Rose - 8

4.5K 336 32
                                    



Selesai mandi di sore hari, Rose tengah berusaha mengeringkan rambutnya yang basah sehabis keramas mengenakan handuk.
"Semenjak pengering rambutku rusak, mengeringkan rambut menjadi hal yang paling melelahkan bagiku. Aku akan membeli pengering rambut yang baru setelah menerima gaji bulan ini." Rutuk Rose di depan cermin.

Rose masih berkutat dengan handuk dan rambutnya saat bel pintu rumahnya berbunyi menandakan ada seseorang yang datang mengunjungi mereka.
Rose masih mengenakan bathrobe, ia berjalan keluar sambil masih menggosok-gosokkan handuk ke rambutnya.

"Liam..." Sebut Rose, ia terkejut dengan kedatangan pria yang sekarang berdiri di hadapannya.

"Hai Rose, apa aku mengganggu?" Sapa Liam yang juga terkejut melihat Rose dengan tampilan sehabis mandi.

"Umm,, tentu saja tidak. Silahkan masuk." Jawab Rose gugup, lalu mempersilahkan Liam masuk ke dalam rumah. Ia melihat kedirinya sendiri, merapikan keadaannya sebisa mungkin.

"Terima kasih." Balas Liam dengan senyuman.

"Jangan sungkan. Duduklah, Aku akan berpakaian sebentar. Kau ingin minum apa Liam?" Rose terlihat benar-benar gugup.

"Rose, apa kau keberatan jika kita minum di luar? Umm.. Maksudku, aku ingin mengajakmu pergi.." Liam tak kalah gugupnya.

Rose menganga tidak percaya, Liam mengajaknya pergi? Yang benar saja?
Manager tampan di club tempat ia bekerja hari ini datang ke tempatnya dan mengajaknya pergi? Oh My God... Mimpi apa ia semalam?
Batin Rose bertepuk tangan, hal itu membuat wajah Rose memerah.

"Itu jika kau tidak keberatan Rose, tidak masalah." Suara Liam memecah lamunan Rose.

"Tentu saja kita bisa pergi Liam." Jawab Rose cepat.
"Aku akan bersiap." Tambahnya lagi. Rose berusaha berjalan dengan santai, namun kakinya tidak bisa berbohong atas luapan kegembiraan yang ia rasakan, kakinya berjalan cepat seakan tidak menapak di lantai yang dingin itu. Kapan lagi ia bisa menerima kesempatan untuk bisa pergi bersama orang yang selama ini ia idolakan? Rose hanya bisa mengagumi sosok Liam dari jauh saat ia bekerja. Tapi kali ini, tak pernah disangka dan di bayangkan oleh Rose, orang yang ia kagumi datang ketempatnya dan mengajaknya pergi. Rose menang banyak hari ini.

"Terima kasih karena mau pergi bersamaku." Liam membuka suara setelah mobil yang ia kendarai berjalan meninggalkan tempat tinggal Rose.

Rose hanya tersenyum menanggapinya.
Ia gugup, ia menautkan kedua tangannya yang terasa dingin dan meletakkannya di atas pangkuan.
Liam juga tersenyum melihat wanita di sampingnya, lalu ia kembali fokus pada jalanan di depannya.

Liam memarkirkan mobilnya di sisi jalan di depan sebuah restoran cepat saji, dengan cepat ia melepas sabuk pengamannya dan keluar dari dalam mobil. Ia membukakan pintu untuk Rose, dan dengan jantung yang berdegub dengan sangat kencang Rose pun memanjat keluar dari dalam mobil Liam.
Aneh, tubuh Rose seperti terkena lem, ia tidak bisa keluar dari dalam mobil Liam, ia seperti tertahan oleh sesuatu di kursi penumpang. Apa yang salah pikir Rose? Mengapa aku tidak bisa bergerak dan keluar dari sini? Rose membatin. Ia panik.

"Rose.. Sabuk pengamannya.." Tegur Liam pelan. Ia seperti sedang menahan sesuatu di bibirnya yang terlihat berkedut.

Rose dengan cepat melirik ke arah tubuhnya. Ya Tuhan... Kesialan apa ini? Memalukan sekali, teriak Rose dalam hati.
Sabuk pengaman itu masih melekat sempurna di tubuh Rose, itu yang menahannya keluar. Dan betapa mamalukannya hal itu karena Rose lupa dengan sabuk pengamannya.
Liam pasti berpikir bahwa aku wanita yang bodoh, rutuk Rose dalam hati.
Wajahnya memerah seketika, merah karena malu.

"Maaf.." Kata Rose, setelah ia berhasil keluar dari dalam mobil.

"Tidak masalah Rose. Apa kau gugup?" Tanya Liam jujur.

Sial. Mengapa dia bertanya tentang hal itu? Pikir Rose.

"Sedikit. Aku hanya tidak percaya kau mengajakku pergi kesini." Jawab Rose.

"Kau tidak suka kemari? Kalau kau tidak suka kita bisa mencari tempat lain, yang kau suka tentunya." Sahut Liam cepat.

"Tidak-tidak, bukan itu maksudku Liam. Ini adalah tempat favoritku. Makanannya murah, dan mengenyangkan." Rose tertawa kecil mengingat hal itu.

"Benarkah? Aku pikir kau tidak suka tempat seperti ini."

"Aku malah berpikir kau yang tidak suka tempat seperti ini Liam, kau tahu hanya orang-orang kelas menengah ke bawah yang menyukai tempat seperti ini." Ucap Rose merendah.

"Tidak bagiku Rose. Menurutku ini tempat yang asyik untuk menikmati waktu bersantai. Tidak semua orang yang memiliki banyak uang suka dengan kemewahan, ada beberapa dari mereka yang juga suka tempat-tempat seperti ini. Kesederhanaan." Jawab Liam.

Rose tersenyum bangga pada Liam.
Ia tidak menyangka sosok Liam seperti ini. Ia pikir Liam sama seperti pria kaya lainnya, sombong, dingin, tidak menyukai hal-hal yang berkenaan dengan kelas menengah ke bawah. Tiba-tiba ia teringat akan sosok Edward.
Pria tampan, salah. Duda tampan, tapi sombong, angkuh, pemarah, sungguh pria yang memuakkan. Bentak Rose dalam hati.

Rose dan Liam menikmati waktu mereka dengan memesan dua buah burger dan dua gelas minuman soda. Mereka duduk di tepi jendela kaca besar di restoran tersebut, melihat orang-orang yang berlalu lalang dari balik kaca besar.

"Kau yakin bisa memakan ini Liam?" Goda Rose saat pesanan mereka sampai di meja.

"Ayolah Rose, berhenti menggodaku. Tentu saja aku bisa memakan makanan ini. Ini sungguh lezat." Liam menyerah, karena Rose menggodanya dari tadi.

"Oke.. Oke.. Maafkan aku.." Rose tertawa geli.

Rose dan Liam menyantap makanan mereka, mereka berbicara tentang pekerjaan, kehidupan, dan lainnya. Mereka menjadi lebih dekat, tidak ada batasan antara manager dan karyawan. Namun Rose masih menjaga batas antara ia dan Liam. Rose menyadari bahwa dia adalah karyawan. Dan ia menganggap ini hanyalah kebetulan saja Liam ingin menemuinya, tidak lebih.
Rose sedih menyadari hal itu, tidak mungkin Liam menyukainya. Siapa dirinya sehingga bisa membuat seorang Liam tertarik? Tidak mungkin, pikir Rose.
Rose menggelengkan kepalanya, tersadar akan posisinya.

"Ada apa Rose? Kau memikirkan sesuatu?" Tanya Liam, membawa Rose kembali.

"Ough.. Bukan apa-apa Liam. Bagaimana makanannya, kau suka?" Kegugupan Rose begitu terlihat.

"Tidak. Aku tidak suka makanan ini." Jawab Liam datar.

"Apa? Lalu mengapa kau memesannya Liam? Bukankah tadi kau hilang makanan ini lezat?"

"Benar. Tapi aku jadi tidak suka makanan ini karena melihatmu mengabaikannya." Protes Liam.

Rose seketika langsung memandang burger di depannya. Benar saja, ia baru memakan sepotong burger lalu melupakannya karena memikirkan Liam.

"Oh sungguh.. Maafkan aku Liam. Aku tidak bermaksud untuk mengabaikan makanan ini.
Aku akan Menghabiskannya." Bujuk Rose.

"Bagus. Sekarang makanlah, tidak baik jika kau melamun saat sedang ada makanan di depanmu Rose." Pinta Liam.

Rose mengangguk menyetujui permintaan Liam. Ia segera melahap makanan di depannya walaupun ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya dan membuat makanan itu sulit untuk di telan.

ROSE (on Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang