Chapter 24: Disrupted Travel

5.5K 509 14
                                    

"Aku sudah memperingatkanmu!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku sudah memperingatkanmu!"

"Jangan terlalu kasar! Inilah akibatnya jika tidak mengikuti rencanaku."

Dive mencengkram rahang Lana yang lebam, sedikit kebiruan. Wanita itu menatap Lana kasihan sekaligus kesal.

Lana meringis, dia hanya bisa membuka sedikit matanya. Kepalanya terasa sangat pusing, mungkin ini akibat dari hukuman Legie.

"Rasanya jika aku menolongmu itu sia-sia. Karena Kau sangat tidak berguna untukku." Diva menghempaskan rahang Lana dengan kasar.

Air mata jatuh dipipi Lana, selain badannya yang sudah terasa remuk. Hatinya juga sangat sakit, akibat perkataan Legie dan sekarang Dive. Mereka jahat!

Tapi Lana tidak ingin mati!

"To... Tolong!" lirih Lana memegang kaki Dive. Sangat menyedihkan, tanpa perasaan Dive malah menendang tubuh gadis itu hingga sedikit berguling.

"Arrrgh!" Terdengar suara erangan menyakitkan dari bibir Lana. Menggema di penjara bawah tanah itu!

"Tidak ada jaminan kau berguna, jika aku menolongmu. Jadi lebih baik kau mati membusuk di sini." ucap Dive dengan sangat sinis.

"Lagipula sejak awal, aku memang tidak menyukai bangsa vampir. Mereka sangat merepotkan!"

"Ak... Aku berjanji tidak akan membuatmu kecewa lagi." ucap Lana dengan susah payah. Hanya wanita dihadapannya inilah yang bisa menolongnya saat ini.

Lana tidak bisa berharap pada orang tuanya. Mereka terlalu patuh kepada perintah raja! Lana benci itu!

Dive tersenyum sinis, dia enggan mempertimbangkan perkataan Lana. Karena dia sudah mendapatkan kaki tangan yang berguna daripada gadis ini.

"Hanya untuk kali ini. Jika kau kembali membuatku marah... Tidak akan ada kesempatan lagi bagimu."

Ya, setidaknya gadis ini memiliki pengetahuan yang cukup banyak pikir Dive. Ada sedikit gunanya!

********

Aria membalikan tubuhnya, gadis itu mengerutkan keningnya ketika tangannya menyentuh sesuatu yang keras.

Matanya yang memiliki bulu mata lentik itu terbuka perlahan. Menampakan iris berwarna biru muda yang cerah.

Aria bisa melihat ada dagu, bibir, hidung dan sepasang mata berwarna hitam kelam. Tentunya dengan alis yang melengkung tegas! Pahatan yang begitu sempurna dengan kulit berwarna kuning langsat.

Tanpa sadar Aria tersenyum karena menurutnya ini bagaikan mimpi yang indah. Tetapi kemudian Gadis itu mengerutkan keningnya, karena tangannya masih menyentuh sesuatu yang hangat dan keras.

"Sepertinya kau senang sekali meraba tubuhku."

"Eh?"

SF 4 : Our Story Where stories live. Discover now