Bab 96

14K 1K 114
                                    

Lidya sampai di lantai paling atas, lantai 3. Tapi ia sudah ngos-ngosan. Pasalnya setiap lantai itu tingginya bukan main. "Rumah aja gede, bikin lift doang kaga mampu!" cicitnya kesal.

Sekarang ia bingung, kamar yang mana yang sebenarnya ditunjukkan suaminya tadi? Ia benar-benar lupa cirinya.

Ia mulai berjalan menyusuri lantai tersebut dan melihat semua ruangan satu-persatu.

Aneh, disini terdapat banyak pintu, tapi tak ada satupun yang merupakan kamar tidur. Yang ia temukan hanya bioskop pribadi, spa, tempat gym, ruang kerja yang sepertinya adalah ruangan milik Fatir, lalu terakhir ia melihat pintu yang cukup besar dari pintu lainnya.

Lidya berjalan ke arah pintu tersebut. "Mungkin yang ini, yah?" gumamnya bertanya-tanya pada diri sendiri.

Krieet

Lidya membuka pintu besar tersebut dengan perlahan di bagian tengah keduanya.

Jeng jeng jeng!

"MAS FATIR!!!!!" teriaknya sesaat setelah melihat apa yang ada di dalam ruangan tersebut. Dadanya naik-turun saking kesalnya dengan apa yang dilihatnya.

"Ukhuk!!" Fatir tersedak mendengar teriakan istrinya. Ia panik, ingin segera memenuhi panggilannya.

"Minum dulu, gus." Umi Salamah menyodorkan segelas air pada putranya. Fatir mengambilnya lalu meminum cepat hingga kandas lalu segera berlari menuju lantai paling atas.

"Udah, mas. Biarin mereka aja yang menyelesaikan masalah rumah tangganya sendiri. Kita semua cuma bisa berdoa agar keduanya bisa saling memaafkan dan kembali seperti dulu lagi." nasehat Ayana saat melihat suaminya ingin menyusul anak dan menantu mereka. Umi Salamah pun sama, ia memberikan pengertian kepada Kiai Ahsan juga.

***

"A-ada apa, Sayang?" tanya Fatir. Ia masih sementara mengatur pernafasannya yang terengah-engah.

"Liat aja sendiri!! Kenapa kamar ini banyak terpajang foto-foto mengerikan seperti ini? Turunin!! Gue gak suka!" Sarkas Lidya. Rasanya begitu naik pitam ketika melihat kamar tersebut penuh dengan foto-foto kemesraan mereka dulu.

Bagi Lidya, foto-foto itu hanya mengingatkan betapa sakitnya luka yang diberikan Fatir padanya. Bahkan seharusnya semua itu sudah layak untuk dibakar, sama seperti perasaannya yang sudah dihanguskan.

"Ta-tapi, Sayang—"

"Sayang, pala lu peang! Bisa enggak sih, sehari aja lu enggak manggil gue 'sayang'? Gue muak tau enggak! Jijik gue dengernya sumpah! Mulut lo kek bau sampah!!" umpat Lidya tak suka.

Fatir menelan salivanya kecewa. Rasanya ingin menangis saja. Ia menguatkan diri untuk melangkah dan menurunkan foto-foto kenangan itu satu persatu. Selama berpisah dari istrinya, mulai dari awal ia meninggalkannya, hanya mereka yang menemaninya dikala rindu. Dan sekarang ia harus merelakan semuanya untuk turun dari temboknya.

Hingga sampai di foto terakhir yang akan diturunkannya juga. Fatir berbalik ke arah istrinya. "Sayang, yang ini g usah diturunin, yah? Biar—"

"Enggak!! Itu foto terburuk yang pernah gue liat! Bakar aja tuh foto!!" Suruh Lidya setelah memotong ucapan suaminya untuk kesekian kalinya. Ia enggan untuk melihat wajah pria tersebut.


Sabda Rasulullah SAW: "Dan ada empat golongan wanita yang akan dimasukkan ke dalam Neraka (diantaranya) ialah wanita yang kotor atau jahat lidahnya terhadap suaminya."

Lagi-lagi Fatir hanya bisa diam dan bersabar atas sikap istrinya. Ia menggenggam kedua ujung bingkai foto tersebut. Dimana didalamnya terdapat potret resepsi pernikahan mereka. Keduanya terlihat sangat bahagia di dalam sana.

Gus Arrogant!! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang