Bab 87

15.5K 1.4K 363
                                    

Karena author udah double up seperti maunya kalian, sebagai imbalannya, kalian harus vote sebanyak-banyaknya.

Kalau bisa sih semua bab, jangan cuma yang ini aja hehe👉👈

🗣️: Author di kasih hati malah minta jantung huuuu!!

Eitsss, kalian yang nunggu-nunggu bab ini yah. Ayolah, biar sama-sama enak kita wkwk🤣 cuakss🙈













Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.
.
.
.
.





Tok tok tok

"Masuk!"

"Selamat sore dokter."

"Sore. Ada apa yah dokter Lidya datang ke mari?" tanya dokter tersebut. Ia merupakan kepala rumah sakit ini. Dan ia juga sudah mengenal Lidya dengan baik.

"Saya ingin memberikan surat pengunduran diri saya sebagai intern di rumah sakit ini. Ini dok, mulai besok saya sudah tidak ikut program ini lagi." Lidya menyodorkan sepucuk surat kepada pria paruh baya tersebut.

"Loh? Kok tiba-tiba ngundurun diri sih, dok? Saya baru aja mau mempromosikan dokter Lidya untuk menjadi dokter tetap di rumah sakit ini loh. Kinerja dokter bagus, dan respon pasien juga memuaskan. Sayang loh kalau kesempatan ini di sia-siakan." bujuk dokter tersebut.

Lidya tersebut getir. "Tidak, dok. Terimakasih. Malam ini ayah saya sudah menjadwalkan penerbangan untuk saya ke London. Saya akan tinggal bersama keluarga saya di sana. Kalau begitu saya permisi dulu yah dok." pamit Lidya.

Setelah kepergian Lidya, Pria paruh baya tersebut langsung mencari handphonenya dan menelepon nomor seseorang.

Tut tut

"Astaga Mr. Ayo angkat dong!!!" runtuknya panik.

Panggilan lagi-lagi terputus. Dengan terpaksa ia pun harus keluar untuk mencari orang tersebut.

***

"Gimana, Sayang? Tampan kan adek kamu?" tanya Fatir kepada putrinya, Divana. Sebenarnya kedua anak tersebut bukanlah dari darah dagingnya. Mereka hanya di titipkan kepadanya sebelum ayah mereka yang asli meninggal dalam sebuah kecelakaan.

"Iya, Pi. Dede bayinya sangat tampan. Namanya siapa pi?" tanya anak perempuan tersebut. Ia sekarang berada di gendongan Fatir, melihat ke dalam kotak bayi.

"Namanya Faat Marzuq Akhiil. Artinya, orang pintar yang diberkati kemakmuran, kesuksesan, dan In Sya Allah akan menjadi pemimpin yang baik." Jawab Fatir.

"Waah, bagus banget namanya, Pi. Divana mau cium pipi adek dong pi." pinta gadis itu.

"Belum bisa, Sayang. Nanti yah, kita tanya dokter Lidya dulu." ucap Fatir melarang secara halus. Ia mengelus rambut sang anak dengan lembut.

"Dokter Lidya? Mami? Papi, Diva mau ketemu mami, please ...." mohon gadis tersebut yang gelisah ingin di turunkan dari gendongan Fatir. Ia ingin pergi menemui maminya itu.

"Mami? Kok panggilnya dokter Lidya 'mami'?" Tanya Fatir kebingungan.

"Iya, dokter Lidya yang cantik itu udah jadi maminya Diva kemarin. Divana mau ketemu sama mami, papi ...." bujuk anak itu membuat Fatir tersenyum senang.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Where stories live. Discover now