ROSE 40

2.6K 304 38
                                    

Rose POV

"Dad yakin akan pergi bersama Paman Steven? " Kataku pada ayah sambil mendorong kursi rodanya ke halaman depan menuju mobil Paman Steven.

"Kenapa tidak? Aku sudah biasa pergi bukan? " Jawab ayahku.

"Kau meragukan ku Rose? " Sela Paman Steven saat dia memasukkan tas ayahku ke dalam bagasi mobil.

"Tentu saja tidak Paman. Aku hanya tidak ingin Dad merepotkan kalian. "

"Jangan memancing ku untuk bercerita panjang lebar Rose, jika itu terjadi makan kami baru akan berangkat besok lusa. " Celetuk Paman Steven, lalu kami tertawa bersama.

"Dan kau tahu, aku sudah merindukan istriku. Dia sudah menyiapkan makanan kesukaan iparnya ini. " Tambahnya lagi, berjalan mendekati kami.

"Oh Bibi Grace, sampaikan salamku padanya Paman. Aku merindukannya. " Aku teringat akan Bibi Grace.

"Ikutlah bersama kami, maka kau akan bertemu dengannya. " Jawab ayahku. Ia masuk ke dalam mobil di bantu oleh paman Steven.

"Benar." Timpal Paman Steven.

"Tidak Dad, Paman. Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku. " Aku menolak dengan halus.

"Pekerjaan selalu menjadi alasan terbaikmu Rose. Cepat menikah, lalu biarkan suamimu yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan kalian. " Ucap Paman Steven.

"Aku belum ingin menikah Paman. Lagi pula.. "

"Selamat sore. Apa kalian akan berpergian?" Sela seseorang dari belakangku dan aku menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang barusan berbicara.

"Liam? " Kataku sedikit terkejut setelah melihatnya. Dia tersenyum kepadaku.

"Kalau begitu kami berangkat Rose. Jaga dirimu baik-baik. Dan siapa teman pria mu ini? " Tanya Paman Steven, aku kembali menoleh padanya.

"Umm. Dia Liam, teman ku. Liam, ini Pamanku Steven. " Aku memperkenalkan mereka berdua.

"Senang mengenalmu Tuan Steven. " Sapa Liam dengan tenang, mereka berjabat tangan.

"Baiklah. Kami berangkat. Hari sudah mulai gelap. " ucap Paman Steven.

"Hati-hati selama di perjalanan, kabari aku begitu sampai. Oke? " Aku berkata pada Paman Steven dan ayahku.

"Sampai jumpa Rose. " Kata Paman Steven, lalu ia mulai menggerakkan mobilnya perlahan, menjauhi rumah kami.

Aku melambaikan tangan kepada mereka.
Dan aku berhenti saat Liam menoleh kepadaku dan bertanya.
"Kau tidak ikut? "

"Tidak. Kau? Ada apa kemari? " Tanyaku sedikit heran.

"Hanya ingin menemui seorang teman. " Jawabnya santai. Dia terlihat begitu tampan seperti biasa.

"Kau mempunyai teman di sekitar sini? "

"Apa kau bukan temanku? Kau bilang, kita berteman bukan? "

"Oh.. Kau datang untuk menemuiku? " Aku terkekeh.

"Tentu saja. "

"Oh.. Maafkan aku., aku pikir.. Sudahlah, ayo silahkan masuk. " Aku mengajaknya masuk ke dalam rumah.

"Kau sendirian? " Tanyaku lagi saat membuka pintu.

"Ya." Jawabnya, ia mengikuti ku dari belakang.

"Duduklah, aku akan mengambilkan minuman untukmu. "

"Terima kasih Rose. "

Aku pergi ke dapur, mengambil dua buah gelas dan pergi ke lemari pendingin untuk melihat minuman apa yang bisa ku suguhkan untuk Liam.
Tumben sekali dia datang, padahal di antara kami sudah tidak ada apa-apa lagi.

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now