Bab 35

23.4K 1.3K 27
                                    

Subuh-subuh sekali, Fatir sudah bersiap untuk menunaikan ibadah sholat tahajud berjamaah di masjid. Ia bahkan sampai memakai wewangian yang paling harum yang ia miliki.

Sesampainya di masjid, ia terus memperhatikan gerbang masuk masjid. Para santriwati pun banyak yang kegeeran karena di perhatikan oleh gus Fatir saat mereka memasuki pekarangan masjid.

"Assalamualaikum, Gus." sapa seseorang yang tiba-tiba menghampirinya.

"...."

"Gus?"

"...."

Masih tidak ada jawaban. Fatir seolah belum menyadari ada orang yang menyapanya.

"Gus!!" sentak orang itu keras.

"Eh, Ustadz Malik. Ada apa yah, ustadz?" tanya Fatir setelah tersadar dari lamunannya.

"Astaghfirullah, ente dari tadi ana panggil-panggil g ngejawab. Jawab dulu salam ana. Menjawab salam itu wajib, dosa kalau g di jawab." kata Ustadz Malik.

"Hehe, maaf Ustadz. Waaalaikumussalam." Jawab Fatir cengengesan.

"Lagi merhatiin apa sih Gus? Dari tadi saya liat ente kayak lagi cari-cari seseorang."

"Ana tebak, dari yadi gus lagi nyari cewek yah? Hayo ngaku ...." Ejek Ustadz Malik.

"Ih apan sih ustadz, enggak yah. Fitnah lebih kejam dari pembunuhan yah." elak Gus Fatir.

"Ilih, mulut ente bilangnya enggak, tapi pipi sama telinga ente yg merah sudah membuktikan semuanya." goda Ustadz Malik.

"Emang iya, ustadz?" Fatir memegang pipi lalu telinganya secara bergantian. Benar saja, pipinya sedikit panas rasanya.

"Aduhh malu banget." batinnya.

"Iya lah. Makanya jangan coba-coba ngebohongin ana. Ana bisa baca pikiran orang." canda Ustadz Malik lalu menertawakan Gus Fatir yang masih berusaha mengontrol rasa malunya.

"Ada-ada aja ustadz," balas Fatir. Hal itu makin membuat Ustadz Malik menertawakannya.

"Nah kan, ana sampe lupa. Itu gus, imamnya kayaknya lambat datang, katanya ada halangan. Ente mau nda jadi imam gantiin beliau?" tanya Ustadz Malik.

"Imam?" Fatir masih menimang-nimang.

"Kalau aku jadi imam, itu artinya jadi imam dia juga dong." Fatir senyum-senyum memikirkan hal itu.

"Gus!!" panggil Ustadz Malik menyadarkan Fatir.

"Eh- maaf ustadz. Iya saya mau. Saya mau jadi imam." ucap Fatir menatap mantap.

"Alhamdulillah. Yaudah, gus. Sok atuh kita masuk, itu udah mau di mulai. Nanti keburu subuh." suruh Ustadz malik.

Dengan terpaksa, Fatir menuruti perkataan Ustadz Malik. Padahal orang yang ia cari-cari sedari tadi belum juga datang.

"Mungkin dia terlambat lagi," pikir Fatir. Ia pun segera masuk dan mengambil posisi sebagai imam.

Dimulailah sholat tahajud berjamaah dan di lanjutkan dengan sholat subuh berjamaah.

Setelah itu ceramah singkat oleh ustadz malik dan baca kitab hingga jam 6.

Fatir tidak bisa melihat saf sholat perempuan untuk mencari keberadaan Syifa. Karena di halang oleh tirai besar dan tak tembus pandang sedikitpun.

Maka dari itu ia berniat menemui Syifa nanti saja setelah selesai semua acara di masjid.

***

Setelah semua acara selesai, Fatir sengaja keluar duluan di bandingkan yang lain. Ia menunggu Syifa di teras depan yang tepat mengarah ke pagar masjid. Jadi dari tempatnya sekarang, ia bisa melihat siapa saja yang keluar dari masjid.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang