ROSE 35

2.9K 295 32
                                    

Rose POV

Aku sampai di kediaman Edward. Aku melangkah ragu melewati hamparan rumput hijau yang membentang di halaman rumahnya. Ada pot-pot tanaman bunga mawar bewarna warni terjejer rapi di sepanjang jalan kecil menuju undakan rumahnya.  Rapi dan terawat. Aku bertanya dalam hati, siapa yang merawatnya? Tidak mungkin Edward. Dan mengapa bunga mawar? Dan yang lebih Menggelitik lagi adalah Edward membiarkan tanaman ini ada di pekarangan rumahnya. Sungguh seperti hal yang mustahil, Edward dan bunga mawar. Aku tertawa pelan memikirkan hal itu.

Sampai di depan pintu, keraguan sekali lagi menghinggapi diriku, jantungku berdetak cukup kencang dan perutku mual. Apa aku harus melakukan ini, memberikan Edward bantuan ketika dia telah menyakiti ku?
Tidak, aku melakukan bukan karena Edward. Tapi aku melakukan ini demi Paula. Kali ini aku berjanji pada diriku sendiri, jika aku melihat Edward melalaikan tanggung jawabnya terhadap Paula demi  siapapun, maka aku akan menceramahi nya. Tidak peduli dia suka atau tidak, Terima atau tidak, aku akan mengomelinya.

Mengangkat tanganku ke atas untuk menekan bel, aku mencoba sekali peruntungan. Berharap sang pemilik rumah langsung membuka pintu saat bel berbunyi satu kali.
Berusaha sesantai mungkin dan percaya diri untuk tidak gugup di depan Edward,  yang jujur saja belakangan ini membuat jantungku berdegup saat berada di dekatnya.

Lama sekali dia membuka pintu, apa yang sedang di lakukannya?  Apa sedang ada kekasihnya di dalam?
Pemikiran itu sedikit menciutkan kepercayaan diri ku.

Hampir memencet bel sekali lagi, jika memang pintu ini tidak terbuka setelahnya, maka aku akan pergi.

Klek.
Pintu terbuka, menampilkan dua sosok ayah dan anak perempuannya yang lucu. Paula mengenakan dress tutu kembang bewarna pink fanta, sungguh manis di tambah dengan rambutnya yang diikat ekor kuda. Mata biru di manik matanya sama seperti milik ayahnya, menambah kesan lucu di wajahnya. Aku tersenyum melihatnya. Dan ia membalas senyumanku.

"Mrs. Rossy?" Sapanya.
"Hai... " Aku menunduk untuk mengelus dagunya.

"Selamat malam Rose. Senang kau bisa datang." Sapa Edward.

Secara otomatis aku menegakkan kembali tubuhku untuk melihatnya.
"Selamat malam Edward, aku datang memenuhi undangan." Kataku sambil tersenyum.

Edward terlihat santai dan tetap tampan dengan pakaian casual yang ia kenakan. Kaos abu-abu sangat pas untuk tubuhnya, dan celana jeans hitam yang menggantung dengan pantas di pinggulnya. Aku cukup terpesona dengan pemandangan di depanku, di tambah lagi dengan kaki telanjangnya di lantai keramik yang dingin. Panas seketika menyergap tubuhku.

Ya Tuhan Rose...
Sadarlah...  Sejak kapan kau menjadi wanita yang mudah tergoda dengan pria?  Apalagi itu Edward?

Aku menatap marah pada dewi batinku yang sedang mencemooh pikiranku.  Dan dia kembali duduk di kursi malasnya karena takut akan tatapanku, dia menunduk.

Aku wanita normal bukan? Wanita normal mana yang tidak akan terpengaruh oleh dewa tampan dan jantan di depannya? Edward memang tampan dan jantan. Yaa..  Jantan..  Aku tahu itu. Aku pernah  melihat bagaimana kerasnya dia dan liarnya dia, di atasku.
Aku menampar ke bawah pikiran kotor itu. Dan melihatnya jijik.
Tidak seharusnya aku membayangkan lagi tubuhnya yang bergerak kasar di atasku dan  menghancurkan ku dengan kekuasaannya.

"Rose..  Kau melamun? " Ucapan Edward sontak menyadarkanku kembali.

"Apa?" Aku tidak tahu dia menanyakan apa sebelumnya.

Dia menatapku heran, dia pasti sedang memikirkan sesuatu yang ada di kepalaku tadi.
"Masuklah."

Aku tersenyum kecil dan mengangguk menyetujui.

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now