ROSE 38

2.9K 310 26
                                    

Rose POV

Aku duduk di tepi ranjang sekali lagi dan  melihat koper kecilku yang sudah siap untuk di bawa pergi. Edward sudah kembali, itu artinya tugasku disini juga sudah selesai.
Hati kecilku mengatakan bahwa aku akan merindukan sosok gadis kecil yang baru beberapa hari ini aku urus.
Senyumnya, celotehannya, marahnya manjanya,  semua kebiasaan yang ia miliki, membuatku merasa lebih dekat dengannya beberapa hari ini. Paula memang anak yang menggemaskan.

Bangkit dari ranjang, aku akan membuatkan sarapan untuk Paula terlebih dahulu sebelum aku pergi. Dan Ini hari sabtu, aku sengaja untuk tidak membangunkannya lebih awal karena ia tidak pergi ke sekolah.

Saat aku keluar dari kamar menuju dapur, dan melintasi ruang keluarga aku melihat Edward masih tidur di tempat ia duduk semalam. Ia tidur dengan nyaman walapun bukan di kamarnya, tidak ada bantal maupun selimut. Bahkan dia tidak mengganti pakaiannya.
Mengapa dia tidak pindah ke kamarnya?
Batinku bertanya.

Udara pagi ini cukup dingin dan Edward tidak mengenakan selimut untuk menghangatkan tubuhnya. Aku bergegas kembali ke kamarku untuk mengambil selimut untuk Edward, karena aku tidak berani untuk masuk ke kamarnya walaupun hanya untuk mengambil selimut miliknya.

Berjalan pelan mendekati Edward yang masih tertidur pulas, aku bisa mendengar dengkuran pelannya. Kancing bajunya terbuka sampai ke dada, sehingga aku bisa melihat dadanya yang bidang sedang turun naik, ia bernafas dengan tenang dan santai. Wajahnya yang tampan tertutupi oleh lebam dan memar di bagian tulang pipi dan beberapa bagian lain. bibirnya yang seksi kini terlihat membengkak karena sedikit robek.
Ya Tuhan...  Apa yang membuatnya bisa seperti ini?

Aku menggelengkan kepala, menyadarkan diriku sendiri karena sudah terpesona oleh pemandangan indah di depanku.
Tidak. Tidak. Aku tidak boleh terpesona pada keindahan yang Edward miliki.
Dia milik orang lain. Dia mencintai orang lain.
Aku tak hanya sekedar..  Akh..  Sudahlah..

Aku meletakkan selimut dengan perlahan di atas tubuhnya yang sedang meringkuk di sofa. Ia sama sekali tak bergerak saat aku menyelimutinya. Syukurlah, aku tidak ingin  terpergok olehnya sedang melakukan hal ini. Akan sangat mengacaukan jika Edward terbangun saat aku menyelimutinya.

Setelah selesai, aku pergi ke dapur untuk membuatkan Paula sarapan. Tidak hanya Paula, tapi aku juga akan membuatkan sup untuk Edward. Aku rasa dia memerlukan itu agar kembali pukih dan bertenaga. Tubuhnya pasti lelah dan sakit. Aku yakin dia berkelahi dengan seseorang semalam.  Tapi siapa? Apa sebabnya? Apa mungkin Edward memiliki musuh. Entahlah, bukan kapasitas ku untuk menanyakan hal ini padanya. Mungkin itu hal pribadi yang tidak perlu ia ceritakan. Padahal jika dia ingin bercerita padaku, maka aku bisa menjadi pendengar yang baik.

"Selamat pagi. " Suara berat dan tenang seseorang membuatku terperanjat.
Sendok sayur yang ku pegang terjatuh ke dalam panci sup yang sedang mendidih. Untung saja air panasnya tidak terciprat keluar.
Aku menoleh dan mendapati Edward tengah berdiri di dekat meja makan, dia memperhatikanku.

"Kau tidak apa-apa? Maaf aku mengejutkanmu. " Katanya khawatir dengan nada menyesal. Ia bergerak mendekat untuk memeriksa keadaanku yang sebenarnya tidak apa-apa.

"Hai.. Selamat pagi. Aku tidak apa-apa, sungguh. Bagaimana keadaanmu? " Kataku gugup. Aku berdebar hanya karena ia yang semakin dekat dan karena tatapannya.

"Sedikit lebih baik. " Jawabnya. Ia berhenti tepat di sampingku. Dia belum mandi, tapi aku bisa menghirup aroma khas pria milik Edward. Aku menarik nafas dalam-dalam, membuang jauh kegugupan ku di depannya.

"Aku membuatkanmu sup ayam. Kau ingin mencobanya? " Aku bertanya cepat dan memberikan senyuman pagi ku untuknya. Berharap dia pergi dari sisiku, membuat jarak denganku.

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now