Bab 44

21K 1.3K 19
                                    

Happy Reading❤️❤️
.
.
.
.
.
.
.

Sekedar informasi saja, di fakultas kedokteran itu, para dosen mengajar dalam sebuah tim yang disesuaikan dengan bidangnya masing-masing. Misalnya, histologi, Fisiologi, Anatomi, Biokimia, dll.

Karena kebetulan Fatir adalah dokter spesialis bedah syaraf konsultan, maka dari itu ia lebih relevan di tempatkan di bagian anatomi.

Oke lanjut ....
.
.
.
.
.
.
. . . . .
. . .
.

Sesampainya di ruangan anatomi, kebetulan tidak ada dosen lain di dalan sana. Jadi Lidya dan Fatir hanya berdua dan lebih leluasa mengobrol.

"Silahkan duduk," silah Fatir.

Lidya pun duduk di depan Fatir layaknya mahasiswa yang akan konsultasi kepada dosen pembimbingnya.

"Perkenalkan diri kamu!" Titah Fatir.

Lidya bingung, "Kenapa harus perkenalan diri lagi sih? Kan dia udah tahu nama gue. Aneh." pikirnya.

Tapi Lidya tidak mau ambil pusing, ia pun berdiri lalu memperkenalkan dirinya kepada Fatir.

"Sebelumnya, saya izin memperkenalkan diri terlebih dahulu, dokter. Perkenalkan nama saya Lidya Cahya Syahid, atau biasa dipanggil Lidya. Saya dari Fakultas Kedokteran, prodi pendidikan dokter, dengan NIM C237869001, angkatan 2020, dari kelas B. Sekian dan terima kasih." Setelah itu Lidya pun duduk kembali.

Detik berikutnya ekspresi Fatir berubah, dari yang tadinya biasa saja, sekarang jadi sangat datar dan dingin menatap Lidya.

"Kenapa kamu membohongi saya selama ini? Memalsukan identitas kamu dan masuk ke pesantren saya waktu itu?" tanyanya.

Wajah Lidya langsung pucat pasi, "Aduh, mampus! Gue mau jawab apa lagi nih," batinnya bingung.

"Kenapa diam saja? G merasa bersalah udah membohongi banyak orang? Termasuk saya sendiri?" tanya Fatir lagi.

"E-e, bu-bukan maksud saya kek gitu, dok." jawab Lidya terbata-bata.

"Aduhh, ayo berpikir, berpikir. Aakhhh gue g tahu mau mulai dari mana!!!" pikirannya frustasi.

"Kalau cuman kita berdua, g usah terlalu formal panggil saya dok atau pak." titah Fatir kelihatan tak suka dengan panggilan Lidya padanya.

"Trus saya manggilnya apa dong, dok? G mungkin kan saya manggilnya Fatir aja? Eh ma-maksud saya bukan gitu," Lidya menggantung kalimatnya.

Fatir melihat gadisnya tampak sedang berfikir keras. "Panggil mas juga boleh sih sebenernya," batinnya sambil tersenyum tipis. Ia jadi salting karena pikirannya sendiri.

"Kalau saya panggilannya 'gus' aja g papa kan dok?" tanya Lidya takut-takut.

"Terserah kamu." jawab Fatir datar.

"Ekh, asli gue pengen banget cakar muka ni orang! Ngeselin banget dari tadi," cicit Lidya membatin.

"Untung sayang. Kalau enggak— eh, astaghfirullah suami orang Lidya, jangan jadi pelakor lu," pikirannya mengingatkan diri sendiri.

Ingatkan Lidya kalau Fatir sekarang adalah dosennya. Takutnya ia kelepasan meyerang pria itu dengan membabi-buta.

"Lanjut jawab pertanyaan saya tadi." perintah Fatir mengingatkan.

"Huh," Lidya menghela nafas pasrah. Kalau dia tidak jawab sekarang, ia yakin akan di teror sampai ia menjawab pertanyaan itu. Fatir kalau sudah bilang A yah A, susah buat di ganti B.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ