ROSE 65

278 46 0
                                    

" Ok class... Besok jangan lupa untuk membawa apa yang Miss perintahkan. Ingat, warna apa saja? "
Rose berinteraksi dengan muridnya di kelas.

" Hijau, kuning, jingga dan merah. " Teriak anak-anak bersamaan.

" Good. " Rose tersenyum dan mengacungkan 2 jempolnya untuk anak-anak.

" Baiklah. Kelas selesai untuk hari ini. Sampai jumpa besok. " Tambah Rose, ia mengakhiri sesi pelajaran.

" Selamat siang Miss... " Anak-anak dengan hormat mengucapkan selamat tinggal kepada gurunya, Rose.

Mereka pun beranjak dari kursi mereka dan berjalan keluar, meninggalkan kelas.

Rose mengemaskan semua perlengkapan mengajarnya di atas meja. Handphonenya bergetar, sebuah pesan masuk mengambang di layar.

Rose meraih ponselnya dan membuka pesan, Edward.

"Aku akan menjemputmu. Tunggu aku. "

Singkat, padat, dan sangat jelas.
Ini bukan ajakan, tapi lebih seperti ke sebuah perintah.
Bossy.

"Oke." Balas Rose singkat.

Rose beranjak dari kursinya, keluar meninggalkan kelas menuju kantor.

Di dalam kantor, Rose sedikit terkejut melihat keberadaan Bryan.
Ia sedang berbicara dengan Agnes.

Ada apa orang yayasan datang ke sekolah? Pikirnya.
Rose melanjutkan langkahnya menuju meja kerjanya.

"Selamat siang Pak. " Sapa Rose kepada Bryan ketika melewati mereka.

Bryan sontak menoleh. Ia tersenyum ketika mendapati Rose menyapanya.
" Selamat siang Mrs. Bagaimana kelasmu hari ini? " Respon Bryan.

" Sangat menyenangkan. " Jawab Rose.

"Bagus." Bryan merespon.

"Baiklah Mrs. Agnes. Saya rasa kunjungan hari ini cukup. Dan jangan lupa persiapkan kegiatan pertukaran pelajar kita minggu depan. " Lanjut Bryan kepada Agnes.

" Baik Pak. Kami akan mempersiapkan segalanya dengan baik dan sempurna. " Jawab Agnes penuh percaya diri.

Bryan mengangguk, percaya sepenuhnya kepada Agnes.

" Oh ya Mrs. Rossy, aku dengar ada muridmu yang mengalami kecelakaan saat bermain. Bagaimana itu terjadi? Dan bagaimana keadaanya sekarang? " Bryan beralih kepada Rose.

"Ya benar Pak, dia putri dari
Edward, - "

"Kalau begitu saya permisi Pak Bryan. " Sela Agnes undur diri.

Bryan mengangguk, mempersilahkan.
Perhatiannya kembali pada Rose.

"Putri Edward? Edward temanku waktu itu? " Tanya Bryan.

"Benar. Tangannya patah. Ayunan yang ia mainkan talinya putus. Tapi Paula sekarang sudah di bawa pulang, dan di rawat di rumah. " Jelas Rose.

" Aku turut prihatin. "

" Terima kasih. "

"Oh ya, kau ada waktu? Aku ingin mengajakmu makan siang setelah ini." Ajak Bryan tanpa basa basi.

" Makan siang? " Rose sedikit terkejut dengan ajakan Bryan.

" Iya. Kau keberatan? Aku rasa tidak. Karna kau pasti belum makan siang juga. " Ucap Bryan percaya diri.

" Tapi, aku - "

" Ayolah Rose, jangan menolak. " Bujuk Bryan.

" Tapi, bagaimana dengan pegawaimu yang lain disini, apa yang akan mereka pikirkan jika melihat kita makan siang bersama? " Rose mengelak.

"Itu akan menjadi urusanku. " Bantah Bryan lagi.

"Aku tunggu di depan. Oke?! " Lanjutnya.

" Tapi Bryan... "

Tanpa menoleh, Bryan mengangkat tangannya, menunjukkan jari telunjuk dan menggerakkannya bersamaan dengan menggelengkan kepalanya.
Menandakan bahwa ia tak ingin mendengar alasan apapun dari Rose.
Bryan tetap berjalan keluar ruangan, meninggalkan Rose yang tak bisa berkata-kata lagi.

Rose bergegas meninggalkan ruangan kantor untuk menyusul Bryan yang mungkin sudah menunggunya di luar sekolah.

" Mrs. Rossy.. " Tegur Mrs. Agnes, dan itu berhasil mengejutkan Rose.

"Yah... " Jawab Rose gugup.

" Sampaikan salamku pada orang tua Paula. Katakan bahwa kami dari pihak sekolah selalu berharap semoga Paula cepat pulih dan bisa segera kembali bersekolah. " Ucap Mrs. Agnes.

" ... " Rose terdiam.

" Kau akan pergi ke kediaman Paula bukan? Bersama kepala yayasan, Bapak Bryan? Beliau mengatakan bahwa ia ingin menjenguk putri temannya. Dan ternyata ayah Paula adalah teman Bapak kepala yayasan. Beliau sengaja mengajakmu karena kau gurunya Paula. "

Oh..
Bryan berhasil membohongi Mrs. Agnes. Dengan mengatakan ingin menjenguk Paula. Padahal mereka akan pergi makan siang saja.
Tapi kenapa ia berbohong?

Rose membatin.

" Mrs. Rossy... " Mrs. Agnes membuyarkan lamunan Rose.

" Ya, emm... Aku dan Pak ketua akan pergi menjenguk Paula. " Jawab Rose cepat.

" Jangan lupa sampaikan apa yang aku katakan tadi. " Jelas Mrs. Agnes.

" Tentu saja. Aku akan menyampaikannya. " Rose mengiyakan.

" Pergilah. Pak kepala sudah menunggu lama. " Perintah Mrs. Agnes.

" Baik. Aku pergi. Selamat siang. " Rose berjalan cepat meninggalkan Mrs. Agnes.

"Bryan juga membuat hal saja. Untuk apa dia repot-repot mengajakku makan siang segala? Bagaimana kalau guru-guru lain melihat kami? Bukan kah itu akan membuat masalah saja? " Gerutu Rose sambil berjalan ke halaman parkir sekolah.

" Beruntung kali ini dia berhasil membohongi Mrs. Agnes. Sehingga Agnes percaya bahwa kami akan pergi menjenguk Paula. Huh.... " Lanjutnya lagi.

"Ya Tuhan... Dimana dia? " Rose berhenti di parkiran sekolah. Bertanya pada dirinya sendiri, karena ia tak menemukan Bryan. Kepalanya berputar ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan Bryan.

Suara klakson mobil berhasil mengejutkan Rose dari belakang. Rose menoleh dan kepala Bryan menyembul dari kaca jendela.

" Masuklah. " Pintanya.

Rose berjalan cepat menghampiri mobil Bryan. Menoleh ke sekeliling melihat keadaan.
Aman.
Ia tak ingin ada petugas atau guru maupun staf sekolah yang melihat mereka berdua dalam satu mobil.

" Ada apa? Sepertinya kau sangat ketakutan. " Tegur Bryan, sesaat Rose sudah mendaratkan bokongnya di kursi penumpang sebelahnya.

" Aku hanya tidak ingin ada yang melihat kita pergi bersama. " Bela Rose sedikit ngos-ngosan.

" Mengapa kau begitu mengkhawatirkannya? "

" Apa kau takut ada yang memberitahu pacarmu bahwa kau pergi denganku? " Tanya Bryan lagi.

Rose menoleh cepat kepada Bryan, saat kata pacar terdengar di telinganya.
Rose menggeleng cepat.

" Bukan.. Bukan seperti itu. "

"Lalu? "

"Hanya saja aku tidak ingin mereka salah paham. Maklum. Mereka pasti berpikiran yang aneh-aneh. " Rose menjelaskan.

" Memang apa yang akan mereka pikirkan? "

" Benarkah? Kau tak bisa menebak apa yang mereka pikirkan? Di zaman sekarang? "

Bryan menggeleng tak mengerti.

" Aku yakin kau tak sepolos itu Pak Bryan. " Ejek Rose.

"Bryan." Bryan menegaskan.

" Yah. " Rose menyerah.

" Jadi? " Tanya Bryan.

" Lupakan saja. Sebaiknya kita pergi sekarang.  Kau lapar bukan? " Rose mengalihkan pembicaraan.

Bryan mengangguk dengan keras. Ia lalu melajukan mobilnya, keluar dari lingkungan sekolah.

ROSE (on Going)Место, где живут истории. Откройте их для себя