Chapter 66: Burst of Feelings

4K 416 10
                                    

"Apa kau tidak berniat kembali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa kau tidak berniat kembali. Sudah hampir malam." ucap Louis sembari memandang ke depan. Tak berniat sedikitpun untuk menatap sang lawan bicara.

Slavita berdiri dari duduknya. "Kau benar, sepertinya aku harus kembali."

Entah kenapa dada Louis kembali sesak. Pria itu tanpa sadar mengepalkan jari-jari di tangan kirinya. Bertujuan agar Slavita tidak melihatnya.

Yang Louis lakukan hanya berdehem pelan. Merangkai kata-kata yang akan diucapkan. Tidak tahu kenapa lidahnya terasa kelu.

Slavita tersenyum manis. Gadis itu sedikit berubah dari sebelumnya. Tidak terlihat seperti orang yang mengabaikan kebahagiaan orang lain hanya demi kebahagiaannya sendiri. Kali ini Dia terlihat lebih banyak memahami hal yang sebelumnya dia tidak mengerti.

"Kau tidak ingin mengantarku?" tanya Slavita.

"Kau bisa pergi sendiri."

Gadis itu merengut kesal mendengar jawaban Louis. Tanpa segan dia melayangkan pukulan di lengan pria itu. "Kenapa kau begitu dingin padaku. Jahat!"

Louis beralih menatapnya. Melihat gadis itu yang sedang merengut kesal dengan melipat tangannya di depan dada. Ujung bibir Louis sedikit tertarik membentuk senyuman kecil. Menggemaskan!

"Kau bukan anak kecil, tidak usah merajuk."

Perkataan Louis sedikit membuat Slavita tersinggung. Kenapa susah sekali membuat pria di hadapannya itu peka. Rasanya dia datang hanya untuk makan hati saja. Dasar es batu berjalan pikirnya julid.

Slavita berjalan menjauhi Louis dengan menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Tetapi kemudian Gadis itu berhenti dan berbalik menatap Louis. Dengan wajah sedikit merona Dia berucap dengan lantang.

"Aku datang sebenarnya bukan hanya untuk menemui Aria. Tetapi untuk menemui seseorang yang membuatku sering bermimpi tentangnya."

Loui menaikkan sebelah alisnya. dia dengan percaya diri menebak jika itu adalah Kenzie. Dipikirannya mungkin Slavita belum bisa melupakan pria itu.

"Tapi sayang dia tidak peka. Dia begitu dingin seperti--- es batu." Slavita mengalihkan pandangannya ketika matanya berkaca-kaca.

"Padahal aku ingin tinggal lebih lama di sampingnya. Tetapi dia malah mengingatkanku untuk pulang. Aku sempat berharap--- jika suatu saat nanti menjadi tempatnya pulang. Tapi itu mustahil." Gadis itu mulai menundukan kepalanya. Terlihat jelas jika bahunya bergetar karena menangis.

"Dia..."

Tap

Tap

Cup

Slavita membulatkan matanya. Gadis itu masih mencerna apa yang terjadi. Sampai Louis melepaskan ciuman di bibirnya.

Louis benar-benar tidak lagi menahan perasaannya. Pria itu jelas tahu siapa yang dimaksud oleh gadis di depannya itu. Tapi dia tidak ingin terlalu percaya diri.

SF 4 : Our Story Where stories live. Discover now