanya!" Mata Aria membulat. Gadis itu langsung menutup mulutnya.
Kenapa aku bisa berbicara seperti itu. Aria kau bodoh! Batinnya kesal.
Kenzie tersenyum miring. "Kau mulai berani!"
"Maaf!" Aria mencoba melepaskan pelukan Kenzie. Dia harus kabur! "Itu spontan! Salahkan saja mulutku."
"Eh tidak tidak! Maaf. Bisakah kau melepaskan pelukannya." Aria gugup sehingga dirinya sedikit panik. Dia takut Kenzie mendengar detak jantungnya yang berdegup kencang.
YOU ARE READING
SF 4 : Our Story
Fantasy"Kau hanya terlahir untuk satu hal." "Apa itu?" "Menjadi istriku." _____________Follow sebelum membaca! Luka tertoreh jelas dalam hati pangeran mahkota dunia Immortal. Mengingat bagaimana sang kekasih menutup matanya dan tidak akan pernah terbuka ke...