Rose - 11

4.4K 339 21
                                    

"Kau dengar baik-baik! Jika dalam 5 hari ke depan kau tidak juga membayar hutang-hutangmu, aku akan menyita rumah ini!" Teriak seorang pria di hadapan ayah Rose.

"Apa-apaan ini? Siapa kau?!" Teriak Rose yang tiba-tiba datang dari belakang. Tak rela melihat ayahnya di tekan oleh orang yang sama sekali tidak ia kenal.

"Oh.. Dia putrimu bukan? Kalau begitu kau dengar ini, cantik. Ayahmu ini memiliki hutang $15.000 kepadaku. Jadi aku memintanya kembali, jika dalam waktu lima hari dia tidak membayarnya, maka rumah ini akan aku sita." Jelas pria berbadan tambun itu.

"Hutang? Ayahku memiliki hutang?" Rose terkejut mendengarnya, sejak kapan ayahnya memiliki hutang sebanyak itu? Rose bergantian memandang pria di depannya dan juga ayahnya. Apa dia harus percaya dngan pria asing ini?

"Sejak kapan ayahku memiliki hutang denganmu?!"

"Sudah lama sekali. Dia berjanji akan mengembalikannya dalam 1 bulan, tapi ini sudah hampir 2 tahun, dia juga tidak membayarnya!!" Bentak pria itu.

"2 tahun?"

"Segera saja siapkan uangnya, kalau kalian tidak mau aku lempar ke jalanan!" Bentak pria itu lagi, kemudian ia pergi meninggalkan Rose dan ayahnya.

"Apa itu benar Dad, yang kudengar tadi? Apa benar Daddy memiliki hutang kepada pria itu?" Tanya Rose lirih, ia tak mampu menahan tangisnya.

"Maafkan aku Nak, maafkan aku... Aku menyesal..." Ucap ayahnya lirih.

"Apa maksud Daddy?"

"Dulu, sebelum aku sakit seperti sekarang, aku selalu bermain judi dan mabuk-mabukkan. Mereka teman-teman bermainku. Aku selalu kalah dan aku meminjam uangnya untuk bisa bermain lagi." Jelas ayahnya gemetar, duduk di atas kursi rodanya.

"Apa? Jadi selama ini Daddy membohongiku? Daddy bilang Daddy pergi bekerja di luar kota, padahal Daddy menyembunyikan kebenaran ini dariku? Dan setelah Daddy sakit, Daddy baru kembali menemuiku? Ck..." Gerutu Rose kesal.

"Dan sekarang kita harus membayar hutangnya dalam lima hari? Tidak.. Tidak.. Bukan kita, tapi aku. Aku yang harus mencari uang $15.000 itu.
Oh Tuhan... Kemana aku harus mencari dan mendapatkan uang sebanyak itu?" Rose menutup wajahnya dengan tangan, ia terlihat benar-benar frustasi.

Ayahnya tak mampu berbuat apa-apa, ia sedih dan menyesal telah membuat Rose ikut merasakan akibat dari perbuatannya dulu. Sekarang Rose akan menanggung semua bebannya sendirian. Tak ingin menatap sedih anaknya, ayah Rose memilih pergi masuk ke dalam kamarnya dan meninggalkan Rose yang tengah bersandar memikirkan jalan keluar masalah barunya.

---

"Hei Rose.. Apa yang sedang kau pikirkan? Sepertinya kau sedang banyak masalah akhir-akhir ini." Tanya Vilona yang menemukan Roae tengah duduk melamun di dapur club.

"Hmm.. Tidak ada apa-apa." Rose menyangkal.

"Baiklah jika kau tidak ingin cerita. Tapi sepertinya orang di ujung sana masih menyelidikimu, dia seperti ingin tahu masalahmu." Kata Vilona pelan dan menunjuk ke ujung dapur.

"Siapa?" Tanya Rose, ia memendarkan pandangannya ke sekeliling dapur, dan menemukan sosok Liam yang tengah memperhatikannya.

"Maksudmu Liam?" Gumam Rose pelan.

"Iya. Dia memperhatikanmu terus-terusan. Aku pergi..." Jawab Vilona, kemudian ia pergi meninggalkan Rose.

Rose merasa tidak nyaman dengan tatapan Liam, ia membenarkan posisi duduknya dan membuang pandangannya ke tempat lain. Rose ingin pergi dari tempat itu, namun niatnya untuk pergi harus ia batalkan karena Liam terlebih dulu menghampirinya.

"Hai Rose.." Sapa Liam lembut.
"Hai Liam.." Jawab Rose gugup.
"Sepertinya kau sedang memikirkan sesuatu. Apa itu?" Tegur Liam.
"Umm.. Bukan sesuatu yang penting." Jawab Rose.
"Kau bisa cerita padaku jika kau mau Rose, aku siap membantu."
Rose menoleh ke arah Liam, wajahnya meragukan ucapan Liam yang dia pikir mungkin tidak masuk akal.
"Aku serius." Tambah Liam. Ia tersenyum tulus.

Rose tertawa kecil melihat kesungguhan yang di tampakkan Liam, ia menggelengkan kepalanya menyangkal sesuatu yang ada di otaknya.

"Apa itu Rose?" Tanya Liam ingin tahu.
"Jujur saja, aku sedang bingung saat ini. Ayahku memiliki hutang dengan temannya. Dan itu sudah lama sekali, sebelum ia sakit. Sekarang aku harus berpikir bagaimana caranya aku bisa membayar hutang-hutang itu dalam waktu lima hari. Sungguh, aku tidak bisa memikirkan hal apa yang bisa aku lakukan. Otakku kosong." Keluh Rose, ia menatap kosong pintu ruangan itu.
"Kau membutuhkan uang untuk membayar hutang ayahmu?" Tanya Liam, ingin memastikan.

Rose hanya mengangguk membenarkan.

"Apa kau keberatan jika aku memberikannya padamu?" Tanya Liam lagi. Ia tidak ingin Rose tersinggung.
Rose menatap Liam heran, ia mengerutkan alisnya tidak paham.
"Maksudmu?"
"Umm.. Kau bisa memakai uangku untuk membayar hutang ayahmu. Lima hari bukanlah waktu yang lama, tidak akan mudah jika kita mencari atau meminjam ke tempat lain." Jelas Liam.
"Kau ingin meminjamkanku uang untuk membayar hutang ayahku?" Rose tertawa mendengar ucapan Liam yang ingin menawarkannya pinjaman.
"Apa yang lucu? Aku serius ingin membantumu." Tegur Liam.
"Kau yang lucu Liam. Kau mau memberikanku pinjaman. Apa kau tahu berapa jumlahnya? Kepalaku saja hampir pecah saat mendengar nominalnya." Rose kembali tersenyum paksa, mengingat berapa jumlah uang yang harus ia bayarkan.
"Katakan padaku berapa nominalnya. Aku akan berikan kepadamu." Kata Liam tanpa pikir.
Rose yang saat itu masih tersenyum lemah, langsung terdiam dan menatap Liam tajam.
"Maaf Liam, bukannya aku ingin meremehkan dirimu. Aku tahu kau bisa membantuku, kau bisa meminjamkanku seberapapun nominalnya. Tapi masalahnya adalah, bagaimana caranya aku mengembalikan uang itu kepadamu." Kata Rose lemah.
"Katakan saja berapa yang kau perlukan untuk membayar hutang ayahmu Rose." Sela Liam.
"$15.000."
Liam kemudian merogoh sesuatu dari dalam saku celananya. Ia mengeluarkan dompet dan mengambil selembar cek kosong dari sana. Ia kemudian menandatangani cek itu dan memberikannya kepada Rose.
"Tulis berapapun jumlah yang kau perlukan." Pinta Liam.
"Apa ini Liam? Tidak. Aku tidak bisa menerima ini. Terima kasih." Tolak Rose.
"Rose, aku mohon.. Terima ini." Bujuk Liam.
"Tapi Liam, $15.000 bukanlah jumlah uang yang sedikit. Bagaimana aku bisa mengganti uangmu dalam waktu yang cepat?"
"Kau tidak perlu menggantinya."
"Apa? Kalau begitu aku tidak bisa menerima ini. Maaf." Roae mendorong kembali cek yang ada di hadapannya.
"Oke. Oke. Baiklah. Kau bisa mengembalikannya jika kau sudah memiliki uang." Liam menyerah.

Ya Tuhan, kapan aku memiliki uang sebanyak ini untuk mengganti uang Liam? Mana mungkin. Gajiku saja pas-pasan untuk kebutuhan Daddy juga aku.

"Tapi Liam, aku-"
"Ayolah Rose, terima saja. Aku bukan rentenir yang akan menagihmu setiap saat." Sela Liam tak ingin mendengar alasan dari Rose.
"Baiklah. Terima kasih Liam. Kau bisa memotong gajiku setiap bulannya. Apakah ini berbunga?" Kata Rose pasrah.
"Kau berpikir aku ini benar-benar seorang rentenir,huh?"
"Sepertinya kau memang bukan seorang rentenir Liam. Dan kau tidak perlu memelototiku seperti itu. Kau menakutiku." Jawab Rose cepat.
Jikapun kau seorang rentenir, maka kau adalah rentenir yang sangat tampan Liam.

"Sudah selesai. Sekarang kembali ke pekerjaanmu." Perintah Liam.
Rose menatapnya heran. Liam yang tadinya lembut berubah menjadi seorang diktator dingin.
"Baiklah. Terima kasih banyak Liam." Rose tersenyum hangat, ia turun dari kursinya dan menunduk menghormati Liam yang ia sadari adalah manager di tempatnya bekerja.
"Emm..." Jawab Liam singkat.
Rose pergi meninggalkan Liam yang masih duduk disana, kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Kau harus bekerja ekstra mulai dari sekarang Rose.
Perintah Rose dalam hati.

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now