ROSE - 18

3.2K 269 6
                                    

Malam semakin larut, suasana club semakin ramai dan musik semakin menghentak di gendang telinga. Liam dan teman-temannya yang lain sibuk dengan obrolan mereka. Berbeda dengan Rose yang hanya diam tidak tahu harus menyatu dengan mereka dari mana. Rose baru bergabung dengan mereka, tentu saja dia tidak bisa langsung masuk dengan cepat.

"Mungkin lebih baik jika aku di tempatku Liam." Bisik Rose di telinga Liam.
"Ada apa? Kau tidak suka disini?" Tuduh Liam.
"Bukan seperti itu. Aku benar-benar tidak bisa masuk disini, ini bukan tempatku."
"Kau hanya perlu menyesuaikan diri dengan mereka sayang, lama kelamaan kau pasti bisa berbaur dengan mereka." Bujuk Liam agar kekasihnya tidak pergi.
"Bagaimana jika karyawan lain melihatku disini Liam? Apa–"
"Liam, bisa bantu aku sebentar..." Sela seorang wanita yang tiba-tiba duduk di sebelah Liam.
"Apa yang bisa aku bantu Lena?" Respon Liam, ia langsung menoleh ke wanita bernama Lena itu.
"Ikatan bajuku lepas di bagian punggung, tolong aku untuk mengikatnya." Rengek Lena manja.
Rose yang mendengar rengekan itu pun langsung mengernyitkan alisnya, tidak mengerti arah rengekan wanita di sebelah Liam.
Liam dengan polosnya mengikuti perintah dari Lena, Lena berbalik membelakangi Liam dan memberikan punggungnya ke arah Liam. Liam pun mengikatnya sesuai perintah.
"Kau sangat lihai huh? Sudah terbiasa bukan?" Kata Lena dengan sengaja.
Rose hanya memutar matanya, mengerti arah racauan wanita di depan Liam.
"Selesai." Kata Liam setelah melakukan tugasnya.
"Biasanya kau menciumku disana setelah kau mengikat talinya." Kata Lena lagi.
Kemuakan Rose naik menjadi tingkat 2.
"Sekarang tidak lagi." Kata Liam, lalu ia melihat ke arah Rose.

Rose menundukkan kepalanya dan melihat ke arah jari-jari tangannya yang saling bertautan di pangkuan.
Dasar jalang. Siapa kau? Mantan kekasih Liam? Aku tidak peduli jika memang kau mantan kekasih Liam, apapun kebiasaan yang sering kalian lakukan saat bersama aku tidak peduli. Tapi sekarang, Liam kekasihku maka aku merasa risih jika kau terlalu intim dengan kekasihku, jalang.
Gerutu Rose dalam hati.

"Kau baik-baik saja?" Suara Liam menyadarkan Rose dari kekesalannya.
"Ya." Jawab Rose berbohong.
Sepertinya kau tidak sadar bahwa aku sedang kesal sekarang Liam.
Jawab Rose dalam hati.
"Aku–"
"Liam, kau tahu–" potong Lena cepat saat Liam ingin bicara kepada Rose, ia menarik lengan Liam sehingga terpaksa Liam menoleh ke arahnya.

Rose benar-benar muak sekarang, ia bangkit dari duduknya dan dengan cepat Liam menahan tangannya.
"Kau mau kemana?"
"Aku.. Hanya ingin minum. Itu.. Disana, aku akan mengambilnya." Kata Rose dengan senyuman terpaksa di bibirnya.
"Biar aku ambilkan." Liam menawarkan diri. Ia sadar betul bahwa kekasihnya tengah kesal sekarang.
"Liam, kau lihat ini, talinya seperti ingin mencekikku." Sela Lena dengan sengaja, menahan lengan Liam. Ia memandang Rose dengan tatapan meremehkan.
"Sepertinya tidak perlu, aku bisa sendiri." Jawab Rose dengan kekesalan yang memuncak. Ia pergi meninggalkan Liam dan Lena dengan perasaan hancur dan panas.

"Apa-apaan ini Lena?!!" Bentak Liam, Rose bisa mendengar itu dari jarak yang tidak terlalu jauh.
"Sudahlah Liam, dia hanya ingin mengambil air, kau tidak perlu memanjakannya seperti itu." Jawab Lena dengan gampangnya.

Rose tidak ingin menoleh, dengan cepat ia mengambil gelas yang sudah berisi air dan langsung menenggaknya sampai habis.
"Sepertinya kau sedang kesal." Sapa seorang pria di samping Rose.
"Sok tahu." Ketus Rose.
"Aku bisa melihat ekspresi kekesalanmu Rose, kau tidak bisa menyembunyikannya." Kata pria itu pelan.
Rose menoleh dan memicingkan matanya.
"Sejelas itukan ekpresiku Ed? Jujur saja, aku ingin pergi sekarang juga. Memuakkan sekali di dalam sini." Omel Rose.
"Lena adalah mantan kekasih Liam, mereka baru saja putus lima bulan yang lalu." Jelas Edwdard.
"Aku tidak peduli dengan siapapun mantan Liam, tapi setidaknya dia bisa menjaga sikapnya. Dia tahu bahwa Liam sudah memiliki kekasih, tapi tingkahnya benar-benar membuatku muak."
"Kau cemburu?" Tuduh Edward.
"Apa kau waras Edward? Pertanyaanmu sungguh menambah kekesalanku. Disaat kekasihmu di dekati oleh orang lain dan bergelayut manja dengannya, apa kau tidak merasa cemburu?"omel Rose, ia kembali mengambil air dan meminumnya hingga tandas.
"Kau yakin dirimu kuat dengan alkohol Rose?" Tanya Edward peduli.
"Hmm... Kau saja peduli padaku Ed, tapi sepertinya kekasih baruku tidak peduli padaku. Tidak.. Tidak, dia peduli. Hanya saja jalang itu selalu mencegahnya dengan menarik lengan kekasihku." Racau Rose, ia mengambil lagi gelas berikutnya.
"Cukup Rose. Tubuhmu tidak bisa menerima terlalu banyak alkohol." Edward merampas gelas yang ada di tangan Rose dan meletakkanny di atas meja.
"Hei.. Apa yang kau lakukan Ed, aku hanya ingin minum. Alkohol tidak akan membuatku mabuk. Kau pikir aku selemah itu?" Rose tertawa terbahak-bahak. Membuat Liam yang sedang duduk dengan cepat berdiri dan menghampirinya.

"Ada apa Rose? Edward?" Tanya Liam. Ia melingkarkan tangannya di punggung Rose.
"Hai.. Lihat, kekasihku datang menghampiriku. Aku pikir tadinya dia tidak peduli padaku." Racau Rose lagi.
"Apa yang kau bicarakan Rose?" Tanya Liam bingung.
"Aku pikir tubuhnya tidak bisa mentolerir alkohol yang ia minum. Kau harus mengantarnya pulang Liam." Sela Edward.
Liam menatap ke dalam Wajah Rose yang memerah.
"Baiklah. Aku akan mengantarnya pulang." Angguk Liam setuju.
"Satu lagi Liam, jaga jarakmu dengan Lena. Itu akan menyakiti kekasihmu." Kata Edward memperingatkan.
Liam terdiam, ia menyadari kesalahannya. "Aku tahu. Thanks Ed".

***

Pukul 08.00 pagi, matahari sudah mulai menampakkan wajahnya di balik awan. Suasana kamar yang nyaman dan tenang, hangat dan harum. Tempat tidur yang luas dan selimut yang lembut membuat siapapun yang berada di atasnya akan merasa ketenangan yang sempurna. Rose menarik nafas dalam-dalam menikmati semuanya dalam keadaan masih terpejam.
Harum ruangan ini berbeda dengan pengharum ruangan yang ada di kamarnya, dengan penuh keterpaksaan Rose mencoba membuka matanya.

Dinding kayu cokelat, dengan desain mewah menyambut pandangannya.
Rose membesarkan matanya, ia sadar betul bahwa ia sekarang tidak sedang berada di kamarnya.
Rose mencoba bergerak, bangkit dari tidurnya. Namun dentuman di kepalanya menahan keinginannya untuk bangkit.
"Dimana ini?" Tanya Rose pada dirinya sendiri.

Rose melihat sekelilingnya, ruangan kamar ini layaknya hotel atau penginapan. Siapa yang membawanya kemari? Rose mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, namun gagal. Ia tidak ingat siapa yang membawanya kemari. Yang Rose ingat hanyalah terakhir saat ia mengobrol dengan Edward. Apa mungkin Edward yang membawanya kemari?
Dengan cepat Rose memeriksa tubuhnya, pakaiannya masih melekat di tubuhnya. Itu berarti tidak terjadi sesuatu padanya dengan, Edward.
"Syukurlah.." Kata Rose penuh syukur. Ia bergeser dari tempat duduknya, mengambil gelas berisi air di atas nakas.
Disana ada selembar kertas berisi tulisan, Rose mengambil kertas itu dan membacanya.
Hai Rose, maafkan aku jika saat kau bangun aku tidak ada di sisimu. Aku harus segera pergi begitu aku mendapat kabar bahwa terjadi sesuatu di club.
Aku akan menjemputmu pukul 10.00
~Liam

Rose menelan air di tenggorokannya dengan susah payah. Liam, berarti Liam yang membawanya kemari, bukan Edward.

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now