ROSE 37

2.4K 339 81
                                    

Edward POV

Aku kembali dengan selamat dari perjalanan  panjang, Filipina-Amerika.
Aku meminta Kevin untuk menyiapkan mobil pribadiku di bandara, karena setelah ini aku akan bertemu dengan Ellie. Dia memintaku untuk menemuinya di hotel tempat ia menginap.
Ternyata dia sudah tiga hari ada disini.
Sebernanya aku sudah sangat merindukan putri kecilku, Paula. Tapi Ellie mendesak, ia bilang akan kembali ke Paris malam ini. Untuk itu aku memutuskan menemuinya terlebih dahulu.
Ini sudah pukul setengah 7 malam. Ellie pasti sudah menungguku.
Aku pun merindukannya.

Aku melajukan mobilku dari bandara ke hotelnya, tidak jauh, ini hanya akan memakan waktu 10 menit dari sini.
Perjalanan 10 menitku menjadi panjang,  karena aku terjebak pada sekumpulan polisi lalu lintas yang sedang melakukan tugas mereka. Menertibkan para pengemudi yang tidak membawa surat menyurat mereka dengan lengkap. Beruntung semua milikku lengkap.

"Selamat malam Pak, kami hanya ingin gibran memeriksa kelengkapan surat Anda." Kata polisi berperut sedikit buncit itu kepadaku.

Aku sudah menyiapkannya dari belakang sana dan langsung saja aku memberikannya.

"Baiklah, silahkan melanjutkan perjalanan Anda. Maaf mengganggu kenyamanan Anda Pak. " Katanya mengangguk, mengembalikan surat-surat ku.

Aku hanya menganggukkan kepala pelan,  dan menekan pedal gas pelan keluar dari area rajia.

Aku singgah ke toko bunga yang berada di ujung jalan yang tak jauh dari hotel tempat Ellie menginap. Aku akan membelikannya  bucket bunga, dia akan senang. Aku bisa membayangkan senyum manjanya di depanku.

Setelah membayar satu bucket bunga mawar merah, aku pergi dari toko itu dan langsung menuju hotel Ellie. Aku tidak sabar bertemu dengannya. Aku melirik bunga di sampingku dan aku tersenyum padanya.
Bunga yang indah.

Ellie sudah mengatakan bahwa ia di kamar 423. Untuk itu aku langsung saja melesak kesana dengan menenteng bucket mawar di tanganku.
Aku tersenyum lebar setelah sampai di depan kamarnya. Dan aku memencet bel dengan semangat, layaknya seorang pemuda yang akan bertemu dengan kekasihnya setelah sekian lama berpisah.
Oh ayolah...  Kau sudah memiliki anak Edward. Dan usiamu juga sudah tidak remaja lagi. Bukan masamu lagi, untuk merasakan debaran itu.
Aku terkekeh memikirkan itu.

Klek.
Pintu kamar Ellie terbuka.
Aku senang saat mendapati Ellie yang berada di balik pintu itu.
Ia sepertinya baru saja selesai mandi. Ia hanya mengenakan handuknya namun rambutnya tergerai sedikit berantakan.
Dia tercengang menatapku.

"Hai... " Aku menyapanya dengan senyuman.

"Siapa yang datang Sayang? " Suara seseorang dari dalam membuat Ellie menoleh ke dalam.

Seperti seember air dingin di siramkan ke kepalaku, aku membeku. Rasa sesak memenuhi dadaku mendengar suara pria dari dalam kamar Ellie. Dan memanggilnya Sayang.

What the fuck!!!

Wajahnya Ellie berubah panik. Ia melihat ke arahku kembali. Dan aku menatapnya tajam. 

"Edward?! " Suara pria itu. Dia mengenalku.
Aku menggeser pandanganku dari Ellie ke belakangnya, tepat dimana pria yang hanya menggunakan handuk di pinggulnya.

Brengsek!!!
Apa yang di lakukan Liam disini? 
Bersama Ellie, hanya dengan handuk yang meliliti tubuh mereka dan kata sayang..

"Liam.. Apa yang kau lakukan bajingan?!!! " Aku menggeram. Aku menyeruak masuk ke dalam dan menghampiri Liam, tak peduli dengan tubuh Ellie yang terhuyung karena tabrakan tubuhku. Aku merasa panas dan emosiku naik ke ubun-ubun. Sesaat Kemudian aku mendoron tubuh Liam belakang.

"Edward!! " Teriak Ellie.

Aku menoleh padanya, tidak percaya dia mengkhianatiku dengan temanku sendiri.

Bugh...

"Sialan. Kau!!! " Geram Liam. Ia membalas menyerangku setelah mendapatkan satu pukulan dariku yang tepat mengenai rahang nya. Aku merasakan pecah pada bibirku. Darah mengalir dari sana. Sialan.

"Akh!!  Kau bajingan Liam!! " Aku mendorong tubuhnya lagi. Dan melayangkan tinjuku pada wajahnya.

"Liam, Edward hentikan!! " Teriak Ellie. Tapi aku tidak mempedulikannya.
Aku kembali menyerang Liam.

"Berani-beraninya kau menggoda kekasihku,  brengsek!! "

"Kekasihmu?? Bodoh!! " Maki Liam dengan tertawa merendahkan.

"Dia kesepian saat kau tidak ada dan aku datang untuk menghangatkannya.  Dan dia mau. " Liam tertawa keras.

Aku tidak percaya dengan apa yang ia katakan, aku menoleh pada Ellie meminta penjelasan.

Ellie menatapku nanar, ia ketakutan dan menggeleng keras.

"Kau berbohong sayang? Ayolah jujur saja. Sudah terlanjur juga. Edward sudah tahu sekarang." Sanggah Liam dengan nada mengejek.

Aku tidak ingin mendengarnya lagi. Pengkhianatan ini, temanku dengan kekasihku. Brengsek mereka berdua!!!

Bugh!!
Satu pukulan lagi mendarat di perut rata Liam. Itu mewakili kesakitan ku karena pengkhianatan mereka.
Aku melepaskannya dan berjalan keluar tanpa menghiraukan Ellie yang memanggilku.

"Edward. Dengarkan penjelasanku. Edward..  Jangan tinggalkan aku, Liam merayuku. "
Ellie membela diri.
Persetan, aku tidak ingin mendengarkannya.

"Dasar jalang!!!  Kau bilang aku yang menggodamu?  Kau lupa saat kau datang dan duduk di pangkuanku lalu menciumku!" Ejek Liam.

Ellie membulatkan matanya. Terkejut dengan ucapan Liam yang merendahkannya.

Dia menggeleng keras dan menatapku meminta belas kasihan.
Aku tidak peduli. Aku pergi dari hadapannya dan melemparkan bunga yang ku bawa tadi ke lantai di depannya.
Ia terperanjat dan menangis.

"Masa bodoh denganmu!! Pengkhianat!! "
Cercaku geram.
Hatiku terlalu sakit dengan pengkhianatannya.

Aku pergi dengan hati yang terluka karena pengkhiatan teman dan kekasihku.
Lebih lagi Liam, bukankah dia bilang padaku bahwa ingin membawa Rose kembali dalam kehidupannya?
Baru beberapa hari setelah ia bicara padaku tentang ingin meminta Rose kembali.  Sekarang dia berselingkuh dengan Ellie di belakang ku?
Sial. Sial. Sial.

*****

Double up!!!
Semoga suka yaa...

Biar dikit yang penting mampu bikin gemeZzzz

😘😘😘😘

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now