Bab 7

27.8K 1.5K 6
                                    

"Adam berpesan: Tutuplah auratmu, karena kamu ujian bagiku.
Hawa berpesan: Jagalah matamu, karena pandanganmu ibarat panah bisikan setan bagiku."

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.
.
.

Sembari menunggu Lidya sholat isya, Pak Karyo menceritakan semua kejadian yang di alami keluarga Nugroho sampai kenapa Lidya harus masuk ke pesantren di kota Bandung ini.

"Kasian benget teh Neng Asya." kata Ibu Ratih, istrinya pak Karyo.

"Iya Bu, maka dari itu kita semua harus membantu menjaga neng Asya selama di sini. Bapak utang budi sama keluarga beliau." Balas Kak Karyo. Akmal dan Ibu Ratih pun setuju.

Tak lama kemudian, Asya keluar dari salah satu kamar. Kali ini ia mengenakan sala-satu gamis modern dan jilbab yang orang tuanya telah siapkan, tidak seperti pakaiannya tadi saat pertama kali datang.

"Masya Allah cantiknya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Masya Allah cantiknya." kompak seluruh keluarga Pak Karyo. Mereka begitu terpesona dengan kecantikan Lidya memakai gamis dan hijab.

"Pak, ini gak bisa pake celana aja? Saya agak susah geraknya." Mohon Lidya. Akmal begitu gemas dengan tingkah Lidya yang seperti anak kecil yang merengek ingin mainan.

"Maaf, Neng. Itu mah udah peraturan pesantrennya sejak zaman purba." Jawab Pak Karyo sedikit bercanda.

"Bapak ini bisa aja, mana ada pesantren di zaman purba." Lidya geleng-geleng kepala mendengar lolucon tersebut.

"Tapi jujur saya kurang nyaman pake ini, Pak, Bu. Gerah, berat juga, ribet pula pakenya." keluhnya.

"Alah bisa karena biasa, Neng. Kalau Neng udah sering pake gamis begini, suatu saat eneng pasti merasa nyaman pakai pakaian seperti ini. Bahkan mungkin udah gak mau lagi pakai pakaian terbuka seperti tadi." kata Ibu Ratih memberi pengertian.

"Gak mungkin, Buk. Saya lebih suka pake pakaian biasa dibandingkan yang seperti ini." balas Lidya dengan hati-hati agar tak menyakiti hati Bu Ratih. Wanita itu terlihat paling bahagia melihatnya memakai gamis.

"Yasudah, Bu, Mal. Bapak pergi dulu anterin neng Asya. Takut pesantrennya keburu tutup." kata Pak Karyo pamitan.

"Gak besok aja sekalian ke pesantrennya, Pak? Kasian neng Asyanya habis perjalanan jauh langsung ke pesantren. Ini juga udah malam." Kali ini Akmal yang berbicara. Rasanya ia ingin berlama-lama lagi melihat Lidya.

"Gak papa, Kak Akmal. Takut ngerepotin kalian lebih banyak. Biar sekalian satu kali aja capeknya. Lagian saya juga udah pakai gamis kek gini, sayang bajunya." jawab Lidya.

Akmal pun tidak bisa berkata-kata lagi. Ibu Ratih yang tahu apa yang di rasakan anaknya, pun tak bisa berbuat banyak untuk menahan kepergian Lidya malam ini.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Onde histórias criam vida. Descubra agora