ROSE 62

1.6K 163 26
                                    

Rose POV

Edward, dia tidak bercanda. Aku pikir itu hanya ancaman belaka saja. Tapi sekarang, aku benar-benar berada di bawah tubuhnya.

Sial. Aku terbawa suasana, aroma khas tubuhnya menggelitik indera ku. Bibirnya, lidahnya, ia berhasil menghipnotis tubuhku. Tubuh dan akal sehatku bertolak belakang, otakku ingin agar aku mendorong Edward agar menjauh. Namun tubuhku melakukan sebaliknya, ikut bermain dan menikmati setiap sensasi yang Edward berikan. Gila.
Edward lebih liar lagi mencumbu leherku, daun telingaku, kulitku yang lainnya. Ya Tuhan aku benar-benar menginginkannya. Sekarang.  Dalam diriku.

Erangan demi erangan lolos dari bibirku, tak mampu ku tahan. Dan Edward berseringai penuh kemenangan saat melihat aku pasrah padanya.

Damn, pria ini.
Umpat ku kesal.

Keadaan ku yang hanya mengenakan handuk membuat Edward lebih mudah melancarkan aksinya. Sekali lagi aku mengutuki kebodohanku. Mengapa aku tidak cepat-cepat mengenakan pakaian?  Malah memilih berdebat dengannya. Dan lihat sekarang, handuk ini menjadi bumerang untukku.

Dengan sekali sentakan Edward mampu melepaskan handuk yang melilit tubuhku, aku menjadi polos dan merasa panas di pipiku. Aku malu.

"Milikku." Ucap Edward dengan suara serak.
Ia menatap tubuh polos ku dengan tatapan gelapnya. Ia tersenyum padaku namun senyuman itu, aku tidak mengerti senyuman apa.  Senyuman mesumnya?

Sungguh aku terpesona padanya. Wajahnya yang tampan, dengan bulu-bulu halus di sekitar dagu dan rahangnya membuat ia terkesan begitu seksi.
Aku meleleh. Aku terlena. Aku terbuai.

Ia mengecup bibirku lagi, lebih dalam kali ini dan lebih menuntut. Rasanya aku tidak ingin melepaskan bibir ini dari miliknya. Namun aku sulit bernafas.

"Aakkkhhh... " Aku mendesis saat tiba-tiba aku sadar bahwa ia memasuki ku dengannya  cepat kasar dan tanpa aba-aba.

"Sudah ku katakan bahwa aku akan bercinta denganmu dengan keras. " Desisnya juga.

Aku tidak bisa menjawabnya, bukan, tapi aku tak kuasa untuk menjawabnya lagi. Aku lebih terfokus pada kenikmatan yang perlahan menjalar ke setiap tubuhku.

_

"Kau benar-benar membuatku terlambat bekerja Edward. " Aku merengut sambil memungut handuk yang ada di bawah kakiku.

"Itu yang aku inginkan. " Jawabnya santai, ia mengelus punggungku dengan lembut, menciptakan sentuhan-sentuhan yang begitu menggelitik perutku.

"Bersiap sekarang.  Atau aku tidak akan membantumu. " Aku mengancamnya dan keluar dari selimut kami.

Edward tersenyum puas.
"Baiklah, Beri aku waktu 10 menit. Aku harus membersihkan tubuhku dulu, kau juga. Aroma seks masih sangat kentara di tubuh kita. "Edward memainkan sebelah matanya menggoda ku.

Aku melemparkan tatapan tajam ku padanya.

Setelah membersihkan diri aku segera mengenakan pakaian kerjaku. Aku memang terlambat, tapi aku akan tetap pergi. Aku sudah mengirim pesan pada Grace untuk menggantikanku mengajar hari ini.

Aku keluar dari kamar dan segera menghampiri ayahku dan mengajaknya untuk ke dapur, sambil berjalan ke dapur aku memikirkan alasan apa yang aku berikan padanya mengajak dia ke dapur. Oh..  Mengajaknya untuk melihat aku membuat sarapan mungkin. Aneh sekali bukan?
Ini karena ulah Edward.

"Tumben sekalu kau mengajakku untuk melihatmu memasak. Apa kau akan live cooking? " Celetuk ayahku tiba-tiba.

"Umm..  Tidak..  Aku hanya..  Hanya masih rindu padamu Dad..  Untuk itu aku ingin kau menemaniku memasak. "

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now