Bab 6

27K 1.5K 8
                                    

"Katakan pada laki-laki yang beriman, 'Mata kalian hanya boleh dipakai untuk yang baik-baik saja (menjaga pandangannya). Yang tidak baik, maka palingkan!"

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.
.
.
 

Perjalanan dari ibu kota ke Bandung cukup lama ternyata. Kurang lebih sudah 7 jam Lidya dan Pak Karyo berada di dalam mobil. Mereka sesekali singgah untuk makan dan sholat saja. Selebihnya mereka gunakan untuk bercerita hal-hal random untuk mengusir kebosanan selama perjalanan.

Dari sini Lidya baru tahu bahwa Pak Karyo dan juga istrinya, yang berada di Bandung, ternyata memiliki seorang putri yang telah lama meninggal. Usianya kurang lebih sudah 18 tahun saat ini. Lebih muda 2 tahun dibandingkan Lidya. Mereka berdua juga memiliki seorang anak laki-laki yang sudah berusia 22 tahun. Namanya Akmal.

"Boleh gak kalau Asya anggap bapak sebagai ayah keduanya Asya?" tanya Lidya hati-hati.

"Aduh neng, tanpa neng bilang juga bapak dari dulu udah anggap eneng tuh kayak putri bapak sendiri. Bapak senang banget kalau neng mau anggap bapak sebagai orang tua sendiri." ucap Pak Karyo dengan tulus. Ia terharu.

Lidya memang sangat baik kepada Pak Karyo dari dulu. Ia tidak pernah berlaku semena-mena kepada orang lain meskipun ia anak orang kaya raya. Hatinya dermawan dan tidak sombong.

"Terimakasih, Pak," kata Lidya yang terlihat begitu senang. Senyum di wajahnya tidak pernah usai melihat pemandangan kota Bandung yang terlihat asri dan udaranya begitu segar. Tidak sama seperti kota Yogyakarta yang dipenuhi oleh polusi, gedung-gedung tinggi, dan kemacetan yang sangat parah.

"Neng, udah mau Adzan Maghrib. Kebetulan rumah keluarga bapak enggak jauh dari sini. Kalau neng mau, kita singgah dulu trus nanti lanjutin perjalanan ke pesantren setelah isya." Tawar Pak Karyo.

"Boleh pak, saya juga enggak g sabar ketemu keluarga bapak." Jawab Lidya begitu antusias.

Beberapa menit kemudian, akhirnya sampailah mereka di sebuah rumah bergaya minimalis. Sederhana tapi terlihat sangat cantik.

 Sederhana tapi terlihat sangat cantik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Wah, cantik banget pak rumahnya." puji Lidya terkagum-kagum.

"Si eneng bisa aja. Ini semua juga berkat Tuan sama nyoya yang berbaik hati mempekerjakan saya selama ini. Akhirnya saya dan sekeluarga bisa membeli rumah impian kami tahun ini." Tutur Pak Karyo merendah.

"Jujur saya lebih suka rumah kayak gini pak, dibandingkan rumah besar tapi penghuninya dikit. Sunyi pak kalau rumah terlalu besar. Kalau minimalis kek gini, kumpul keluarga bisa jauh lebih harmonis." Jujur Lidya.

"Hehehe, eneng kalau mau juga bisa beli puluhan rumah kek gini. Rumah saya ini g ada apa-apanya dibandingkan kekayaan keluarga Nugroho." Ucap Pak Karyo lalu mengajak Lidya masuk ke dalam rumahnya.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Where stories live. Discover now