Bab 34

23.3K 1.3K 30
                                    

"Maksudnya kak?" tanya Jian.

Fatir akhirnya menghadap ke sang adik. Jian pun langsung berbalik dan berhadapan dengan kakaknya.

"Kakak ingin tahu apapun yang di sukai Syifa. Kamu kan teman dekatnya, kamu pasti tahu kan?" tanya Fatir memastikan.

"Emm .... I-iya," jawab Jian takut-takut. Mengapa sekarang ia malah jadi gugup.

"Kalau begitu katakan." Pinta Fatir.

"Aduh gimana yah kak, Jian-"

"Tunggu sebentar ...." Fatir tiba-tiba memotong ucapan Jian.

Jian makin bingung. Kakaknya mengambil sesuatu dari atas meja belajarnya.

"Pulpen sama buku?" batinnya bertanya-tanya.

"Pertama, sebutkan apa saja makanan yang di sukai Syifa. Kakak akan mencatatnya biar tidak terlewat satu pun."

Rahang Jian terbuka lebar. "What the hell universe?" batinnya.

Fatir sudah siap dengan pulpen dan juga buku catatannya. Ia memandang Jian penuh antusias.

"Tunggu-tunggu, ini kenapa tiba-tiba kakak mau tahu tentang Syifa? Aneh, tidak biasanya." Tanya Jian.

"Kakak rencana akan melamar Syifa secepatnya."

Whatt??

"Jian barusan g salah dengar kan, kak?" tanya Jian memastikan.

"Tidak. Kakak benar-benar akan melamar Syifa. Maka dari itu sebagai permulaan, kakak harus tahu apapun tentang dia. Makanan yg ia suka dan tak suka, hobinya, apa yang biasa bikin dia marah, pokoknya semuanya. Kakak mau tahu semua tentang dia." ucap Fatir yang terlihat begitu bersemangat.

"E-e emm gimana yah kak? Aduh Jian jadi bingung." Kata Jian merasa dongkol.

"Oh iya satu lagi dan ini yang paling penting. Tipe cowoknya Syifa tuh kayak gimana?" tanya Fatir lagi.

"E-"

"Ato gini-gini. Kira-kira menurut kamu, calon imam idaman dia itu seperti apa?"

Belum sempat Jian menjawab, Fatir lagi-lagi memotong ucapannya. Hal itu membuatnya kesal.

"Kenapa kakak g tanyain aja langsung sama orangnya?" tanya Jian dengan ekspresi malas.

"Sebenarnya .... Kakak malu dek kalau tanya langsung ke dia. Takutnya dia malah jadi ilfil sama kakak, hehe." Fatir menggaruk lehernya yang tiba-tiba gatal. Ia menatap Jian malu-malu.

Jian memutar bola matanya malas.

"Ayolah, plisss ...." mohon Fatir seperti anak kecil yang minta di belikan mainan oleh orang tuanya.

Bukannya kasihan, Jian malah jadi jijik melihat kakaknya yang seperti itu.

"Huh .... Apa boleh buat."

Seketika Fatir bersorak gembira. Dengan cepat ia mengambil kembali alat tulis yang tadi sempat ia letakkan lalu bersiap untuk mencatat apapun yang Jian katakan.

"Apa yang ingin kakak tahu terlebih dahulu?" tanya Jian.

"Apa makanan yang Syifa suka dan g suka?" tanya Fatir.

"Banyak."

"Is, sebutin satu-satu dong dek. Gimana sih," kesal Fatir.

Jian mengambil nafas panjang dan kuat.

"Sifa sukanya Nasi goreng, bakso, somay, batagor, semua olahan telur apalagi telur gulung. Dia suka semua olahan ayam, tapi dia paling suka bagian dadanya, g suka paha ayam, sayap, kaki, hati, kepala ayam, pokoknya semua bagian ayam kecuali daging dan kulitnya saja. Itu pun kalau kulit ayam, dia cuma suka yg di goreng hingga benar-benar krispi. Trus dia suka daging sapi, tidak suka kambing. Suka tempe tapi tidak suka tahu. Suka coklat tapi tidak suka dark coklat, pokoknya dia cuma suka white Chocolat. Tidak suka minum teh, kopi, minuman bersoda, pokoknya semua macam minuman kecuali minuman jeruk dan brown sugar. Dia juga suka banget sama minuman boba tapi yang fresh milk brown sugar doang. Dia suka Pizza, tapi g terlalu suka burger. Dia suka nugget tapi merek tertentu aja. Suka ikan tapi ikan tertentu juga. Dia g suka makan sayur. Paling g suka buah pepaya, sirsak, dan kiwi. Sukanya sama buah durian, anggur, nanas, mangga sama rambutan. Dia paling suka makan udang sama kepiting. Sukanya makanan yang asin, manis, dan gurih. Udah, itu aja yg Jian tahu ...."

Baru satu pertanyaan loh ini, tapi Jian sudah ngos-ngosan habis menjelaskan itu semua panjang lebar. Lidya benar-benar orang yang pilih-pilih makanan.

Lain halnya dengan Fatir. Ia malah menikmati menulis semua yang di katakan Jian tanpa ada beban sedikitpun.

"Oke lanjut. Apa benda-benda yang paling disukai Syifa." Tanya Fatir lagi. Ia bahkan tidak melihat bahwa adiknya masih ngos-ngosan.

Dengan terpaksa, Jian memaparkan apapun yang ia ketahui. Se-mua-nya!!

"Hewan apa yang paling Syifa sukai dan dia takuti?"

"...."

"Apa aja hobinya Syifa."

"...."

"Apa aja impian Syifa?"

"...."

"Apa warna kesukaan dia?"

"...."

"Film kesukaan?"

"Musik kesukaan?"

"Karakter cowok yang dia suka?"

"Model cowok yang dia suka?"

"Dia mau punya anak berapa?"

"Cucu berapa?"

"Apa-"

"Aaakhhh!!! Kenapa g kakak tanyain aja semua sama Syifa-nya langsung!! Jian bukan Tuhan yang bisa tahu semuanya tentang dia!" kata Jian frustasi. Ia sudah capek meladeni semua pertanyaan kakaknya.

Fatir mengedipkan matanya bingung, ia hanya memandang Jian dengan tatapan tanpa rasa bersalah.

"Jian mau tidur, permisi!" Jian lalu melangkah pergi menuju kamarnya.

Masih dengan perasaan yang menggebu-gebu, ia di kejutkan oleh kakaknya yang mengikutinya dari belakang.

"Kakak ngapain sih ikutin Jian? Kan Jian udah bilang, Jian g mau lagi ngeladenin kakak!" protesnya.

"Siapa yang ngikutin kamu?"

"Trus kalau g ngikutin, ini apa namanya?" tanya Jian.

"Kakak g ngikutin kamu, justru kakak mau nemuin Syifa. Tadi kata kamu kan tanya sama orangnya langsung. Yaudah, kakak mau temuin dia sekarang."

Mendengar itu, Jian kaget bukan main. Bagaimana kalau kakaknya tahu Syifa sudah pergi dari kemarin lalu. Dia tidak sanggup menghadapi kakaknya malam ini. Ia benar-benar kelelahan dan mengantuk.

"E-e ini udah malam kak. Gimana kalau besok aja? Syifa pasti uda tidur juga ya kan?" bujuknya.

Fatir melihat jam tangannya. "Masih jam sembilan. Dia pasti masih belum tidur. Kakak udah g sabar nemuin dia." Jawab Fatir dengan begitu antusias.

"Ta-tapi kak. G baik nemuin cewek malam-malam begini. Takut entar jadi fitnah. Kakak g mau kan kalau sampai ada yang ngeliat kakak sama Syifa berduaan trus di fitnah lagu kayak waktu itu?" tanya Jian lagi. Ia berusaha mencari alasan yang bagus supaya kakaknya mengurungkan niatnya malam ini.

"Bener juga yah. Tapi kan-"

Tanpa mau basa-basi lagi, Jian mendorong kakaknya ke kamar lalu menyuruhnya untuk tidur.

"Tunggu dulu, dek. Tapi kakak belum minta maaf sama dia. Kakak harus minta maaf sekarang sebelum terlambat."

Lagi-lagi Fatir keras kepala tetap ingin pergi. Jian tentu saja tidak kehabisan akal.

"Enggak!! Kakak g boleh pergi malam ini!" larangnya.

"Kenapa kakak g boleh pergi?" tanya Fatir bingung.

"Muka kakak tuh udah kayak mayat tahu g? Kecapean, lemah, letih, lesuh. Itu pasti karena kakak kekurangan tidur semenjak semalam karena mempersiapkan pernikahan. Kakak g mau kan ketemu sama Syifa dengan muka menyeramkan kayak gitu?"

Fatir melihat ke arah cermin yang kebetulan ada di depannya. Benar juga, mukanya sudah seperti mayat hidup sekarang.

"Kamu benar, kakak harus istirahat biar Syifa tidak ilfil melihat wajah kakak besok."

"Bagus. Kalau begitu selamat malam!" Jian cepat-cepat pergi dari sana. Ia tidak mau menghadapi kakaknya lagi.

Pokonya mulai besok ia harus benar-benar menghindari kakaknya. Mungkin saja besok akan jadi lebih parah dari hari ini.

TBC


Gus Arrogant!! (TAMAT)Where stories live. Discover now