Rose - 10

4.4K 331 16
                                    

Klak.
Suara pintu tertutup sukses membangunkan Rose dari tidurnya. Tidak, ia belum tidur sepenuhnya. Ia baru saja terlelap. Siapa itu? Pikir Rose dalam hati.
Perlahan Rose bergerak turun dari tempat tidur, Paula sudah terlelap dalam tidurnya. Ini kali kedua Rose menemani anak kecil itu tidur di saat ayahnya sedang bersenang-senang di luar sana.

Ayolah Rose, untuk apa kau peduli dengan orang lain seperti ini? Pekerjaanmu di pertaruhkan sekarang. Kau sudah dua kali tidak bekerja dengan waktu penuh. Kau bisa kehilangan pekerjaanmu. Keluh Rose pelan.

Tapi entah kenapa aku begitu peduli pada Paula, kasihan dia. Dia anak yang cantik dan lucu, rasanya menyakitkan jika aku tahu dan melihat ia menangis. Oh Paula...
Sesalnya lagi.

Rasa haus menggerogoti lehernya, Rose melihat ke sekeliling kamar Paula untuk mencari air minum, namun ia tidak menemukannya. Dengan terpaksa ia harus pergi ke dapur untuk mengambil air minum untuk melepaskan rasa dahaganya.
Rose berjalan pelan ke sekitar ruangan untuk mencari letak dapur, dan disana letaknya. Segera saja Rose pergi kesana dan mengambil gelas lalu menuangkan air dari dalam teko kemudian menenggaknya hingga habis. Rasa haus itu pun seketika lenyap saat Rose mampu mengatasinya dengan segelas air. Rose meletakkan kembali gelas ke atas meja, namun saat ia membalikkan tubuhnya alangkah terkejutnya Rose melihat sosok Edward tengah memperhatikan dirinya dengan tatapan menyelidiki.

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya Edward.

"Maaf. Aku dengan lancang ke dapurmu. Aku hanya mencari air minum." Jawab Rose gugup. Ia merasa bersalah karena sembarangan masuk ke dapur orang lain tanpa izin.

"Untuk apa kau datang ke rumahku?"
Tanya Edward lagi, kali ini tatapannya melemah dan ia berjalan mendekati Rose.

Rose memasang badan, ia merasa kaku dan tegang. "Aku... Aku... Hanya menemani Paula. Aku yakin ia ketakutan sendirian di rumah saat aku melihatmu di club. Dan aku benar." Rose menelan ludahnya. Aroma tubuh Edward yang segar bercampur dengan alkohol menyeruak masuk ke dalam hidung Rose, memabukkan.

"Sekali lagi maafkan aku telah lancang masuk ke rumahmu." Lanjut Rose gemetar, suaranya tertahan di tenggorokan.

"Terima kasih Rose. Karena kau telah peduli pada Paula. Maaf karena aku sudah salah menilaimu." Ucap Edward lemah.

Apa katanya? Ia meminta maaf, padaku? Benarkah? Seorang Edward meminta maaf kepada Rose?
Rose mengerutkan alisnya tidak mengerti dengan ucapan Edward. Tidak menyangka lebih tepatnya. Edward yang kasar dan tidak sopan serta sombong itu meminta maaf padanya.

"Kau benar, aku ayah yang payah." Tambah Edward lagi. Ia menyandarkan tubuhnya di tepian meja makan.

Raut wajahnya begitu sedih membuat Rose yang melihatnya ikut terbawa suasana.
"Aku tidak bermaksud mengatakan itu, hanya saja keterlaluan sekali menurutku jika kau lebih memilih meninggalkan putrimu sendirian di rumah dan bersenang-senang di luar sana. Aku yakin kau mengenalinya lebih dari siapapun, dia anak kecil Edward, dia takut jika sendirian." Rose mengingat ucapannya beberapa hari lalu.

"Aku tahu. Aku hanya... Mencari sedikit hiburan. Hariku cukup melelahkan Rose. Aku harus menyelesaikan semuanya sendiri. Bekerja dan mengurus Paula." Cerita Edward, wajahnya penuh penyesalan.

"Aku bisa mengerti, tapi jangan biarkan Paula menjadi korbannya Edward. Jika kau lelah kau bisa memberikan Paula pada ibunya untuk beberapa waktu." Rose menuangkan air di gelas lain, kemudian berjalan mendekati Edward dan memberinya gelas berisi air.

ROSE (on Going)Where stories live. Discover now