ROSE - 72

407 57 2
                                    

Rose POV

Aku menatap ke dalam mata Edward, mencari sesuatu, tapi tidak ku temukan.
Aku mencoba mencerna kembali ucapannya.
Benarkah ia takut aku mengkhianatinya?
Bagaimana bisa dia berpikir sejahat itu?
Aku? Mengkhianatinya?

' Aku mencintaimu. Aku ingin bersamamu. ' Aku ingin meneriakkan itu kepadanya saat ini.

" Kau berpikir bahwa aku akan mengkhianatimu, begitu? " tanya ku akhirnya.

Edward menyesap wine-nya. lalu menganggukkan kepalanya.

Sial.
Seburuk itukah pikirannya kepadaku?

" Monica, Ellie, mereka . Aku mengatakan cinta pada mereka. " Edward terkekeh pelan. Tatapannya sendu.

" Dan akhirnya, apa yang aku dapatkan? Pengkhianatan. " tambahnya.

Putus asa, pria-ku putus asa.
Aku bisa melihat itu  disana.

" Kau menyamakan aku dengan mereka? " Aku bertanya kepadanya.

Edward tak menjawab pertanyaanku. Ia hanya melihatku dengan tatapan sendunya.

" Edward. Katakan padaku. Ku mohon. " Aku merengek.

" Aku takut kau akan melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan kepadaku. " Jawabnya pelan.

Aku menggelengkan kepalaku.
Airmata-ku tumpah, aku tidak bisa menahannya.

" Aku tidak akan meninggalkan-mu. Aku di sini. Bersamamu. " Aku meyakinkan dirinya.

Edward menatap diriku lagi.
Mengapa?
Apa dia meragukan diriku juga?

Aku sedang membicarakan perasaanku saat ini. Rasa yang sedang aku rasakan sekarang.
Aku juga tidak bisa memprediksi masa depan.
Entah bagaimana kedepannya nanti, aku tidak tahu.

Tapi untuk sekarang aku mengakui bahwa aku mencintai pria di depan-ku ini.
Aku tidak akan mengkhianatinya dan juga melukainya seperti Monica maupun Ellie.

" Pengalaman mengajariku banyak hal, Rose. Aku hanya takut kembali merasakan kehilangan. " Lagi-lagi, dia putus asa.

Percuma saja. Ini tidak akan berhasil.
Edward dengan keputusannya. Dengan pemikiran yang ia punya.
Apapun yang aku katakan, tidak akan masuk ke kepalanya.

Baiklah, cukup untuk saat ini.
Kepalaku ingin pecah.
Aku dengan ego-ku yang menginginkan lebih.
Dan Edward dengan trauma-nya, takut untuk mengucapkan kata CINTA.

Akh...  Cukup aneh.
Ternyata di dunia ini ada yang namanya trauma mencintai seseorang.

Aku pikir, setelah hubungan cinta seseorang telah usai, kandas, berakhir , maka ia akan mencari cinta yang baru lagi. Melupakan masa lalunya, move on, berjalan maju dengan cinta yang baru. Mencari kekasih baru, bersenang-senang kembali.

Tapi tidak dengan Edward.
Dia berbeda. Dia masih terjebak di masa lalunya.
Dia belum bisa melupakan semua hal yang menyakitinya.
Monica. Ellie.
Edward belum move on dari semua masa lalunya.

" Oke. Edward, Aku pikir aku sudah sedikit mengerti dengan semua yang kau ceritakan barusan. Dan aku menyimpulkan, kau masih belum bisa move on dari kehidupan lama-mu. Kau masih di bayang-bayangi oleh masa lalu-mu. Kau tidak bergerak kemana-mana. " Aku menarik garis tipis di bibirku. Kecewa.

Menelan semua kenyataan yang baru saja aku katakan pada Edward.
Itulah kenyataannya. Edward masih di sana, di masa lalunya.

Edward terdiam. Matanya bergerak mencari ke dalam mataku.
Lalu ia tiba-tiba berdiri, bangkit dari kursinya dan menghampiri kursi-ku.

" Tidak. Jangan menyerah padaku. Aku mohon. " Ucapnya dengan serius.

" Semua akan percuma jika kau masih  di sana Edward. Tidak ada gunanya. "
Kataku lirih.

" Aku membutuhkanmu, Rose. I need you. "

" Untuk apa? Untuk menyalurkan hasratmu? Sebagai pemuas nafsumu?
Kau mengatakan bahwa aku adalah milikmu? " Aku benar-benar tak bisa menahan kekecewaan ku.

Edward mengangguk dengan ragu.
Bagian mana yang ia benarkan?

" Aku bukan barang yang bisa seenaknya kau cap sebagai milikmu Edward. Yang seenaknya bisa kau pakai saat kau inginkan. "

" Aku wanita. Aku memiliki perasaan, aku memiliki hati. Dan... Dan... Kau tahu, kau tahu aku mencintaimu. Aku mencintaimu Edward. Tapi kau tidak. " Aku terisak. Air mata ku kembali menganak sungai. Aku benci ini.
Aku benci menyatakan perasaanku  seperti ini.

Edward membuka mulutnya, aku tidak tahu apa yang ia pikirkan setelah mendengar ocehanku barusan.
Aku lelah, benar-benar lelah dan ingin pergi dari hadapannya. Aku tidak bisa berpikir lagi.

Aku kembali menangis saat tubuhku di tarik oleh Edward ke dalam pelukannya. Ia memelukku erat.
Aku bisa merasakan detak jantungnya  di telingaku.
Ia mencium puncak kepalaku dengan penuh kasih sayang.

Ini begitu menyakitkan.
Mengapa dia melakukan ini di saat dia tidak bisa membalas perasaanku padanya.
Apa dia tidak berpikir bahwa ini menyakiti perasaanku?

Seolah-olah dia memberikan harapan kepadaku, namun ia dengan tega menepisnya begitu saja ketika tahu aku mengharapkannya.

Aku ingin memukulnya, meluapkan kekesalan-ku. Tapi aku menahannya. Tidak.

" Ssttthh... Aku tahu. Aku tahu. Tapi tidak sekarang, Rose. Beri aku waktu untuk memikirkan semua ini. Aku butuh waktu untuk memulainya. Tidak, untuk sekarang. " Edward mencoba menenangkan-ku.

Ia mengelus lembut punggungku. Menciumi kepalaku berkali-kali.

' Tidak untuk sekarang. '

Kata-kata itu, bagaikan pisau yang menusuk tajam di hatiku.

' Tidak untuk sekarang. '

" Sampai kapan Edward? Sejauh mana aku harus bertahan? Aku tak yakin. " Kataku lirih di dalam pelukannya.

" Sampai aku siap. Sampai aku tahu jawabannya. " Jawab Edward.

" Kalau begitu jangan temui aku sampai kau sudah mendapatkan jawabannya. "

Ini akan lebih baik.

Mendengar itu, Edward lalu mendorong tubuhku menjauh dari tubuhnya. Ia memegang kedua lenganku, tak melepaskannya.
Ia menatap ku dengan tajam.

" NO!!! Kau akan tetap di sini. Bersamaku. You are mine, Rose!! Always be MINE!!! " Ucap Edward penuh penekanan.

" Jangan pernah berpikir untuk pergi dariku. Karena aku tidak akan melepaskanmu atau membiarkan dirimu pergi. " Tambahnya lagi.

Aku melihat ke matanya.

" Kau egois. " Bisikku tepat di depan bibirnya.

" YES. I'M!!! " Balas Edward tanpa ragu.

Aku merasakan bibir Edward menekan bibirku. Menuntut meminta  akses sepenuhnya. Otak dan hatiku ingin menolaknya, namun hal yang berbeda di lakukan oleh tubuhku.

Aku membalasnya, membuka mulutku dan membiarkan bibir dan lidah Edward menjelajah ke dalam mulutku.
Sesekali ia menggigit bibirku, lalu menghisapnya.
Ia menekan kepalaku semakin dekat dengan wajahnya, merapatkan tubuhku ke tubuhnya. Agar aku tak melepaskan diri.

Aku tak kuasa menolak. Dengan sadar aku melingkarkan tanganku di lehernya. Menyerah padanya.
Aku lemah di bawahnya.

Aku terpesona pada keindahan seorang Edward, sekaligus terkungkung tak berdaya atas kekuasaannya yang semena-mena.

' Lepaskan aku... '
' Tidak!! Jangan lepaskan aku. '
' Bodoh!! '
' Kau benar-benar bodoh, Rose!!! '

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 20, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now