Rose - 7

4.7K 360 31
                                    



Rose bergerak perlahan menuruni tempat tidur Paula, ia tidak ingin Paula terbangun karena gerakannya. Namun gerakan Rose tertahan oleh pelukan erat Paula di tangannya. Gadis kecil itu meringkuk nyaman di pelukan Rose.

"Kasihan Paula jika aku meninggalkannya sendirian. Edward benar-benar keterlaluan. Tega-teganya dia meninggalkan putrinya sendirian di rumah, sedangkan dia asyik dengan dunianya sendiri. Dia ayah yang payah." Gerutu Rose pelan,ia kembali melirik jam di tangannya, pukul 1 malam.

Rose terbangun karena suara alarm dari ponselnya, ia sadar ia tertidur di kamar Paula untuk itu dengan cepat ia meraih ponsel dan mematikan alarmnya. Ini masih terlalu pagi.
Ia menoleh ke arah Paula yang masih tidur dengan pulasnya, ia tersenyum. Rose menperhatikan wajah polos Paula, anak perempuan yang cantik dan manis pikirnya. Namun sayang di masa kecilnya ia harus menerima kenyataan bahwa orang tuanya bercerai, ini tidak baik untuk psikologis seorang anak tentunya. sehingga ia akan merasa kekurangan kasih sayang dari salah satu orang tuanya. Inilah saat-saat vital dimana anak seusia Paula sedang  membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya. Ditambah lagi ia harus tinggal bersama ayahnya yang mungkin selalu meninggalkannya setiap malam. Ya sudah beberapa kali ini Rose sering melihat Edward di club tempat ia bekerja. Mungkin saja Edward juga sering datang ke club lainnya setiap malam.
Rose melenguh nafas kasar memikirkan hal itu, memikirkan Edward yang tega meninggalkan Paula sendirian di rumah. Rose membelai lembut rambut Paula dan mengelus wajahnya. Dia menyayangi Paula, muridnya.

Rose berjalan pelan hendak keluar dari kamar Paula. Ia mengumpulkan mantel dan tasnya yang tergeletak di samping tempat tidur Paula. Ia tidak ingin membangunkan Paula hanya untuk berpamitan, tidak penting baginya melakukan itu setelah melihat Paula masih nyenyak dalam tidurnya. Ia bisa meminta maaf kepada Paula nanti saat masuk sekolah.

Dengan perlahan Rose menutup pintu kamar Paula agar tidak ada suara yang mengganggu. Ia berbalik untuk meninggalkan kamar itu dan pergi, namun Rose di kejutkan oleh suara berat seorang pria dari belakang hingga ia hampir melompat dari tempat ia berdiri.

"Siapa kau?!" Tanya pria itu yang tak lain adalah Edward.

Rose hanya terdiam tidak menjawab, masih dalam keterkejutannya ia mencoba membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang berbicara padanya. Matanya yang besar bertemu pandang dengan mata sayu milik Edward. Edward terlihat begitu berantakan, kacau, Rambutnya acak-acakan, jaket yang menggantung di bahu dan bau akhohol yang menyeruak manusuk ke dalam hidung Rose.

"Rose??" Tambahnya lagi.
"Apa yang kau lakukan disini? Kau ingin menculik putriku?" Nada suara Edward meninggi.

Rose terbelalak mendengar tuduhan yang Edward berikan. Ia tidak terima dengan tuduhan Edward.
"Maaf Tuan, tolong jaga ucapan Anda. Aku tidak berniat untuk menculik anak Anda. Aku kemari karena dia meneleponku tengah malam sambil menangis, Ia mengatakan bahwa ayahnya tidak di rumah dan dia ketakutan." Jelas Rose.

Edward tertawa keras, ia tidak mempercayai ucapan Rose.
"Kau mengarang. Kau pikir aku bodoh sehingga percaya begitu saja dengan ucapan pembelaanmu?!! Ck. Aku tidak percaya!!"

Rose menyipitkan matanya, emosinya siap meledak karena Edward kembali tertawa sinis kepadanya.
"Dan aku lebih tidak percaya lagi bahwa ada seorang ayah yang tega meninggalkan putrinya sendirian dirumah hanya untuk bersenang-senang dengan wanita di club malam dan mabuk-mabukan. Aku pikir kau bukan ayah yang baik untuk Paula Edward. Kau ayah yang payah!!" Sentak Rose, lalu ia pergi meninggalkan Edward yang masih berdiri di depan kamar Paula dalam diam.

ROSE (on Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang