ROSE 36

2.4K 267 25
                                    

Edward POV

"Kau beruntung memilikinya. Dan dia juga sangat beruntung memiliki ayah seperti dirimu. Aku harap kau tidak menyia-nyiakannya."

Ucapan Rose seperti sebuah balok kayu yang menghantam dadaku dengan keras. Ucapannya benar-benar seperti sedang mengatai ku. Menyadarkanku suatu keadaan sebenarnya. Aku tidak ingin menyia-nyiakan putriku. Apalagi hanya untuk kepentingan hatiku, aku mengorbankan kebahagiaannya. Dia lebih penting dari segalanya di hidupku. Dia prioritas utamaku bukan yang lain.

Melihat kearah Paula dan Rose yang sedang mengatur macaroni ke dalam mangkuk anti panas, mereka tertawa bersama dan terlihat begitu menikmati waktu mereka. Sesekali Rose meraih dagu putriku hanya untuk melihat senyuman manisnya. Paula begitu bersemangat membuat mac n cheese kesukaannya, dulu ia sering membuat itu bersama ibunya.
Monica, aku tidak ingin memikirkannya.

"Dad...  Kau ingin sesuatu? Aku dan Mrs. Rossy akan mencoba membuatkannya." Ucapan Paula membuyarkan lamunanku.

Rose menatapku dan Paula bergantian, merasa canggung dengan kami.
"Apapun yang kau buat, Daddy akan memakannya. " Itu adalah salah satu cara menyenangkan putriku.

Suasana di meja makan hening, hanya ada suara dentingan sendok yang berbenturan dengan piring.
Baik aku maupun Rose, kami tidak bicara begitupun dengan Paula. Dia menyantap makanan kesukaannya dengan semangat. Dan sekarang mulutnya belepotan.

Melihat Paula dengan lahap menghabiskan makanan di depannya membuat Rose tersenyum lebar.
"Kau sangat menyukainya, huh? " Tanya Rose membuka suara di keheningan.

"Mommy sering membuatkannya untukku. Daddy juga. Tapi sekarang Daddy jarang membuatnya. " Ungkap Paula sambil terus melahap makanannya.

Aku tertegun mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut kecil Paula, darimana dia mendapatkan kata-kata yang sungguh, menusukku.
Aku sadar, setelah aku bercerai dengan Monica akulah yang sering membuatkan Mac n cheese untuknya. Beruntung aku sempat belajar pada Monica saat kami masih bersama. Tapi, memang benar apa yang Paula katakan, sekarang aku sangat jarang membuatkannya sarapan itu. Aku memilih yang simple, susu dan sereal di pagi hari dan sangat jarang membuat makanan kesukaannya itu, lagi.

Kau dengar Edward, putrimu sekarang sedang mengeluhkan sikapmu yang mulai mengabaikannya.
Suara hati ku berbisik mengejekku.

Benarkah aku mengabaikannya?putriku?
Aku tertunduk menatap makananku, menyesal.

"Kau mau aku menyiapkannya untukmu beberapa hari kedepan?" Suara Rose kembali terdengar. Ia mencoba membuka pembicaraan yang ia tahu sulit untuk aku katakan. Rose mengerti situasi ku.

"Kau akan memasak untukku lagi? Besok? " Tanya Paula bersemangat.

Rose menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Begitu pula dengan Paula yang sangat senang mendengar bahwa Rose akan memasakkannya makanan lagi, besok.

Rasanya sangat hangat disini, berkumpul di meja makan saat malam hari berbicara dan mendengarkan, melihat dan berinteraksi dengan mereka, Paula dan Rose. Itu membuatku tenang dan merasa sedikit nyaman. Suasana rumah yang biasa hanya ada suara aku dan Paula, kini ada suara Rose yang menimpali. Menyenangkan.

Paula meringkuk dengan nyaman di pangkuan Rose. Dia tertidur setelah Menonton film kartun kesukaannya, Monster Ink. Aku melihat ke arah mereka, Rose sedang membelai rambut pirang Paula. Hatiku terketuk. Mengapa Paula bisa merasa nyaman saat bersama Rose? Dia seperti sedang berada di dekat ibunya ketika ia bersama Rose. Aku sendiri tidak mengerti, apa yang Rose berikan padanya sehingga ia menempel dan sangat menyukai Rose ada di dekatnya.
Andaikan apa yang aku lihat sekarang adalah pemandangan dimana Ellie yang sedang berada disana, memangku Paula dan mengelus nya seperti itu. Akh... 
Ellie sudah menunjukkan dengan jelas dia tidak menyukai putriku, saat ini.

ROSE (on Going)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ