Chapter 34: The Love Triangle

4.8K 468 26
                                    

Aqsen harus kembali menelan kekecewaan ketika Aria memilih mengikuti Kenzie

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aqsen harus kembali menelan kekecewaan ketika Aria memilih mengikuti Kenzie. Hatinya kembali tergores luka akan penolakan yang sama. Meskipun harusnya tidak sakit karena terbiasa. Tapi tetap saja terasa!

Sebenarnya pria itu sudah memprediksikan ini akan terjadi. Namun, dirinya terus saja mencoba menampiknya. Ingin rasanya Aqsen egois!

"Aku akan membunuhmu jika berani membuatnya kembali terluka." ucap Aqsen dengan penuh ancaman.

Kenzie hanya menanggapinya dengan senyuman miring. "Itu tidak akan pernah terjadi."

Aqsen tersenyum sinis. "Kita lihat saja nanti."

Aria hanya memasang wajah kesalnya dari tadi. Karena mengikuti Kenzie kembali ke istana Aldridge bukanlah keinginannya. Pria Demon itu mengancam akan menghancurkan seluruh klan Neptunus, jika Aria tidak mengikuti kemauannya.

Pemaksaan yang tidak bisa ditolak oleh Aria. Dia lebih memilih korbankan dirinya daripada membiarkan bangsanya musnah tangan pria Demon itu.

Thea hanya bisa menangis karena dia tahu putrinya itu pasti mengalami hari yang berat. Namun wanita cantik itu berubah tegas ketika menatap Kenzie.

"Jaga dia! Kau memang kuat. Tapi jika dia pulang dalam keadaan terluka kembali. Aku akan mengutukmu."

Kenzie hanya bisa menganggukan kepalanya patuh. Sedikit ngeri dengan ancaman Thea yang mengingatkannya pada sang ibu.

"Aku akan menjaganya dengan segenap raga dan jiwaku. Jika Dia terluka, maka aku akan lebih dulu melukai diri sendiri sebagai balasannya."

"Bagus!"

*********

"Kau ingat apa yang terakhir kali kau katakan padaku."

Kenzie mengerutkan keningnya mendengar penuturan Aria. Sepertinya pria itu lupa!

Aria memutar bola matanya malas. "Aku tidak akan pernah bisa memasuki istana. Kau tidak mengizinkan pintu gerbang istana terbuka untukku."

Kenzie menarik Aria ke dalam pelukannya. Kemudian melayangkan kecupan di atas ubun-ubun gadis itu. "Maaf! Waktu itu aku emosi dan bingung."

Aria tidak membalas perkataan Kenzie. Dia enggan membahas apa yang telah berlalu diantara mereka berdua. Itu menyedihkan!

Hanya akan membuka luka yang sudah tertutup.

"Aku dilema, karena disatu sisi Aku ingin kau selalu berada di sampingku. Tetapi aku juga ingin Slavita merasakan kebahagiaan, karena aku telah begitu bersalah padanya."

Kenzie meletakkan dagunya di atas kepala Aria. "Aku labil saat itu. Membiarkanmu pergi ternyata hanya membuatku terjatuh dalam jurang. Aku sangat kehilangan dirimu."

SF 4 : Our Story Where stories live. Discover now