Bab 85

15.2K 1.1K 271
                                    

"Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya (dizalimi). Allah itu Maha mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. An-Nisa' [4]: 148)

Tolong dijaga yah komentarnya teman-teman 🤗 Author di sini mengaku salah karena telah membuat cerita yang mengandung unsur kata-kata kasar. Maafkan Author karena tidak bisa menjaga lisan kalian dan hati kalian membaca cerita ini.

Tapi author cuma ingin kalian mengambil hikmah nantinya di akhir setelah cerita ini tamat. Kalian semua pasti sudah cukup umur dan bisa untuk memilah mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk di contoh. Dan pasti tahu bagiamana mencari apa makna tersirat dari setiap alur dari cerita ini. Jadi jangan salah paham dengan alur dan kata-kata yang author buat yah😊

Author menasehati ini bukan berarti author tidak pernah berkata kasar, tapi sebaik-baiknya pendosa, adalah ia yang senantiasa bertaubat.

Sebisa mungkin author mensensor kata-kata kasarnya untuk kedepannya yah. Kalian juga harus berusaha untuk tidak menyebutkannya dengan sengaja, apalagi yang niatnya betul-betul untuk mengumpat.

















Happy Reading ❤️

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Dr. Lidya!" panggil seseorang dari belakang.

Lidya berbalik, dari suaranya saja, ia tahu kalau itu Fatir, suaminya. "Bukan!Pria bajingan ini Adam, suami mbak Flora." Batinnya menegaskan pikiran konyolnya. Ia menghapus air matanya yang masih menggenang.

"A-ada apa yah, Pak?" tanya Lidya dengan ekspresi datarnya. Pria itu menghentikannya sesaat setelah ia keluar dari ruangan mereka.

Adam/Fatir merasa ada yang aneh. Mengapa pandangan istrinya tidak sama seperti kemarin-kemarin? Seperti ada sesuatu yang menjanggal di pikirannya. Apa ia tak sadar telah melakukan sesuatu hal yang salah? pikirnya bertanya-tanya.

"Sa-saya cuma mau nanya, Putri saya di mana yah, Dok?" tanyanya kikuk. Entah mengapa ia selalu gugup jika berhadapan dengan istrinya itu. Mungkin karena efek tidak pernah bertemu selama beberapa tahun.

"Oh .... Ada di ruangan para intern, Pak. Silahkan bapak lurus saja trus belok kanan, di samping ruang forensik ada lorong kecil, bapak lurus saja sampai mentok dan belok ke kanan lagi. Nah di situ ada pintu, tempat istirahatnya para intern seperti saya." jelas Lidya secara profesional.

Adam/Fatir menggaruk kepalanya bingung. "Emm, dr. Lidya boleh antar saya ke sana tidak? Saya bingung dengan penjelasan dokter, banyak kelok-keloknya." pintanya memohon.

Lidya menatap pria itu tanpa ekspresi. Ia pun menghembuskan nafas pasrah dan menyanggupi permintaannya.

Mereka berdua berjalan bersama, tapi Lidya agak di depan. Sedari tadi ia selalu menjaga jarak. Tapi sepertinya Fatir/Adam selalu mengikis jarak itu di antara keduanya.

"Tolong jangan dekat-dekat, Pak! Saya tidak bisa berdekatan dengan pria yang bukan mahram saya. Ada hati suami saya yang harus saya jaga!" Ucap Lidya tegas kepada pria tersebut.

"Oh, i-iya. Ma-maaf, Dok." Adam segera menjauhkan dirinya dari Lidya.

"Sayang, ini mas. Dengan bersikap seperti ini, kamu sama saja menyakiti hati mas. Tapi tunggu saja, besok semuanya akan berakhir. Mas akan kembali menjadi suami kamu seutuhnya." batinnya lalu senyum-senyum sendiri. Ia membayangkan betapa bahagianya istrinya saat mengetahui kalau dirinya adalah Fatir, suami yang selama ini ia nantikan kedatangannya.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Where stories live. Discover now