Bab 57

19.7K 1.2K 18
                                    

Fatir terburu-buru pergi ke ruangannya. Sepanjang jalan ia seperti orang yang kehilangan kewarasannya. Lalu ketika sampai, ia langsung bersembunyi di bawah meja.

"Huh ... huh ... huh ...." Nafas Fatir ngos-ngosan. Keringat sudah bercucuran di jidat dan pelipisnya. Tangan Fatir bergetar hebat saat ia mencoba untuk menyentuh bibirnya. Pandangannya begitu rapuh.

"Hah ... A-Astaghfirullah ... ya Allah ... Bi-bibir ini ... Bi-bisa-bisanya mengatakan hal menjijikan seperti tadi kepadanya ... hik ... hiks ...." Fatir sesegukan seperti orang yang akan menangis. Ia merasa dirinya sudah menjadi pria hina. Ia menghancurkan harga dirinya sendiri di depan gadisnya.

Sungguh tadi ia tidak bermaksud untuk melakukan itu kepada Lidya. Melihat dia ketakutan, membuat dia merasa gagal menjadi pria. Pria sejati tidak akan menodai wanita yang dicintainya menggunakan rayuan dan gombalan sebelum kata sah berkumandang.

"Gus, dimana pun kamu berada, ingatlah hadis ini, 'di tusuknya kepala seseorang dengan besi, sungguh lebih baik baginya dari pada menyentuh wanita yang bukan mahramnya'. Kuatkan iman, jangan pernah melanggar perintah Allah."

Itu adalah nasehat abinya sebelum ia memutuskan untuk pergi ke kota ini. Sekarang kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di kepalanya. Rasanya sangat sakit ketika baru dua hari ia menginjakkan kaki di kota ini, tapi sudah di kendalikan oleh nafsu dan syahwatnya sendiri.

Fatir merasa gagal menjadi anak. Abi dan Uminya sudah menyekolahkan dia ke negri timur tengah sana, menuntut ilmu dunia dan memperdalam agama, tapi ketika bertemu seorang wanita, semua ilmu itu menguap entah kemana.

"A-abi, U-umi, maafkan Fatir. Fatir sudah lalai sebagai anak. Fatir sudah mempermalukan kalian di hadapan Allah ... hiks ...."

Fatir duduk di lantai memeluk lututnya dan menangis hingga air matanya membanjiri celana kain yang ia gunakan.

Mudah mengerjakan maksiat itu adalah tanda bahwa keimanan seseorang sedang menurun. Dan Fatir menangis karena merasa ia tela kehilangan sebagian keimanan dan ketaatannya kepada sang pencipta.

Satu kesalahan besar yang ia sesali saat ini adalah ia sudah menodai kesucian cinta, yang seharusnya itu adalah anugerah dari sang pencipta, tapi ia malah mewarnainya dengan kemaksiatan. Innalilahi wainnailaihi rodjiun.

***

Setelah kejadian di wc itu, sepanjang hari Lidya tidak mau menampakkan dirinya di depan gus Fatir. Malu, ia tidak tahu mau di taruh di mana wajahnya itu.

Ternyata oh ternyata, tanpa sepengetahuannya, gus Fatir pun melakukan hal yang sama. Ia menghindar dari melewati tempat-tempat yang mungkin saja ia bisa bertemu dengan Lidya. Bahkan ia sampai rela pergi ke masjid lain yang jaraknya lumayan jauh, hanya untuk menjauhinya.

Fatir masih tak habis pikir, bisa-bisanya ia memperlakukan Lidya seperti tadi. Seolah-olah itu bukan dirinya, dan ia di kendalikan oleh hawa nafsu. Nafsu yang sudah pasti mengantarkan mereka ke dalam dosa besar yaitu zina.

***

Singkat cerita, malam pun tiba. Gus Fatir terbangun di sepertiga malamnya. Ia mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajud sekaligus sholat istikharah untuk meminta ampunan dan petunjuk kepada Allah SWT.

Dalam sholat tahajudnya, ia mencurahkan segala kekesalannya tentang hari ini. Memohon maaf kepada Allah karena telah lalai menjalankan perintahnya.

Lagi-lagi ia menangis. Entah sudah berapa kali di hari ini. Jangan berpikiran kalau ia adalah pria yang cengeng. Karena begitulah yang akan terjadi ketika seseorang sudah mengenali dan mencintai Tuhannya begitu dalam.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Where stories live. Discover now