ROSE-22

3.3K 293 20
                                    

Rose sampai di tempat tujuannya. pintu ruangan itu tidak tertutup, ada celah yang cukup besar disana. Rose berhenti di depan pintu dan ragu untuk masuk, karena sepertinya memang Liam tidak ada di dalam sana.
Mengumpulkan semua keberanian yang ia miliki, ia mencoba untuk membuka pintu dan mengintip apakah Liam ada disana atau tidak.
Kosong, Liam tidak ada di balik meja kerjanya.
Kau dimana Liam?
Keluh Rose sedih, ia mundur dari tempatnya berdiri.

Suara tawa kecil seorang wanita mengalihkan perhatian Rose, raut wajahnya menjadi tegang.
Takut dan ingin tahu bercampur menjadi satu.
Suara tawa kecil itu berubah-ubah. Kadang suara tawa, kadang suara erangan dan rintihan.
"Sial. Apa itu?!" Gerutu Rose pelan.
Suara itu terdengar jelas oleh Rose dan ia yakin suara itu berasal dari dalam ruang kerja Liam.

Kepala Rose berdenyut saat tiba-tiba memikirkan bahwa suara itu adalah milik Lena. Apakah Liam berada di dalam bersama Lena? Apa yang sedang mereka lakukan disini?
Begitu banyak pertanyaan menghampiri benak Rose, namun ia tidak yakin dengan itu semua. Ia hanya perlu memastikan apa yang baru saja ia dengar bukanlah milik Lena. Mungkin saja, tapi ia tidak berharap bahwa lawannya adalah Liam, kekasihnya.

Rose berjalan dengan hati-hati memasuki ruangan Liam, ia takut salah-salah memergoki orang lain yang tengah bermesraan. Ia takut bahwa bukan Liam dan Lena disana. Bisa saja orang lain. Tapi tidak mungkin juga orang lain bisa seenaknya masuk kesini. Bagaimana jika itu Juan? Atau bagaimana jika itu adalah Edward?
Tidak.. Tidak.. Rose menggelengkan kepalanya cepat, menyadarkan dirinya.
Juan dan Edward ada di ruangan party.  Aku melihat mereka disana. Dan Edward, aku tidak melihat ada kekasihnya disini. Entahlah.. Untuk apa aku memikirnya?
Kata Rose cepat dalam hati.

Suara erangan itu mengembalikan rasa penasaran Rose, Rose begitu yakin dengan siapa yang ada di dalam sana.
Dengan perlahan ia melangkahkan kakinya, berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun di lantai. Baru satu langkah Rose masuk ke ruangan Liam, matanya langsung terfokus pada sudut ruangan yang diterangi oleh sedikit cahaya. Dua orang sedang bercumbu mesra disana. Seorang pria sedang duduk di sofa dan wanita di atas pangkuannya duduk  mengangkanginya.
Entah apa yang mereka lakukan tapi itu benar-benar kelihatan panas.

Rose pun ikut merasakan panas menjalar naik dari dada ke kepalanya. Dia mengenali pria itu dan rambut pirang emas wanita itu, ia sangat mengenalinya.
Tubuh Rose bergetar, kepalanya seperti di hantam oleh sebuah balok dari atas, benjolan besar tepat berada di tengah-tengah tenggorokannya, airmata mengancam keluar.
Rose benar-benar tidak menyangka pengkhianatan ini.
Liam dan Lena bersama dan sedang bercumbu dengan panasnya hingga mereka tidak sadar akan kehadirannya.
Ini belum lama, belum satu bulan mereka bersama dan ini yang Liam lakukan?

Dengan perlahan serta dengan kekesalan dan emosi yang memenuhi kepalanya, Rose mengangkat satu kakinya ke belakang dan menarik lepas sepatu tingginya. Mengayunkan sepatu itu dan melemparnya kuat tepat di dinding di atas kedua pengkhianat di depannya.
Praaanng... Suara menggema di ruangan.

"Rose." Teriak seseorang dari belakang dan mengejutkan Rose.
Rose menoleh dan airmata sudah memenuhi wajahnya.
Matanya merah, kekecewaan tampak jelas disana.
"Rose..." Kata Edward pelan, mencoba mendekati Rose. Ia bisa melihat dengan jelas airmata Rose jatuh di lantai.

"Rose.." Suara Liam terdengar.
Rose menoleh dan bersiap-siap pergi saat ia tahu bahwa Liam berjalan ke arahnya.

"Rose tunggu !!" Teriak Liam.
Namun Rose tidak mempedulikannya. Ia terus berjalan cepat meninggalkan semua kekacauan di belakangnya.

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now