Bab 33

23.5K 1.3K 11
                                    

"Tidak!! Selama saya masih hidup, jangan harap anak saya menikahi wanita itu! Sebagai ibu yang telah melahirkannya, saya tidak ridho!" Bentak Umi Salamah. Sudah cukup ia diam sedari tadi. Ini semua tidak bisa dibiarkan.

"Di kasi hati malah minta jantung. Cih!" cibir Jian memanas-manasi.

"Umi, sudah umi. Sabar, nanti penyakit Umi kambuh lagi." kata Pak Kiai menenangkan istrinya.

"Tidak, Abi! Kali ini jangan hentikan Umi! Sampai kapanpun umi tidak akan membiarkan anak kita menikah dengan wanita seperti itu!" putus Umi Salamah tak mau di bantah.

"Umi istighfar. Allah juga akan sangat marah kalau umi seperti ini." kata Pak Kiai lagi. Ia mengelus punggung sang istri dan memegang erat tangan istrinya.

"Bu, untuk masalah ini saya serahkan kepada anak saya. Dia yang mau menjalani kehidupan pernikahan. Kami tidak bisa ikut campur dalam hal itu." putus Kiai Ahsan.

"Tidak!!" Bentak Umi Salamah. Selama mereka menikah, baru kali ini ia meninggikan suaranya kepada sang suami. Kiai ahsan pun juga kaget mendengar suara istrinya.

"Tidak, Abi. Apapun keputusan anak kita, Umi tetap tidak akan meridhoi mereka berdua." Umi Salamah matanya sudah berkaca-kaca.

Kiai Ahsan mengerti mengapa istrinya berbuat seperti itu. Lantas memeluk sang istri dan meletakkan kepalanya di dadanya. Seraya mengelus kepala istrinya dengan sayang.

"Sudah Umi. Biarkan anak kita memutuskan sendiri masa depannya. Sudah cukup kita mengkordinirnya selama ini. Dia juga berhak menentukan apa yang terbaik baginya dan yang tidak baik." kata Kiai Ahsan memberi pengertian secara lembut agar tidak semakin melukai perasaan sang istri.

"Tidak, Abi. Umi tidak mau satu-satunya putra kita menanggung beban menjadi ayah dari anak orang lai. Tidak, Abi .... Hiks .... Hiks ...." Umi Salama menangis dalam pelukan sang suami.

Kiai Ahsan hanya bisa diam. Ia membisikkan kalimat-kalimat penenang untuk istrinya. Saat ini istrinya sedang di selimuti oleh emosi, ia tidak bisa mengambil keputusan dengan baik.

"Gus, tolong, tolong nikahi saya gus. Saya mohon jangan batalkan pernikahan ini, Gus...." minta Nadya sambil memohon-mohon kepada Gus Fatir. Begitupun Ibunya.

"Hentikan!!" perintah Gus Fatir.

Nadya dan ibunya sedari tadi masih bersujud dan memohon-mohon kepada Gus Fatir, langsung mengentikan perbuatan mereka.

Gus Fatir turun dari kursinya lalu duduk di kantai, sama seperti kedua perempuan itu.

Gus Fatir memegang gangan Ibunya Nadya.

"Maaf bu. Tapi saya tidak bisa melanjutkan pernikahan ini." kata Gus Fatir sambil menunduk dalam.

"Ta-tapi kenapa, Gus? Kenapa tiba-tiba gus tidak bisa melanjutkan pernikahan kita ini? Bukankah dari awal kita berdua saling mencintai?" tanya Nadya tak terima.

"Cih. Dasar wanita tidak tahu diri," Decih Jian memandang sinis. Ia benar-benar tak habis pikir. Bisa-bisanya wanita itu berkata seperti itu di saat seperti ini.

"Diam!!" bentak Fatir pada Nadya. Hal itu membuat si empunya sangat terkejut.

"Setelah semua yang kamu lakukan, membohongi saya, mengkhianati kepercayaan saya, kamu masih bilang kenapa?" tanya Gus Fatir tidak percaya.

"Ouh, pasti gara-gara wanita itu bukan? Wanita itu yang sudah membuat Gus seperti ini. Dasar wanita murahan!!"

Plak!!

Nadya langsung terbelalak. Gus Fatir baru saja menamparnya. Sangat keras sampai-sampai rahangnya rasanya mau patah.

"Ou May God," kata Jian yang juga sama-sama terkejut.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Where stories live. Discover now