ROSE-21

3.4K 272 11
                                    

"Apapun yang dikatakan Lena, aku mohon jangan dengarkan dia." Kata Liam pelan saat matanya mencari-cari mata Rose.
Ia tahu bahwa Roase sedang kesal karena tingkah konyol Lena.

"Aku mendengarkannya, aku tahu dia benar. Aku hanya tidak ingin terganggu olehnya." Rose menjelaskan.

"Apa kau menikmati malam ini?" Tanya Liam setengah berbisik, ia mendekatkan bibirnya ke telinga Rose dan itu berhasil membuat Rose menggigil.

"Yaa.. Aku cukup menikmatinya." Kata Rose gugup.
"Kalau kau tidak suka, kita bisa pergi. Kita bisa mencari suasana yang lebih baik untukmu." Liam menawarkan.

"Tidak... Tidak... Ini pestamu, bukan pestaku. Teman-temanmu semuanya disini, tidak mungkin kita meninggalkan mereka." Rose menolak, ia merasa tidak nyaman sekarang.

Suasana club semakain riuh, lantai dansa di penuhi orang-orang yang menari menggoyangkan tubuh mereka mengikuti iringan lagu yang menghentak. Beberapa kelompok berdiri sambil memegang minuman dan mengobrol. Kelompok lainnya melakukan hal lainnya sesuai dengan keinginan mereka.
Rose dan Liam berdiri di antara Edward dan Juan juga Ray, mereka bicara seperti biasanya, wanita, olahraga, pertandingan sepak bola dan lain-lain. Rose sama sekali tidak mengerti apapun yang mereka bahas, ia hanya ingin bisa keluar sebentar dari ruangan ini untuk mencari udara segar.
Mungkin aku bisa ke dapur atau ke meja bar untuk menemui Vilona atau Eric, aku benar-benar tidak betah di dalam ruangan ini. Pikir Rose, ia pun memberitahu keinginannya pada Liam.
"Aku harus buang air kecil." Kata Rose ragu.
"jangan pergi terlalu lama." Kata Liam mengingatkan.
"Oke." Kata Rose setuju. Ia lalu meneguk habis wine yang ada di gelasnya, meletakkan gelas di meja dan berjalan pergi dari ruangan.

Rose berjalan cepat ke arah dapur berusaha melewati kerumunan orang-orang yang memenuhi setiap sudut ruangan. Akhirnya ia sampai di meja bar dan ia menyapa Eric yang berada di balik meja.
"Hai Eric..."
Eric menoleh pada sumber suara dan matanya membulat, terkejut kagum melihat siapa yang menyapanya.
"Rose?? Kau kah itu?" Katanya.
"Ya ini aku. Mengapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Rose, bergerak tidak nyaman di balik gaun ketatnya.
"Seperti apa?" Eric mengganggunya.
"Seperti kau sedang melihat mangsa dan siap-siap menerkam lalu memakanku hidup-hidup." Oceh Rose.
Eric tertawa keras mendengar ucapan Rose.
"Ada apa denganmu? Kau berpakaian seperti ini, kau libur dan sekarang disini." Eric mengangkat tangannya.

"Dia sedang berkencan dengan bos kita." Celetuk seseorang dari belakang Rose.
Rose berbalik, begitu juga Eric yang melongo mendengar kalimat itu terucap.
"Apa?" Teriak Eric.
"Sial. Jaga mulutmu Vilona, apa jadinya aku ketika semua orang tahu bahwa aku.." Sentak Rose pelan.
"Jadi benar bahwa kau dan Liam.." Teriak Eric lagi, memotong ucapan Rose. Namun lebih pelan kali ini.
"Sssttttt...." Bentak Rose dengan jari telunjuk menekan bibir pinknya.
Mulut Eric menganga dan senyuman ada di balik wajahnya. Rose yakin itu mengejutkannya.

"Bagaimana malammu Nyonya?" Goda Vilona, menyikut lengan Rose.
"Nyonya? Apa-apaan?" Rose berdalih.
"Kau sekarang pacar pemilik club ini, tentu saja kau Nyonya kan?" tambah Vilona.
"Tidak.. Tidak.. Aku bukan. Aku masih sama seperti biasanya, hanya karyawan disini." Rose menjelaskan dengan gugup.
"Benarkah?" Sahut Eric.
"Tentu saja." Jawab Rose yakin.
"Kau tidak ingin menempati posisi?" Tanya Eric lagi. Wow.. Apa ini? Mencari kesempatan? Tidak.
"Tidak.. Aku rasa tidak. Posisiku sekarang, aku lebih menyukainya. Itu tidak terlalu berat bukan?" Kata Rose yakin.
"Lalu sekarang dimana bosmu? Umm maksudku... Kekasihmu.." Goda Vilona lagi.
Rose memutar matanya pada Vilona.
"Apa ini benar-benar? Kau berhubungan dengan bos Rose?" Tanya Eric ingin pembenaran.
"Kau ini. Aku sudah mengatakannya bukan!!" Bentak Vilona pada Eric.
"Oke.. Oke.. Aku hanya tidak percaya, benarkan itu sekarang?" Eric menyerah.
"Jika kau bertanya itu lagi, aku akan melempar botol ini ke kepalamu agar kau sadar dan mendengarkan Eric." Bentak Vilona.
Eric mengerutkan bibirnya dan memutar mata pada Vilona, lalu tersenyum pada Rose.

"Baiklah, aku bertanya lagi. Apa yang kau lakukan disini? Bukankah bos sedang mengadakan pesta ulang tahunnya?" Tanya Vilona perhatian.
"Bos sedang ulang tahun? Mengapa aku tidak tahu itu?" Teriak Eric, membuat Vilona benar-benar kesal.
"Diam." Bentaknya. Dan secara otomatis Eric mengerutkan bibirnya lagi.

Rose terkikik melihat tingkah laku konyol dua temannya itu.
"Aku hanya mencari udara segar, menyesakkan sekali lama-lama di ruangan itu." Keluh Rose.
"Bukankah sama saja dengan pekerjaan kita? Kita seting melakukannya, keluar masuk ruangan. Dan lihat apa bedanya sekarang?" Tanya Vilona.
"Ada Lena disana, dan itu menggangguku." Jelas Rose lemah.
"Lena?"
"Mantan kekasih Liam. Dia seperti benalu, selalu berusaha menempel pada Liam. Padahal ia tahu bahwa aku adalah pacarnya dan ada disana." Jelas Rose kesal.
"Apa?" Teriak Vilona kesal.
"Sepertinya dia punya rencana jahat." Tambahnya.
Rose mengendikkan bahu.
"Entahlah, tapi hati kecilku seperti tidak peduli. Aku akui aku cemburu, tapi tidak kemana-mana." Rose seakan tidak peduli.
"Apa kau benar mencintai Bos?" Celetuk Eric.
"Aku butuh minuman yang bisa menyegarkan kepalaku Eric, aku tidak butuh pertanyaanmu." Ketus Rose.
"Ya.. Ya.. Baiklah.. Semua orang tidak peduli padaku.. Awas kalian berdua, aku akan memberi racun pada minumanmu." Kata Eric dengan raut wajah kesal.
Rose dan Vilona tersenyum kepadanya.
"Ini. Spesial untuk Nyonya yang sedang patah hati. Aku tidak bercanda dengan memberimu sedikit racun disana. Itu agar kau lebih berani bertindak, untuk mencekik lawanmu." Kata Eric dengan seringai jahatnya. Ia menyodorkan segelas minuman bewarna merah dengan sedikit es batu.
"Benarkah?" Rose membulatkan matanya tidak percaya, ia meraih gelas dan meneguknya cepat, humor menular pada ketiganya.

Rose dengan ragu kembali ke ruangan pesta, sepatu dengan tapak datar akan lebih mudah digunakan disini daripada sepatu dengan hak tinggi. Itu membuatnya pegal.
Rose masuk ke dalam ruangan ia bertemu dengan Ray, dan Rey menyapanya.
"Hai... Kau Rose benarkan?"
"Hai.. Ya.. Aku Rose, senang bertemu denganmu." Balas Rose ramah. Matanya berkeliling ruangan mencari sosok Liam yang belum dilihatnya.
"Apa kau melihat Liam?" Tanya Rose.
Ray mengalihkan pandangannya ke setiap sudut ruangan untuk membantu Rose menemukan kekasihnya.
"Sepertinya tidak." Katanya cadel, sambil menggelengkan kepalanya.
Dari aromanya saja, Rose sudah tahu bahwa pria di depannya ini sudah banyak minum.
"Baiklah, terima kasih." Kata Rose, kemudian pergi meninggalkan Ray dan kembali mencari Liam.

"Dimana dia?" Tanya Rose pada dirinya sendiri.
Rose berhenti di sudut ruangan, namun belum juga menemukan sosok Liam yang dicarinya.
"Hei.." Sesorang mengejutkannya dari belakang dan membuat Rose langsug berbalik.
"Edward..."
"Apa yang kau lakukan disini? Dimana Liam?" Tanya Edward sambil melihat sekeliling untuk mencari keberadaan Liam.
"Aku belum menemukannya, Aku sedang mencarinya." Kata Rose lemah.
Apakah Liam meninggalkannya di pesta ini sendirian, sekarang?
Lena. Sialan. Perempuan itu. Apakah mereka sedang berdua? Mengapa hatiku berkata bahwa itu benar.
Rose merasa kesal dengan pemikirannya itu. Ia memejamkan matanya sebentar untuk meredakan ledakan di dalam kepalanya. Berharap bahwa itu tidaklah benar, hanya pemikirannya saja.

"Rose.. Kau dengar aku?" Sentuhan tangan Edward mengembalikan kesadaran Rose.
"Apa?" Tanya Rose bingung.
"Tidak apa-apa. aku akan meninggalkanmu. Selamat bersenang-senang." Kata Edward pelan, lalu meninggalkan Rose dengan pikirannya.
Yaa.. Para pria dan wanitanya. Pikir Rose cemberut.

Sekali lagi Rose melemparkan pandangannya ke segala arah untuk mencari Liam, tapi hasilnya Liam juga belum kelihatan.
Kemana dia? Lena juga tidak kelihatan di sekitar sini. Pikiran aneh mulai merasuki Rose, bayangan Liam dan Lena bersama memenuhi kepalanya dan membuat Rose kesal. Ia merasa dibodohi jika memang itu yang terjadi. Dia harus mencari Liam sekarang, ini pesta ulang tahunnya dan ia meninggalkan Rose sendirian di tengah-tengah pestanya? Lucu sekali.
Aku harus menemukannya, jika tidak, aku akan kembali ke rumah dan memikirkan semuanya lagi. Aku merasa Liam tidak serius padaku.
Omong kosong...
Bentak Rose dalam hati.
Ia mengambil segelas anggur yang di bawa oleh pelayan saat melintas di depannya.
"Thanks.." Katanya lemah.
Lalu meneguk habis minuman di tangannya.

Entah apa yang merasuki pikirannya, Rose berjalan santai melewati setiap ruangan menuju satu ruangan yang ingin ia datangi. Ruang kerja Liam, ia sangat berharap bisa menemui kekasihnya disana, ia sudah lelah untuk mencarinya kesana kemari dan ia bersumpah ini adalah tempat terakhirnya untuk mencari Liam. Jika Liam tidak juga ada disana, maka ia akan duduk disana sampai Liam datang menemuinya.
"Kakiku sudah sangat lelah mencarimu Liam, dimana kau?" Rungut Rose.

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now