ROSE - 70

289 54 5
                                    

Tatapan Edward beralih pada Rose.
Wanita itu masih berdiri di tempatnya.
Ia melangkahkan kakinya dan berhenti di hadapan wanita itu.

" Ada apa Mom kemari? Apa dia mengatakan yang tidak-tidak? " tanya Edward.

Rose menarik nafas dalam dan menghembuskannya ke atas.

" Aku ingin pulang sekarang. " tukas Rose.

Ia berjalan melewati Edward dan menghiraukan pertanyaan pria itu.

Edward memutar tubuhnya, memperhatikan tubuh Rose yang berjalan meninggalkannya dan menatapnya heran.

Ia yakin, pasti ibunya sudah mengintimidasi Rose, sehingga Rose bersikap seperti itu.

Edward mengikuti Rose keluar, ia menahan mulutnya untuk memanggil Rose. Ia akan bertanya lagi nanti.

Rose duduk bersandar di kursi penumpang, Edward menyusulnya dengan duduk di kursi kemudi.

Menyalakan mesin mobilnya, Edward langsung meninggalkan area sekolah.

" Apa ibuku mengganggumu? " ucap Edward memecah keheningan di dalam mobil.

Rose masih pada posisinya,menatap keluar jendela dengan pemikirannya sendiri. Ujung jarinya ia letakkan di antara alisnya, memijit  perlahan di sana mencoba mengatasi rasa pusing yang ia rasakan.

" Rose. "  tegur Edward pelan. Tangannya mengelus lembut pipi Rose.

Rose memejamkan matanya. Meresapi sentuhan Edward pada wajahnya. Begitu nyaman, menenangkan.

" Ibumu mengingatkan-ku agar berpikir lagi sebelum mengambil keputusan untuk tetap bersama-mu.
Aku tahu, aku hanya perlu berpura-pura. Tapi entah mengapa rasanya cukup sulit. " ucap Rose dengan suara bergetar.

Edward menekan garis bibirnya.

" Mengapa aku Edward? Mengapa aku? "

" Mengapa aku harus bertemu dengan kalian yang ternyata tidak pernah tulus kepada-ku? Kalian semua memanfaatkan-ku. Kau, Liam... Kalian  mempermainkan perasaan-ku. " Rose terisak. Tak habis pikir dengan nasibnya.

Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya,ia menangis di balik tangannya.

Edward terenyuh mendengar ucapan Rose. Rasanya begitu sakit ketika ia di nilai sama dengan Liam. Jelas ia berbeda.

Edward menggeleng pelan, menurunkan egonya. Ia merangkul Rose, mencoba menenangkan wanita itu. ia mengusap pelan punggung Rose.

" Hei...  Apa yang kau bicarakan? " ucap Edward pelan.

Rose masih dalam tangisnya.
" Kalian sama saja. Apa salahku pada kalian, sehingga kalian memperlakukan aku seperti ini? " sahut Rose dengan suara serak. Ia mengelap kasar air mata di wajahnya.
Mencoba mengembalikan keadaannya menjadi baik-baik saja.

" Why?? Apa salahku? " tanya Rose lagi. Ia menatap Edward,air matanya tak bisa ia bendung.

Edward menggeleng. Tentu saja Rose tak memiliki salah apapun. Ia tidak bermaksud untuk mempermainkan Rose. Apalagi memanfaatkannya. Tidak. Tidak sama sekali.

Ia hanya belum tahu perasaan apa yang ia miliki kepada Rose.
Ia masih belum bisa meyakinkan dirinya sendiri.
Meskipun saat ini dengan sadar Edward merasa nyaman saat bersama Rose. Ia ingin melindungi wanita itu, terlebih ia ingin memiliki Rose.
Seutuhnya. Ia ingin memiliki Rose seutuhnya.
Ia ingin menyerukan bahwa Rose adalah miliknya. Dan akan terus seperti itu.

Ia ingin Rose mengerti dan memahami itu untuk saat ini. Jangan gunakan perasaan untuk sekarang. Nikmati saja waktu kebersamaan mereka saat ini.
Ia ingin Rose berjalan sejajar dengannya. Bersama. Ia ingin Rose mengikuti alur yang ia buat.

Soal cinta, biarkan saja. Abaikan saja untuk saat ini. Biarkan mereka tumbuh di waktu yang tepat. Di saat Edward yakin akan hatinya.

Lalu bagaimana dengan Rose?
Dia wanita. Bagaimana dengan perasaan yang ia punya?
Apakan Edward peduli dengan hati Rose?

" Bisakah kita berhenti saja? "celetuk Rose lirih.

Edward memicingkan matanya, ia tak menyangka Rose akan mengatakan hal itu. Ia menepikan mobilnya. Berhenti di sisi jalan.

" Apa? " tanya Edward tak percaya.

" Bisakah kita akhiri semua ini Edward? Aku tidak bisa melanjutkannya. " isak Rose, ia lelah.

" Aku tidak bisa berada di antara kau dan istri-mu. Ini membuat-ku berpikir bahwa aku adalah penghalang kalian. Aku tidak ingin Paula berpikir yang tidak-tidak tentang-ku. "

Edward menggeleng keras.
" Kau tidak bisa melakukan itu, Rose."

" Kau adalah milikku. Dan akan terus seperti itu. Jangan pernah berpikir untuk mengakhirinya. Tak ada yang bisa mengakhirinya. " tekan Edward.

Ia menekan amarahnya.

" Jika memang uang itu adalah pengikatnya, aku akan mengembalikannya, Edward. Aku akan menjual rumah-ku. Aku akan mengembalikannya utuh kepadamu. Tapi aku mohon, akhiri semua ini. " ucap Rose.

" What?? Sudah ku katakan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan
uang bodoh itu, Rose. Aku tulus memberikannya kepadamu. " sahut Edward kesal.

" Aku sama sekali tidak ingin mempermainkan-mu. Apalagi memanfaatkan-mu. Tidak. Sama sekali tidak! " tambahnya.

Rose menggeleng pelan.
" Aku akan menjauh. Aku akan melupakan apapun yang terjadi antara kita. Aku akan pergi darimu setelah semuanya selesai. Aku berjanji. "

" Hentikan omong kosong ini Rose. " ucap Edward. Ia menahan batas kesabarannya.

" Kau kembali pada istri-mu atau tidak, itu terserah pada-mu. Aku tidak ingin terlibat. Aku benar-benar tidak bisa. "

Edward menautkan kedua alisnya, menarik kepalanya ke belakang.
Ia cukup terkejut dengan ucapan Rose. Mulutnya setengah terbuka. Ia terperangah,tak menyangka.

" Aku mencintai-mu Edward. Aku menginginkan dirimu. Aku menginginkan kau lebih. Tapi aku tahu, itu mustahil. Kau tak merasakan hal yang sama dengan yang aku rasakan pada-mu. Aku tidak bisa berjalan sesuai dengan alur yang kau buat. Aku tidak bisa menjadi yang kau inginkan. Kita berbeda. Sangat berbeda. " Lanjut Rose.

Tangis Rose pecah. Ia tidak bisa menahannya lagi. Ia begitu emosional. Ia menangis sesegukan.
Rasanya sebuah bola tercekat di dadanya, begitu sesak dan menyakitkan. Sangat menyakitkan.

Rose mengungkapkan semua perasaannya. Ia pun tahu semua jawabannya. Namun, Ia tidak akan menyesalinya. Bahkan ia akan lega setelah ini. Sekalipun hubungannya dengan Edward akan berakhir.

Edward mengusap wajahnya dengan kasar. Ia mengembuskan nafasnya mencari letak  kelegaan.  Namun ia tak menemukannya.

Bagaimana caranya menjelaskan kepada Rose bahwa ia juga menginginkan wanita itu. Dia adalah pemilik hati dan tubuh wanita itu.
Rose adalah miliknya.
Selamanya akan menjadi miliknya.
Edward adalah pemiliknya
Bahkan Edward merasa begitu senang ketika mendengar Rose mengungkapkan perasaannya, Rose menginginkan dirinya.

Tapi CINTA...
Cinta yang Rose ungkapkan.
Bagaimana cara menjelaskannya?
Bahkan ia sendiri belum tahu, apakah ia memiliki perasaan itu?
Apakah ia bisa membalasnya?
Apakah ia mencintai Rose?
Atau TIDAK.

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now