ROSE 51

2.3K 274 21
                                    

Rose POV

Hari terasa begitu cepat untuk berganti. Aku masih belum menemukan pekerjaan tambahan. Kebanyakan dari mereka menginginkan pekerjaan full time, tapi aku tidak bisa. Aku harus mengajar di pagi hari, itu kewajibanku.

Berjalan lemah memasuki rumah, ponselku berdering dan aku merogoh tasku untuk mengambilnya.

Edward callings...

Kemana saja pria ini selama beberapa hari menghilang?
Tidak ada pesan, telepon atau apapun. Aku hanya tahu dari Paula bahwa Ayahnya sedang pergi bekerja, itu saja.
Dia sama sekali tidak pernah mengubungi ku semenjak makan malam itu.

Oh, mungkin benar apa yang Monica katakan waktu itu. Mereka akan kembali rujuk. Itu artinya mereka akan kembali bersama. Itu akan sangat bagus, ya.. Untuk Paula, itu akan bagus.
Aku tertawa kecil dengan pemikiran singkat ku.

"Hai Edward.. Apa kabar?" Aku menyapanya, aku senang dan sedih sekaligus. Dia meneleponku dan aku teringat akan ucapan Monica kepadaku agar menjauh.

"Hai Rose, aku baik. Bagaimana denganmu?"

"Aku baik, Terima kasih. " Jawabku singkat.

"Hei.. Ada apa? Kau terdengar sedang tidak bersemangat, kau sakit?" Ia terdengar khawatir.

"Tidak, aku baik-baik saja. Aku baru pulang mencari pekerjaan tambahan."

"Kau mencari pekerjaan tambahan? untuk apa? "

"Aku memiliki kewajiban yang harus aku penuhi. Aku tidak bisa hanya mengandalkan profesi ku sebagai guru taman kanak-kanak Edward. "

"Aku ingin bertemu denganmu malam ini. "
Katanya dingin.

Aku bisa melihat dia yang berubah menjadi seorang yang pemarah hanya dengan mendengar ucapannya.

Menjauh dari anak juga mantan suamiku.
Jangan mendekatinya.

Aku tahu itu Monica!

"Maaf Edward, aku tidak bisa. Aku ada janji lain. " Aku menolaknya.

"Kau memiliki janji dengan kekasihmu? " Tanyanya cepat.

Kekasih?
Yang benar saja?

"Tentu saja tidak. " Aku membela diri.

"Lalu kau akan pergi kemana dengan siapa? Apa Liam? " Cercanya.

"Ya Tuhan Edward.. Tentu saja bukan Liam."

"Lalu? "

"Aku akan pergi bersama guru-guru lainnya untuk menghadiri undangan dari ketua Yayasan sekolah kami yang baru." Aku menjelaskan.

"Maaf, aku pikir... " Ia bersuara dan meminta maaf.

"Kau pikir apa?" Aku menyela.

"Aku pikir akan mengajakmu menghadiri pesta di tempat temanku."

"Aku tidak bisa." Rasanya aku ingin marah kepada Edward.

"Ada apa denganmu huh?"

Apa aku terdengar sangat kasar?

"Maafkan aku. Aku tidak bisa pergi denganmu. Dan aku rasa lebih baik kita untuk tidak bertemu lagi selain urusan sekolah Paula, Edward." Aku mengucapkannya dengan satu tarikan nafas.

Sesuatu mengganjal di tenggorokanku, membuatku sesak.

"Apa yang kau bicarakan? "

"Aku harus pergi, aku akan bersiap-siap. Selamat sore Edward. " Aku memutuskan sambungan telepon dan mencampakkannya sembarangan. Aku tidak ingin terlarut dalam memikirkan Edward.

ROSE (on Going)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora