Bab 42

22.3K 1.3K 3
                                    

Adzan Dzuhur sudah berkumandang di masjid kampus. Semua mahasiswa dan mahasiswi muslim bersiap-siap untuk pergi menunaikan kewajiban mereka.

"Lid, cepetan! Udah mau selesai adzannya." Panggil Fawaz membuat Lidya terburu-buru.

"Iya bentar, bawel!" Sewot Lidya.

Setelah susa payah mencari, akhirnya Lidya menemukan mukenanya yang terselip terlalu dalam di tas ranselnya.

"Udah?" tanya Fawaz lagi. Lidya balas mengangguk.

"Sha, gimana? udah ketemu belom?" tanya Fawaz pada Azizah yang sibuk mencari handphonenya yang hilang entah kemana.

"Belom. Udah kalian berdua duluan aja, entar gue nyusul." jawabnya.

Fawaz dan Lidya pun setuju. Mereka pergi ke masjid lebih dulu.

***

"Selamat siang dokter Arash." sapa sekumpulan mahasiswa kepada Fatir yang kebetulan lewat di depan mereka.

Mereka kegirangan karena dosen tampan yang di bicarakan semua orang tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

"Ya Tuan, tampan sekali ...."

"Jadikan dia jodohku, Tuhan ...."

"Aaakhhh g kuat gue ...." batin mereka semua.

"Siang." Jawab Fatir singkat. Ia ingin melanjutkan langkahnya, tapi tiba-tiba terhenti karena seseorang.

"Siang dokter." sapa seorang dosen wanita yang terlihat seumuran dengan Fatir.

Wajah wanita itu cantik, kulitnya putih, dan rambut hitamnya yang hanya  sebahu, terlihat sangat halus dan lembut. Ia memakai kemeja putih yang cukup tipis sehingga dalaman hitamnya tampak samar-samar. Memakai rok di atas lutut yang sangat ketat sehingga membentuk lekuk tubuhnya indah. Pokoknya dia adalah idaman para dosen pria yang ada di kampus itu.

"Siang juga, dok." jawab Fatir cuek. Ia tidak mau melihat wanita tersebut seujung kukupun.

Fatir terus beristighfar agar di jauhkan dari godaan syetan yang terkutuk.

"Astaga, dokter baru ini memang sangat tampan, seperti yang di rumorkan anak-anak," batinnya mengagumi.

Wanita itu melihat Fatir dari atas hingga bawah. Ia mengagumi setiap lekukan yang ada di tubuh Fatir. Badannya atletis, bahunya lebar, tinggi, putih, dan wajahnya yang terpahat seperti dewa yunani. Ingin meleyot saja melihatnya.

"Dadanya sangat bidang, pasti sangat keras jika di pegang." batin wanita itu berpikir jorok.

Fatir risih dengan tatapan wanita itu. Entah mengapa saat ini ia merasa di telanjangi hidup-hidup. Padahal ia tidak memakai baju yang ketat. Tapi pikiran wanita itu saja yang memang terlalu menjijikkan.

"Permisi dok." pamit Fatir.

"Eh, dokter Fatir kok buru-buru amat. Mau kemana emangnya dok?" tanya wanita itu penasaran.

"Saya mau ke masjid." Jawab Fatir lalu melenggang pergi secepat mungkin. Sungguh ia merasa sangat takut melihat wanita setidak malu itu pada laki-laki.

Lingkungannya yang dulu dan sekarang memang jauh berbeda. Dulu ia di kelilingi oleh orang-orang yang rata-rata muslim. Paling beberapa yang bukan. Itu pun, para wanita non muslim tidak berani untuk memakai pakaian yang tidak sopan.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora