Bab 54

18.8K 1.1K 9
                                    

Tok

Tok

Tok

Terdengar bunyi ketukan dari luar pintu kelas Lidya yang tertutup. Fatir yang sementara mengajar dan semua orang yang sedang fokus memperhatikannya mengajar, perhatian mereka langsung teralihkan karena ketukan tersebut.

"Silahkan masuk!" suruh Fatir dengan suaranya yang sedikit di tinggikan.

Orang tersebut pun masuk, ternyata oh ternyata ia adalah dokter Viona. "Selamat pagi dokter Arash." Sapanya.

"Ngapain nih orang ke sini? Ceper banget," batin Lidya tak suka.

Fatir juga sedikit bingung ada apa gerangan wanita itu datang ke kelasnya di saat masih jam pelajaran.

"Pagi. Ada apa yah, dok?" tanyanya.

"Saya mau ngajar, dok." jawab dr. Viona memandang Fatir penuh pesona.

Satu kelas langsung berbisik-bisik satu sama lain. Mereka saling bertanya-tanya. Pasalnya sekarang belum pergantian materi, tapi dr. Viona terlalu cepat datang kemari.

"Loh, bukannya ini masih jam mengajar saya yah, dok?" tanya Fatir sedikit kaget.

"Oh, emang iya?" tanya dr. Viona pada para mahasiswa pura-pura tidak tahu. Ia pun melihat jam tangannya. "Astaga, sorry dok. Tadi saya pikir, ini udah jam mengajar saya. Makanya saya ke sini." ucap dr. Viona berbohong. Tentu saja ia sengaja ke kelas itu untuk melihat Fatir.

"Yaudah deh, saya duduk di sini aja nungguin dokter sampai selesai ngajar." ujarnya lagi.

"Tapi—" ucap Fatir terpotong.

Tanpa di persilahkan terlebih dahulu, dr. Viona langsung mendudukkan pantatnya di kursi Fatir.

Fatir menghela nafas pasrah. Meladeni wanita akan butuh waktu lama, itu sama saja kalau ia korupsi waktu belajar mahasiswanya. Ia pun melanjutkan penjelasannya di layar proyektor.

"Ya Tuhan, gantengnya." puji dr. Viona dengan gamblangnya. Ia menopang dagunya dan menatap Fatir seolah pria itu adalah pemandangan paling indah yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Haaa ...." Mulut semua orang langsung melangah. Para mahasiswi terkejut karena dr. Viona ternyata menargetkan dokter tampan mereka sebagai mangsa berikutnya.

Wanita itu memang suka sekali menggoda para lelaki tampan, dan ia tidak segan-segan melakukan segala cara agar bisa mendapatkan hati pria yang di targetkannya tersebut. Setelah bosan atau ia menemukan yang jauh lebih tampan dan mapan, maka ia akan membuang pria itu layaknya sampah.

Di sisi lain, Lidya malah naik darah mendengar ucapan dr. Viona barusan. Rasanya ia sedang berapi-api ingin menampar mulut wanita itu kuat-kuat.

Sedangkan Fatir tak ambil pusing. Ia seolah sudah menulikan kedua telinganya agar tidak mendengar ocehan wanita itu. Kalau saja itu Lidya, mungkin dia sudah terbang ke luar angkasa saking senangnya.

Merasa di cueki, Viona merasa amat sebal. Biasanya para pria akan salah tingkah jika ia memujinya seperti tadi. Tapi Fatir bebeda. Maka dari itu ia makin merasa tertantang.

Itu baru serangan pertamanya. Seragam berikutnya dan seterusnya akan lebih ganas. Ia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan pria itu bertekuk lutut di hadapannya.

"Dok!" panggil dr. Viona. Tapi Fatir masih terus melanjutkan penjelasannya.

"Dokter Arash!!!" Panggilnya lagi.

Fatir jengah, ia melihat samping ke arah wanita itu. Ia capek di panggil terus. Sungguh mengganggu konsentrasinya mengajar.

"Saya cantik g dok?" tanyanya.

Mata Fatir langsung terbelalak, ia tak habis pikir dengan apa yang sedang wanita itu lakukan sekarang.

Dr. Viona duduk berpose dengan hot, dan bajunya yang seksi pun melekat sempit di bagian bokong dan dadanya. Kemeja yang ia gunakan sengaja di buka 3 kancing paling atas sehingga belahan dadanya nampak begitu menggiurkan di mata para para laki-laki.

Fatir memandanginya dengan perasaan jijik. Ternyata ada wanita yang tidak tahu malu sekali seperti itu masih hidup sampai sekarang.

"Sialan tuh nenek lampir! Awas aja kalau gue liat dia ngegoda gus Fatir lagi." batin Lidya yang akan membuat perhitungan pada wanita itu.

"Bagaimana dok?" tanya dr. Viona lagi. Ia mengangkat satu tangannya ke belakang kepala dan membusungkan dadanya ke arah Fatir. Seolah mengatakan bahwa tubuhnya butuh belaian dan jamahan dari tangan Fatir yang berotot.

Dr. Viona memegang bibir bawahnya tebal dan merah legam dengan gaya yang sensasional. Membangkitkan hasrat pria manapun yang melihatnya. Ia tak malu di pandang seisi kelas.

Bulu kuduk Fatir merinding melihatnya. Di bandingkan dokter, wanita itu lebih mirip seperti seorang pel*cu* yang sedang mengobral tubuhnya kepada lelaki hidung belang.

Brak!!!

Lidya memukul meja sangat keras. Ia mengangetkan semua orang termasuk Fatir dan dokter Viona.

Buru-buru Fatir mengalihkan pandangannya dan berucap istighfar berkali-kali. Tidak tahu kenapa ia sempat khilaf dan tergiur beberapa detik melihat tubuh dr. Viona tadi.

"Apa-apaan kamu ini!! Dasar tidak sopan!!" bentak dr. Viona terhadapnya.
Lidya menatap wanita itu dengan sangat tajam seakan-akan ingin memakannya hidup-hidup.

Lidya beralih menatap Fatir yang memejamkan matanya kuat-kuat. Ia tahu pria itu pasti sedang beristighfar, kentara dari gerakan mulutnya yang berkomat-kamit.

"Mohon maaf karena mengagetkan semua orang. Saya hanya ingin meminta izin kepada dokter Arash untuk ke wc sebentar." Ucap Lidya menatap ke arah Fatir dengan sangat datar.

Fatir yang namanya di sebut pun langsung mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Lidya. Di saat mata mereka berdua hampir bertemu, Lidya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Fatir tidak tahu kalau di mata wanitanya saat ini tersirat kekecewaan yang begitu mendalam.

"Kenapa masih melamun di situ? Pergi saja sana!! Ganggu aja," ucap dokter Viona dengan dengan nada mencibir.

Tentu saja Lidya tak mau berlama-lama. Setelah mendapat izin, ia pun segera keluar dari kelas tersebut dan berlari menuruni wc terdekat.

Sepanjang langkah kaki Lidya hingga tak terlihat lagi oleh kedua indra penglihatannya, Fatir tak bisa mengalihkan pandangannya selain ke arah gadisnya. Entah mengapa tubuhnya seakan-akan merespon untuk mengejar wanita itu secepatnya.

"Dokter Arash mau kemana sih?" tanya dr. Viona dengan wajah sok di imut-imutkan.

"Maaf, dok. Saya ada keperluan mendadak." Fatir mencoba sedikit bersabar meladeni wanita itu. Ia tidak mau sampai terpancing emosi dan berbuat kasar pada seorang wanita.

"Tapi kan ini masih jam mengajarnya dokter. G bisa di undur jadi sebentar lagi aja? Kasian loh anak-anak harus rugi waktu belajar." Dr. Viona memandang para murid dengan raut wajah simpati yang di buat-buat.

"Mereka sudah bayar spp mahal-mahal, trus rugi tenaga juga ke kampus hanya untuk mendapati guru mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi di bandingkan tugas mereka." Sanggah wanita itu sok bijak menasehati Fatir. Padahal dia sendiri meninggalkan tugasnya mengajar di kelas lain demi bertemu dengan Fatir saat ini.

Fatir pun terdiam. Benar juga, seharusnya sebagai dosen, ia harus profesional dan tidak mencampurkan urusan pribadi dengan tanggung jawabnya di kampus ini.

Ia pun kembali mengajar dan berniat berbicara dengan Lidya nanti saat jam istirahat saja. Kali ini Fatir tidak akan menghiraukan panggilan maut dr. Viona lagi. Tidak akan pernah!!

***

Fatir selesai mengajar satu jam kemudian. Tapi ia tidak melihat Lidya kembali ke dalam kelas setelah tadi ia sempat untuk izin ke wc. Karena khawatir, Fatir pun pergi mencari di mana keberadaan Lidya sekarang.

TBC

Gus Arrogant!! (TAMAT)Where stories live. Discover now