ROSE-28

2.6K 277 17
                                    

Rose POV

Mandi berjam-jam lamanya membuatku merasa kedinginan sekarang. Nafasku terasa panas di ujung hidung, kepalaku juga sedikit sakit karena berlama-lama di bawah pancuran air. Belum lagi rasa perih di bagian bawah sana membuatku merasa sangat tidak nyaman dan menganggu. Bayangan Edward yang tengah menikmati tubuhku di saat ia tidak sadar sepenuhnya menyakiti dan mengoyakkan harga diriku. Brengseknya dia. Dan aku menangis lagi di bawah pancuran air.
Sekarang aku hanya ingin cepat menyelesaikan ini, membersihkan semua kotoran yang menempel di tubuhku. Aku kotor, sangat-sangat kotor.

Aku menangis lagi di balik selimut tebal milik almarhum ibuku, meringkuk di atas tempat tidur, menahan getaran hebat dalam diriku yang bergolak. Tidak pernah sedikitpun aku membayangkan hal buruk ini akan terjadi padaku. Tidak pernah.
Bayangan Edward dengan kasar meniduri ku membuat tubuh dan batinku begitu sakit.

Jujur saja di usiaku yang menginjak 28 tahun aku belum pernah merasakan hubungan sex, layaknya teman-teman ku yang lain.
Aku hanya tidak ingin sembarangan memberikannya, aku ingin melakukannya dengan orang yang aku cintai. Tapi sekarang, semua itu tidak ada gunanya lagi. Edward merampas nya begitu saja,  tanpa cinta dan kasih sayang.  Dia merampas nya secara paksa. Bajingan!!

Ingin rasanya aku berteriak, meluapkan kemarahanku. Tapi tidak mungkin aku melakukannya. Papa akan menanyakan hal gila apa yang sedang aku lakukan sampai-sampai berteriak seperti itu. Aku tidak ingin  membebaninya dengan hal kotor ini.
Cukup, biar aku saja yang merasakan getirnya kenyataan yang aku hadapi sekarang.

Kelelahan karena terlalu banyak menangis, akhirnya membuat mataku terasa berat dan sangat sulit untuk di buka. Mataku membengkak, rasanya seperti mengantuk dan mataku sangat perih. Mencoba memejamkan mata, namun setiap aku melakukannya bayangan Edward kembali mengganggu dan menyakitkan dadaku. Aku tidak sanggup. Tapi hal itu selalu muncul di kepalaku dan mengganggu serta menyakitiku.

Aku tidak ingin melihatnya lagi, aku berharap aku tidak pernah bertemu dengannya. Kapan pun dimana pun.

Apa kau pikir dia ingin bertemu denganmu Rose?
Siapa dirimu?
Kau bukanlah seseorang yang penting baginya. Kau hanya sesaat, semalam, sama sekali tidak penting. Apalagi disaat dia mabuk seperti itu. Kau hanya mainan baginya.

Batinku berkata demikian. Itu sangat menyakitkan bukan?

Lupakan Rose, lupakan kejadian itu.
Percuma saja kau mengingatnya apalagi mencoba mengingatkan kepada Edward tentang apa yang telah dia lakukan padamu. Dia hanya akan menertawakanmu dan mengatakan hal bodoh tentangmu,  atau bahkan mungkin dia menghinamu. Lelaki itu, dia pernah menghinamu bukan, hanya karena kau bekerja di club?

Edward benar-benar bajingan.
Dia...  Dia... Aaarrggggg!!!!

***

Edward POV

Aku bergegas masuk ke dalam sekolah Paula, aku tahu ini belum waktunya pulang sekolah. Itu bagus, karena aku bisa menemui Rose dan minta bantuannya untuk mengingatkan apa yang terjadi di antara kami.

Melintas di depan kelas Paula, aku melihat ke dalam untuk melihat Rose, memastikan dia ada disana tengah mengajar muridnya.

Bukan, bukan Rose yang ada di dalam kelas mengajar anak-anak. Aku tidak mengenali guru itu. Lalu dimana Rose?
Aku akan pergi ke ruang guru, untuk menemuinya, mungkin dia disana.

Ruang guru tidak terlalu ramai, tentu saja. Mereka masih di dalam kelas untuk mengajar. Tapi yang aku cari juga tidak ada di sana,  sosoknya tidak aku temukan di setiap meja. Apa mungkin dia tidak datang ke sekolah hari ini? Mengapa?

Seseorang menegurku dari belakang, dan itu sukses membuatku terkejut.
"Maaf Pak,  ada yang bisa kami bantu? " Tegurnya.

"Oh, ya. Aku mencari Rose. Umm maksudku ibu guru Rose. Rossy..  Ya Rossy. " Aku menjadi gugup.

"Mrs. Rossy tidak datang ke sekolah hari ini, dia meminta izin untuk beberapa hari." Jawab guru pria berambut hitam mengkilat itu.

"Apa dia sakit? " Aku mencoba menebak.

"Sepertinya ya,  karena jarang sekali Mrs. Rossy izin kecuali dia sedang sakit. " Jawabnya.

Jadi Rose sedang sakit, apa itu karena kebodohan dan kecerobohan ku?
Sial. Sial. Sial.

"Baiklah, Terima kasih kalau begitu. " Aku segera pergi meninggalkan pria itu.

Sekarang apa yang harus aku lakukan? Mendatangi rumah Rose dan menjenguknya? Apa dia mau menerimaku?
Aku memijit pelipis, meringankan semua pikiran, aku bukan pria yang dengan mudahnya melupakan kesalahan yang aku buat. Aku tahu saat itu mungkin aku tengah mabuk, tapi aku tidak bisa memaafkan diriku karena aku melakukannya pada Rose. Dia gadis baik-baik, aku yakin itu.
Tidak mungkin dia bisa menerima perlakuan bodoh itu dariku.

Sambil menunggu jam pelajaran Paula selesai, aku duduk di taman memikirkan semuanya. Apa aku memang harus menemui Rose atau tidak perlu?
Tapi untuk apa juga aku mencarinya? Dia yang pergi begitu saja kan? Mengapa dia tidak datang menemuiku jika memang aku melakukan hal tidak senonoh itu padanya? Dia bisa saja datang padaku dan memarahiku atau meminta pertanggung jawaban atas perbuatanku. Tapi lihat, sampai sekarang dia sama sekali tidak menghubungi ku atau apapun.
Apa mungkin bukan Rose yang tidur bersamaku semalam? Mungkin memang Rose yang mengantarkan aku ke hotel sialan itu, tapi bisa saja setelah dia mengantar diriku dia langsung pergi dan aaarrrgghhh....
Terlalu banyak kemungkinan-kemungkinan memenuhi kepalaku. Hingga aku sendiri tidak tahu harus melakukan apa. Namun hati kecilku merasa sangat bersalah pada Rose, aku rasa aku harus menemuinya dan menanyakan semua kejadian semalam. Walaupun aku rasa bukan Rose yang tidur bersamaku.

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now