ROSE 52

2.5K 312 25
                                    

Edward POV

"Rose.. " Aku berteriak. Namun Rose sama sekali tak bergeming, dia tetap berjalan cepat meninggalkan diriku.

Mengapa lagi-lagi dia seakan ingin menghindar dariku? Apa yang telah aku lakukan sehingga dia melakukan itu?
Apa aku telah berbuat salah kepadanya?
Ya, aku akui beberapa hari aku tidak menghubunginya atau sekedar menyapanya. Itu karena aku terlalu sibuk mengurus salah satu kontrak kerja sama dengan sebuah perusahaan perfilman. Memang aku keterlaluan, tapi mengapa dia mengatakan bahwa aku dan Monica akan rujuk? Darimana asal berita yang ia dapat?
Seseorang pasti telah memberinya omong kosong, dan dia percaya itu. Sial.

Aku berlari untuk menyusul Rose, dan tidak sulit untuk mendapatkan keberadaanya, karena Tuhan tengah berbaik hati padaku. Dia sedang menunggu taksi untuk membawanya pergi dari sini.
Aku segera menghampirinya dan menarik lengannya agar ikut bersamaku.

"Kau.. " Rutuknya saat mendapati akulah yang menariknya.

"Pulang bersamaku. " Kataku datar, aku tidak ingin membuat keributan atau orang-orang akan menjadikan ini sebagai tontonan gratis.

"Aku bisa pulang sendiri Edward. Lepaskan tanganku. " Ketus Rose.

"Pulang bersamaku dengan kakimu sendiri atau ku gendong. Pilihan di tanganmu. " Aku memberinya sedikit ancaman.

Rose membulatkan matanya, "kau... "

Aku menganggukkan kepala pelan, lalu membungkuk memberi aba-aba untuk menggendongnya.

"Oke. Aku jalan. "

Bagus.

Dia menghentakkan kakinya ke tanah saat berjalan, dan itu membuatku gemas.
"Rose, mobilku di sebelah sana." Aku menunjuk ke belakang, berlainan arah dari langkahnya.

Rose berhenti, dia menoleh kepadaku, lalu memejamkan matanya kuat-kuat.
Ia memutar balik dan melangkah kembali ke arahku, aku tersenyum padanya namun ia tetap memasang wajah kesalnya padaku.
Apa aku harus menciumnya agar ia melemparkan senyumnya kepadaku?
Wanita akan seperti itu bukan?

Tak ada yang bicara selama Perjalanan menuju rumahnya, baik Rose maupun aku kami sama-sama diam. Apa yang mengganggunya?
Sesekali aku melihat ke arahnya, ia hanya menatap ke jendela di sampingnya. Entah apa yang sedang ia pikirkan.

"Apa Monica menemuimu? " Aku menebak dengan suara rendah.

Dia masih saja diam.

"Dia hanya memintaku untuk tidak berhubungan denganmu di luar urusan sekolah Paula. Itu saja. "

Akhirnya ia bersuara.

"Lalu mengapa kau mengatakan bahwa aku dan Monica akan rujuk? Apa dia juga mengatakan itu padamu? "

"Ya, dia mengatakan itu. Dia mencurigaiku memiliki hubungan denganmu, dia tidak ingin kau terpengaruh padaku dan membatalkan rencana kalian untuk kembali bersama. Padahal itu sama sekali tidak benar. Kita tak memiliki hubungan apapun, untuk apa dia takut."

Aku mendengarkannya, dia benar kami tak memiliki hubungan apapun. Tapi untuk apa Monica menemuinya dan mengatakan omong kosong itu semua?

Kami sampai di rumahnya, dan Rose segera melepaskan seat beltnya tapi aku menahan tangannya.
"Boleh aku masuk? " Aku bertanya dengan ragu.

"Untuk apa? "

"Hanya bicara. "

Rose diam, mungkin sedang memikirkan jawaban untuk menerima ku masuk atau tidak.
"Masuklah. Aku masih memiliki stok teh di dapur. Mungkin kau mau. "

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now