Bab 89

15.5K 1.2K 230
                                    

Liu liu liu

Sirene ambulance memecah jalanan padat ibu kota yang padat kendaraan. Salip sana salip sini, menggunakan kecepatan penuh, sang sopir sekuat tenaga mengerahkan seluruh kemampuan menyetirnya agar segera sampai ke rumah sakit terdekat.

"Pak, cepat Pak!! Istri saya udah sekarat!!" Teriak Fatir dari bagian belakang. Ya, di dalam mobil ambulance itu ada Lidya yang sudah berlumuran darah dari kepala hingga kaki, luka sobek dan pendarahannya ada di mana-mana. Bahkan pakaian yang ia kenakan pun sudah tidak berbentuk lagi. Untunglah luka bakar yang di alaminya tidak terlalu parah.

"Hiks hiks hiks, Sayang kamu yang kuat. Mas mohon jangan tinggalin mas lagi, hiks ...." Fatir menggenggam tangan istrinya dengan erat. Berbagi doa ia panjatkan agar Lidya selamat.

"Pak, cepat!!!" Teriak Fatir lagi membuat sopir tersebut langsung menambah kecepatannya hingga hampir menabrak truk yang ada di depannya.

Bruk!!

Fatir dan Lidya terhempas ke samping saat ambulance tiba-tiba berbelok tajam. Dengan sigap ia memeluk erat tubuh lemah istrinya agar cukup ia saja yang terhempas ke dinding.

"S-sayang, k-kmu enggak papa kan? Enggak ada yang luka lagi kan?" tanyanya begitu khawatir. Ia bahkan tidak menghiraukan punggungnya yang begitu perih. Ia menabrak sesuatu yang tajam tadi. Tapi baginya sekarang, keselamatan istrinya adalah nomor satu.

"M-maaf, Pak. Apa kalian baik-baik saja?" tanya sang sopir yang begitu khawatir dengan mereka berdua. Tapi ia tidak mendapatkan jawaban sama sekali.

"AAAKHHH!!" Fatir tiba-tiba berteriak keras membuat sopir tersebut panik bukan main.

"Pak, apakah Anda baik-baik saja?" tanyanya sedikit berteriak. Ia mengehentikan mobilnya di samping jalan.

"CEPAT JALANKAN MOBILNYA BRENGSEK!!" Teriak Fatir begitu frustasi. Ia mengumpat sejadi-jadinya saat melihat bibir istrinya yang semakin pucat tiap detiknya. Sopir itu bahkan sampai terperanjat di tempat mendengar perkataan kasar yang tertuju padanya.

"B-baik, Pak." Dengan segera sang sopir kembali melanjutkan perjalanan mereka. Meskipun cepat, tapi kali ini ia akan lebih berhati-hati lagi.

Fatir memeluk Lidya erat untuk mengalirkan kehangatan ke tubuh wanitanya yang mulai kedinginan. Ia benar-benar menyesal karena datang terlambat untuk mengakui kebenarannya. Jik saja ia jujur dari awal, ini semua tidak akan terjadi. Ia benar-benar menyesal.

Fatir merasa bagian perutnya semakin basah oleh cairan yang hangat. Dengan segera ia mengecek perutnya tersebut dan melihat terdapat noda darah yang semakin banyak di sana. Bukan, itu bukan darinya, melainkan dari perut sang istri.

"A-apa ini?" Fatir membuka baju yang dikenakan sang istri. Sekarang lidya hanya mengenakan bra untuk menutupi bagian atasnya. Tapi Fatir tidak memikirkan itu dulu sekarang, matanya tertuju pada bagian pinggang Lidya yang ramping.

"Hah?? Pendarahan lagi?" Fatir membulatkan matanya tak percaya saat melihat luka sobek yang begitu menganga di pinggang istrinya tersebut. Ia mencoba menekan bagian itu untuk menghentikan pendarahannya.

"Cepat, Pak!! Hiks hiks, istri saya akan mati karena kehabisan darah jika seperti ini!!!" Racaunya. Tangannya tak cukup untuk menutupi semua pendarahan itu. Jangan tanya bagaimana keadaannya saat ini, bajunya pun sudah kotor oleh darah istrinya itu.

Darah masih terus mengalir. Menutup luka yang baru, sama saja dengan ia harus merelakan luka yang lama untuk terbuka kembali. Karena tangannya hanya dua, sedangkan darah Lidya mengalir dari arah mana saja. Percuma ia menutup luka yang satu, sementara luka yang lain tidak bisa ia tutupi.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Where stories live. Discover now