Bab 41

22.4K 1.3K 8
                                    

"Gus Fatir!"

"Syifa!"

Clarissa bingung, kok dosennya manggil Lidya dengan nama Syifa. Lalu Lidya kok manggilnya gus Fatir. Setahu mereka nama dosennya tersebut di panggilnya dokter Arash.

"Heh Lid. Lidya!" Clarissa menyikut lengan Lidya karena di perhatikan seisi kelas.

"Astaghfirullah." Lidya langsung tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya. Begitupun dengan Fatir.

Mungkin pipi mereka berdua sudah memerah karena malu. Bukan malu di liat semua orang, tapi malu karena berpandangan terlalu lama.

"Sial ...."Runtuk Lidya karena salting.

"Ekhmm ...." Dehem Fatir mencairkan suasana. Ia berusaha mengontrol perasaan senangnya.

"Sebagai mahasiswa, kamu tidak menghargai saya sebagai dosen. Saya minta kamu ke ruangan saya saat jam istirahat!" Perintah Fatir tegas.

Dalam hati, Lidya terus saja mengutuk dirinya sendiri. "Kenapa juga harus bertemunya di sini, Ya Allah ...." batinnya meruntuk.

"B-baik gus! Eh m-maaf, maksud saya, baik dokter." Jawab Lidya yang terus saja memalingkan wajahnya dari Fatir.

Diam-diam Fatir tersenyum tipis mendengar panggilan tersebut terucap dari mulut gadisnya. Sudah lama ia merindukan suara itu.

Fatir melangkah ke depan lalu duduk di tempat duduknya. Lidya memperhatikan dari kejauhan.

"Kamu ke depan!" tunjuk Fatir pada Lidya.

"S-saya?" tanya Lidya menunjuk dirinya sendiri. Ia menoleh ke arah Clarissa.

"Gue?" tanyanya berbisik.

Clarissa langsung mengangguk. Perasaannya cemas, takut temannya akan dapat masalah dari dosen galak tersebut.

Setelah meyakinkan diri, Lidya berjalan maju ke depan sesuai perintah Fatir yang kini menjadi dosennya.

"Siapa yang suruh kamu menghadap ke mereka?" tanya Fatir saat melihat Lidya berdiri menghadap seisi kelas membelakanginya.

"Akhhh nyebelin banget sih ni cowok! G tahu apa kalau jantung gue lagi maraton!" batin Lidya kesal.

"Huuff ...." Lidya menarik nafas dalam lalu berbalik menghadap Fatir.

Mata mereka berdua tidak sengaja bertemu lagi. Dengan cepat keduanya mengalihkan pandangan. Tapi sebenarnya jantung mereka berdua tidak bisa berbohong kalau keduanya sedang menahan agar tidak salah tingkah.

"Kalian yang di sana sudah boleh duduk." suruh Fatir pada ke 8 orang yang ia panggil tadi.

Fatir menatap tajam Lidya yang masih setia menundukkan pandangannya.

"Teman-teman kamu bilang, kamu yang mereka percaya bisa menjawab pertanyaan saya. Jadi saya harap kamu tidak mengecewakan saya."

Mendengar itu, Lidya sontak menoleh ke pada teman-temannya. Lidya menyipitkan matanya tajam sambil menunjuk mereka dan matanya menggunakan dua jarinya secara bergantian.

Semua orang langsung pura-pura tidak melihatnya. Takut Lidya murka pada mereka. Lidya terkenal sangat garang jika ada yang berani mengusik ketenangannya.

Setelah itu, Lidya kembali menoleh kepada Fatir sambil menunduk.

"Kalau kamu bisa menjawab semua pertanyaan saya dengan benar, kamu boleh duduk. Tapi jika tidak, kamu harus berdiri di situ terus sampai jam mengajar saya habis." ucap Fatir.

"Siap, baik dokter." jawab Lidya.

"Pertanyaan pertama. Seorang pasien bayi berusia 1 tahun datang dengan penyakit jantung. Pada pemeriksaan didapatkan asianotik. Apakah penyakit jantung bawaan yang terjadi pada bayi tersebut?"

Gus Arrogant!! (TAMAT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt